Facebook Perkenalkan Cara Pelaporan Berita Palsu
Facebook mengatakan akan membuat cara guna mencegah berita palsu disebarkan di platformnya, menyusul kritikan bahwa mereka mereka tidak banyak melakukan hal tersebut selama kampanye pemiilihan presiden di Amerika Serikat baru-baru ini.
Perusahaan jejaring sosial ini sudah terlibat banyak kontroversi sepanjang tahun sehubungan dengan kebijakan pemantauan dan isi dari sekitar 1,8 miliar penggunanya di seluruh dunia.
Facebook mengatakan para pengguna akun akan lebih mudah menunjukkan artikel palsu di timeline mereka sebagai hoax, dan akan bekerja sama dengan organisasi seperti situs pengecek fakta seperti Snopes, untuk mengecek kebenaran sebuah berita.
Bila situs seperti Snopes mengetahui sebuah artikel palsu, Facebook mengatakan akan kemudian membuat berita itu sebagai ‘disputed’ (dipertanyakan), dan dipertalikan dengan artikel tersebut dengan menjelaskan mengapa berita itu palsu.
Facebook menambahkan bahwa artikel yang dipertanyakan akan menjadi prioritas rendah dalam timeline, dan setelah berita itu diketahui palsu, maka tidak akan dipromosikan.
Tetapi Facebook juga mengatakan bahwa ‘mereka mendekati masalah ini dengan berhati-hati.”
“Kami percaya untuk memberikan warga suara, dan kami tidak bisa menjadi penentu kebenaran sendiri.” kata wakil presiden Facebook Adam Mosseri dalam sebuah pernyataan.
Mereka menekankan bahwa cara terbaru ini merupakan bagian dari proses yang berlanjut untuk terus memperbaiki dan menguji bagaimana menangani beredarnya berita-berita palsu.
Alat baru ini muncul beberapa pekan setelah Direktur Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg mengatakan adalah ‘hal yang gila’ bahwa berita palsu di Facebook mempengaruhi pemilih yang menguntungkan Donald Trump di Amerika Serikat.
Namun kritikan itu terus bergema, di tengah laporan bahwa di Amerika Serikat dan di negara-negara beberapa kalangan membuat berita-berita sensational yang ditujukan ke kalangan konservatif, yang lebih banyak dibaca dibandingkan berita yang dibuat oleh organisasi media besar.
Menjelang pemungutan suara di Amerika Serikat tanggal 8 November, pengguna Facebook melihat berita bahwa Paus Fransiskus mendukung Donald Trump, dan seorang agen federal yang sedang menyelidiki mengenai calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, ditemukan tewas.
Sebelumnya, Facebook mengandalkan kepada para pengguna untuk melaporkan postingan yang bersifat ‘menyerang’ dimana staf Facebook kemudian mengecek apakah postingan itu memenuhi persayaratan ‘standar komunitas’.
Reuters
Diterjemahkan pukul 10:45 AEST 16/12/2016 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini