ABC

Fasih Berbahasa Indonesia, Joel Backwell Sukses Berkarir di Australia

Bagi Joel Backwell, meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia merupakan keputusan terbaik yang pernah ia ambil. Pemuda asal Victoria ini sukses berkarir dan kini getol mempromosikan Bahasa Indonesia di Australia

Peserta program ACICIS tahun 2002 -2003 ini sekarang bekerja di Komisi Perdagangan Australia – Austrade. Ia baru saja menyelesaikan penugasannya sebagai komisioner di kantor Austrade Kuala Lumpur, Malaysia. 

Karir profesional ini menurut Joel Backwell berhasil diraihnya tidak lepas dari kefasihannya berbahasa Indonesia.

“Saya dipilih sebagai komisioner Austrade di Malaysia mungkin karena mengerti Bahasa Indonesia yang hampir sama dengan Bahasa Malaysia,“ tutur Joel dalam perbincangan dengan jurnalis ABC Australia Plus, Iffah Nur Arifah, beberapa waktu lalu.

Namun demikian, bagi Joel manfaat Bahasa Indonesia bagi pengalaman hidupnyalah yang jauh lebih besar dan berharga.

“Kehidupan saya menjadi jauh lebih menarik dan berharga karena saya bisa berbahasa Indonesia. Saya bisa punya banyak teman di Indonesia dan juga punya banyak pengalaman hidup yang sangat menarik selama saya berada di Indonesia yang tidak akan pernah saya lupakan,” tuturnya.

Joel Backwell bersama dengan peserta ACICIS lain pada tahun 2002 - 2003
Joel Backwell bersama dengan peserta ACICIS lain pada tahun 2002 – 2003

 

Joel pertama belajar Bahasa Indonesia ketika masih menjadi siswa sekolah menengah di Geelong, Victoria. Tahun 1996 saat masih berusia 15 tahun, Joel mengikuti program pertukaran pelajar yang diselenggarakan Pemerintah Victoria.  

Selama tiga bulan ia tinggal bersama orang tua angkatnya di Bandung dan bersekolah di SMUN 8 Buah Batu, guna memperdalam kemampuan berbahasa.

Terkesan dengan keramahan dan budaya setempat, sejak saat itu Joel tidak pernah melewatkan kesempatan untuk kembali ke Indonesia.

Tahun 2001 misalnya, ia mengikuti program pertukaran pemuda Indonesia dan Australia (AIYEP) di Lampung. Setahun kemudian dia terpilih menjadi peserta program ACICIS di Jogjakarta.

Menurut pria yang kini berusia 36 tahun dan telah berkeluarga ini, ACICIS merupakan sarana yang tepat bagi pemuda Australia untuk memahami lebih jauh tetangga dekatnya, Indonesia. 

Ia mengikuti perkuliahan selama 2 semester di Fakultas Hukum dan Fakultas Sosial Politik, Universitas Gajah Mada, dan mempelajari berbagai sistem hukum yang berlaku di Indonesia, baik sistem hukum politik, hukum Islam maupun hukum adat dan pidana. 

Joel memanfaatkan masa tinggalnya di Indonesia untuk menjalin pertemanan, dengan mengikuti banyak kegiatan mulai dari naik gunung, menonton bola hingga menjadi anggota tim bola basket di Kota Jogja.

“Waktu tinggal di Jogja saya sangat miskin dan bokek," katanya.

"Untuk mengatasinya saya ikut main basket dengan teman-teman di Jogja Utama. Sebenarnya saya tidak terlalu pintar main basket, hanya modal tubuh saya saja yang tinggi. Tapi saya mau saja, yang penting dapat makan gratis setiap habis latihan,” kenang Joel sambil tersenyum.

“Pernah suatu hari saya diajak teman naik motor selama 2 jam dari Jogja ke Solo untuk menonton pertandingan antara Sleman vs Solo. Sampai di stadion teman saya melarang saya membuka helm. Saya tanya ‘kenapa?, teman saya bilang,’lihat saja nanti,” tuturnya.

“Benar saja, begitu pertandingan berakhir dan klub tuan rumah kalah, serta merta pendukungnya melampiaskan kemarahannya dengan melempari kami pendukung klub Sleman dengan botol. Tapi saya selamat dan kepala saya tidak apa-apa berkat tetap pakai helm. Itu cerita menarik lain yang tidak akan saya lupa selama saya di Jogja,” katanya menambahkan.

Joel Backwell pernah menjadi bagian dari tim pengacara yang memperjuangkan keringanan hukuman bagi terpidana mati Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang telah dieksekusi 29 April 2015 lalu.
Joel Backwell pernah menjadi bagian dari tim pengacara yang memperjuangkan keringanan hukuman bagi terpidana mati Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang telah dieksekusi 29 April 2015 lalu.

 

Pengalaman menetap dan bekerja di Indonesia yang cukup lama  juga membuat Joel Blackwell merasa Indonesia sebagai  rumah keduanya setelah Australia.

Pria kelahiran Kota Breamlea, Victoria, ini mengaku sudah lebih dari 40 kali mengunjungi Indonesia baik untuk keperluan pekerjaan dan berlibur. Ia juga mengaku telah menjelajah banyak daerah di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, Lombok hingga Flores.

Bukan itu saja, hingga kini ia masih terus menjaga keakraban dan silaturahmi dengan teman dan keluarga angkatnya di Indonesia dari berbagai program. Bahkan Joel mengaku hingga kini selalu datang khusus ke Indonesia untuk menghadiri resepsi pernikahan dari keluarga angkatnya di Bandung. 

Di mata Joel, Indonesia sangat kaya keragaman dan karenanya tidak pernah membosankan.

“Indonesia itu satu negara dengan ratusan suku bangsa. Sangat beragam, baik kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan alamnya. Saya selalu merasa seperti di negara sendiri, karena saya punya teman di banyak tempat,“ paparnya.

“Dan kalaupun saya pergi ke tempat baru dan belum punya teman di sana, saya tidak pernah khawatir karena dalam tempo 1-2 jam, pasti saya sudah dapat teman baru. Dan mereka pasti langsung menawari saya untuk main ke rumah, diajak menginap dan tentu saja, makan gratis!” katanya.

 

Joel Blackwell giat mendorong anak muda Australia belajar Bahasa Indonesia.
Joel Blackwell giat mendorong anak muda Australia belajar Bahasa Indonesia.

 

Berdasar pada pengalamannya inilah, dalam banyak kesempatan ketika menjadi pembicara di berbagai forum, Joel Blackwell selalu mendorong pemuda Australia untuk mempelajari bahasa dari negara-negara di Asia, khususnya Bahasa Indonesia. Ia juga mengunggah video WHY LEARN INDONESIAN di link ini guna menyebarluaskan pesan tersebut.

“Saya selalu mengatakan kepada pelajar dan anak-anak muda di Australia, kalian tidak perlu jauh-jauh mempelajari Bahasa Perancis, Italia dan lain-lain. Tapi pelajari Bahasa Indonesia. Kenapa? Karena Bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari," ungkapnya.

“Saya juga belajar Bahasa Spanyol, Bahasa Jerman dan Bahasa Arab, tapi menurut saya Bahasa Indonesia adalah yang paling mudah dipelajari,” kata Joel.

“Namun alasan lain yang tidak kalah pentingnya adalah fakta bahwa Indonesia merupakan tetangga paling dekat dengan Australia. Masa depan Australia sangat berkaitan dengan Indonesia,” tambahnya.

Karena itu, kata Joel, sebagai tetangga kita perlu saling mengenal satu sama lain.