Di Australia, Tunawisma Lebih Berpeluang Miliki Gigi Rusak
Sebuah studi baru menyebut, kesehatan gigi yang buruk adalah salah satu aspek paling merusak dan paling sedikit dipahami oleh tunawisma di Australia.
Selain memiliki konsekuensi serius jangka panjang bagi kesehatan, gigi busuk, tanggal dan rusak juga turut menghancurkan harga diri dan kepercayaan diri.
Mayoritas dari 58 tunawisma dewasa yang disurvei di kota Brisbane mengaku, mereka menghindar pergi ke dokter gigi karena tidak ada biaya, namun 34 dari mereka bersedia mendatangi pengobatan gigi gratis.
Salah satu tunawisma yang ikut dalam survey ini, Chris Blick mengatakan, dia telah bolak balik menjadi tunawisma selama lebih dari satu dekade dan memiliki masalah besar dengan giginya.
Dengan bantuan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Queensland, 5 giginya telah dicabut dan sedang menanti gigi palsu. Dan Blick mengaku sangat senang masalah giginya telah diperbaiki.
“Saya tahu, dalam waktu dekat, penampilan fisik saya akan lebih baik dan karenanya kepercayaan diri saya pasti akan meningkat. Dan itu akan membuat pandangan hidup saya menjadi lebih baik,” katanya.
Blick juga berharap setelah giginya diperbaiki dia bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
"Gigi Anda benar-benar penting dan orang-orang menilai Anda ‘negatif’ jika Anda memiliki gigi yang buruk."
Hampir seluruh tunawisma yang ikut ambil bagian dari studi ini memiliki kerusakan gigi yang parah.
Isu kesehatan mental
Studi ini mengungkapkan, tingkat kelaziman dan keparahan masalah gigi di kalangan tunawisma tiga kali lebih besar dibandingkan di kalangan masyarakat umum.
Sembilan dari 10 orang diketahui membutuhkan perawatan restoratif termasuk tambal gigi dan saluran akar, 71 persen perlu pengobatan penyakit gusi, 62 persen tunawisma setidaknya memiliki satu gigi yang harus dicabut dan 35 persen lainnya membutuhkan gigi palsu.
Sementara itu sebuah lembaga amal di Brisbane 'Roma House', yang banyak membantu warga mengobati kesehatan giginya, menilai, kebutuhan warga atas pengobatan gigi sangat besar.
“Ini bukan cuma masalah kesehatan fisik tapi ini juga terkait kesehatan mental mereka juga,” kata Susan Cramb dari Roma House.
"Kesehatan gigi bisa memperbaiki kepercayaan diri dan harga diri mereka,” katanya.
"Sangat menyenangkan melihat warga yang kembali dari klinik pengobatan gigi bisa tersenyum lebar,” katanya.
Program yang dijalankan 'Roma House' itu memanfaatkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi semester akhir untuk terlibat memberikan pengobatan gigi cuma-cuma bagi warga.