ABC

Fakta-fakta Terkini dari Gelombang Panas yang Menerjang Banyak Kawasan Dunia

Kebakaran hutan di kawasan Eropa, hingga catatan suhu tinggi yang mencetak rekor di Amerika Serikat hingga China. 

Kondisi ini telah menyebabkan cuaca ekstrim, penyakit, hingga evakuasi.

Inilah hal-hal yang kita ketahui sejauh ini dari musim panas yang sedang berlangsung di sejumlah negara.

Banyak negara mengalami krisis

Ketika pengebom air tiba dari beberapa negara Eropa untuk memerangi kebakaran hutan di Yunani dan Italia, udara panas juga terjadi di Spanyol, Turki, India, Cina, dan Amerika Serikat.

Selama akhir pekan di Italia, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api di wilayah selatan Calabria, sementara permukiman di pulau Sisilia mengalami pemadaman listrik saat suhu meningkat.

Perkiraan cuaca memperingatkan suhu yang sangat tinggi hingga mencapai 48 derajat celsius di Italia selatan dan pulau-pulau Sisilia dan Sardinia, sebelum kembali ke tingkat normal jelang akhir pekan.

Dalam 30 hari terakhir, hampir 5.000 rekor panas dipecahkan di Amerika Serikat, lebih dari 10.000 rekor tercatat secara global menurut National Oceanic and Atmospheric Association (NOAA).

Suhu di kedua sisi perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko juga mencapai titik tertinggi minggu ini.

Di kota Calexico, suhu mencapai 45 derajat Celcius.

Memakan korban jiwa

Lebih dari 100 orang tewas dalam gelombang panas di Amerika Serikat dan India selama musim panas ini.

Enam orang tewas di Phoenix, Arizona pekan lalu saat suhu mencapai 40 derajat celsius selama beberapa hari berturut-turut.

Kondisi ini membuat jumlah kematian terkait gelombang panas di tahun 2023 di Phoenix menjadi 18 sepanjang tahun ini.

Di India, cuaca ekstrem menyebabkan tanah longsor yang menewaskan 27 orang.

Setidaknya lima orang tewas dalam banjir di China.

Pihak berwenang waspada untuk sebagian besar Eropa, setelah PBB menemukan lebih dari 60.000 orang meninggal karena penyakit terkait panas tahun lalu.

Menyebabkan kerusakan lingkungan

Bukan hanya turis dan penduduk yang menderita.

Beberapa terumbu karang Florida Keys kehilangan warnanya berminggu-minggu lebih awal dari biasanya karena suhu yang mencapai rekor tertinggi.

Artinya, terumbu karang ini sedang stres dan kesehatan mereka berpotensi terancam, kata para ilmuwan.

Suhu permukaan di sekitar Florida Keys rata-rata sekitar 33 derajat celsius, jauh di atas rata-rata normal pertengahan Juli yang biasanya hanya 29,5 derajat celsius.

Beberapa terumbu mulai menunjukkan tanda-tanda pertama pemutihan dua minggu lalu, kata Andrew Bruckner, koordinator penelitian di Suaka Laut Nasional Florida Keys.

Kemudian dalam beberapa hari terakhir, beberapa terumbu kehilangan semua warnanya.

Padahal biasanya ini terjadi sebelum 1 Agustus.

Di Amerika Serikat dan India, ada kekhawatiran besar tentang menguapnya air dari kanal dengan upaya memasang panel surya di atasnya untuk mencoba dan mengurangi risiko, lapor kantor berita Associated Press.

Apakah akan ada akhirnya?

Sepertinya suhu akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.

Gelombang panas diperkirakan akan terus terjadi di sebagian besar dunia sepanjang Agustus, kata juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia kepada Reuters.

"Kami sedang dalam tren melihat peningkatan suhu global yang akan berkontribusi pada peningkatan intensitas dan frekuensi gelombang panas," kata John Nairn.

"Kami mendapat indikasi yang cukup jelas jika peningkatan ini sudah dimulai sejak memasuki musim semi."

Diperkirakan 2023 bahkan bisa menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat secara global.

"

 "Apa yang terjadi sekarang tentu saja meningkatkan kemungkinan bahwa 2023 akan menjadi tahun terhangat dalam sejarah," kata Gavin Schmidt, direktur Institut Studi Antariksa Goddard NASA.

"

Komunitas ilmiah "tidak memiliki kosa kata untuk menjelaskan apa yang terjadi," kata ilmuwan iklim Universitas Stanford, Chris Field

Paus Francis juga memohon lebih banyak tindakan terhadap perubahan iklim minggu ini.

Minggu kemarin, ia mengatakan gelombang panas baru-baru ini di banyak bagian dunia, juga musibah banjir, yang menunjukkan harus ada tindakan lebih untuk mengatasi perubahan iklim.

"Saya mohon, saya memperbarui seruan saya kepada para pemimpin dunia untuk melakukan sesuatu yang lebih konkret untuk membatasi emisi polusi," kata Paus kepada orang banyak di Lapangan Santo Petrus.

"Ini tantangan mendesak, tidak bisa ditunda, ini menyangkut semua orang. Mari kita lindungi rumah kita bersama."


Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News.