ABC

Febriana Sidjaja Meneliti Autisme di Universitas Queensland

Dalam Pekan Sains Nasional di Australia, kali ini ABC menampilkan Fransisca Febriana Sidjaja kandidat doktor asal Indonesia di Universitas Queensland yang sedang meneliti autisme.

Siapa anda dan dari mana anda berasal?

Nama saya Fransisca Febriana Sidjaja. Saya lahir di Makasar pada tahun 1982. Saya mendapat gelar Master Psikologi Klinis dari Universitas Indonesia di tahun 2007.

Sebelum belajar ke Australia, saya bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedoketeran Universitas Katolik Atmajaya dan sebagai seorang psikolog anak di sebuah klinik terapi di Jakarta Utara. Saya juga bekerja sukarela sebagai koordinator proyek di sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi keluarga dengan anak berkebutuhan khusus.

Apa yang anda sedang pelajari?

Saya tengah menempuh pendidikan doktoral di bidang autisme di Fakultas Psikologi, University of Queensland. Penelitian saya bertujuan untuk mengadaptasi Deteksi Autisme pada Masa Awal Kanak-Kanak (ADEC) ke dalam versi bahasa Indonesia (ADEC-IND). ADEC adalah sebuah ukuran pengamatan untuk mendeteksi autisme pada anak-anak sedini usia satu tahun.

Febri Sidjaja sebelumnya adalah lulusan S2 psikologi klinis dari Universitas Indonesia. (Photo: koleksi pribadi)

Apa yang menarik dari penelitian anda?

Seiring dengan meningkatnya kemunculan autisme di Indonesia, saya sangat tertarik untuk mengetahui bahwa studi saya akan berkontribusi pada kesejahteraan anak-anak Indonesia karena Indonesia masih membutuhkan banyak alat-alat yang kredibel untuk mendeteksi autisme pada usia muda dan untuk kepentingan penelitian tentunya.

Pengaruh apa yang bisa dimiliki penelitian anda?

– Lebih banyak anak di Indonesia bisa terdeteksi dan mendapat perawatan lebih dini karena ADEC-IND efektif dalam mendeteksi autisme pada anak-anak pada usia sebelum 12 bulan.

– Anak-anak di pedalaman dapat pula terdeteksi ketika alat pengukurannya terjangkau dan mudah untuk melatih praktisi kesehatan di daerah pedalaman Indonesia.

– Dengan menggunakan ADEC-IND, lebih banyak penelitian autisme bisa dilakukan dari Indonesia.

 

Febri Sidjaja sedang bermain dan mengobservasi seorang anak sebagai bagian dari penelitiannya. (Photo: koleksi pribadi)

Mengapa anda memilih belajar ilmu pengetahuan di Australia?

Pertama, saya tahu Australia unggul dalam penelitian autisme.

Kedua, saya direkomendasikan oleh Profesor Peter Newcombe, seorang dosen dari University of Queensland yang juga mengajar di program serupa di Universitas Indonesia. Dengan kebaikannya, saya dikenalkan ke Profesor Kate Sofronof, seorang ahli di bidang autisme. Keduanya kini adalah supervisor saya, bersama dengan Profesor Irwanto dari Universitas Atmajaya.

Apa saran anda bagi anak muda yang tertarik untuk mengejar karir di bidang ilmu pengetahuan?

Seiring dengan pertumbuhan cepat dan kompetisi yang dihadapi dengan negara-negara lain, Indonesia butuh lebih banyak anak muda energik dalam bidang penelitian dan ilmu. Saya merekomendasikan anak muda Indonesia mengikuti hasrat apa yang Tuhan berikan kepada mereka untuk mempertajam kemampuan dan pengetahuan mereka dalam bidang ilmu dan penelitian – memgingat bahwa ke depannya, kita semua harus menjadi agen perubahan bagi Indonesia.