ABC

El Nino Diperkirakan Lebih Sering Terjadi

Pemanasan global bisa meningkatkan frekuensi bencana alam yang terkait dengan El Nino. Fenomena ini bukan hanya terlihat dari meningkatnya kemarau dan kebakaran hutan di Australia dan Indonesia serta banjir di Peru dan Ekuador, namun juga akan meningkatkan cuaca ekstrim di seluruh dunia.

Demikian terungkap dalam Jurnal Nature Climate Change yang dipublikasikan hari Senin (20/1/2014). Menurut Dr Wenju Cai, penulis laporan dalam jurnal itu, dampak El Nino kini mencakup setiap benua di dunia.

Cai menjelaskan, fenomena Elnino ekstrim tahun 1997/98 telah menyebabkan 23 ribu kematian dan kerugian 50 miliar dollar secara global.

Pola cuaca El Nino menunjukkan suhu permukaan laut di Pasifik timur mengalami peningkatan, yang menyebabkan lebih hujan di wilayah itu.

Dijelaskan, El Nino terjadi saat cuaca panas di Pasifik timur mencapai suhu tertentu. Hal itu akan berdampak kekeringan di wilayah barat Pasifik dan peningkatan tingkat curah hujan di bagian khatulistiwa wilayah Pasifik.

"Curah hujannya berkisar 5 millimeter perhari selama tiga bulan," jelas Cai.

Dalam penelitian ini, Cai dan timnya membuat 20 model cuaca yang berbeda. Tiap model mencakup periode 200 tahun antara tahun 1891 dan 2090.

"Model ini mensimulasikan rata-rata satu kejadian El Nino ekstrim setiap 20 tahun antara tahun 1891 dan 1990," kata Cai. "Namun sejak tahun 1991 hingga 2090, terjadi peningkatan dua kali lipat kejadian El Nino."