Eksportir Ternak Australia Didesak Berikan Alat Sembelih Hewan Modern untuk RPH di Vietnam
Kelompok penyayang binatang di Australia mendesak eksportir melengkapi fasilitas Rumah Potong Hewan (RPH) resmi mereka di Vietnam dengan alat sembelih modern. Ini merupakan satu dari enam butir rencana yang diajukan untuk memperkuat pengamanan kesejahteraan hewan agar ternak sapi Australia agar tidak lagi disembelih dengan cara dipukuli dengan palu di rumah potong hewan (RPH) di Vietnam.
Menyusul laporan mengenai ternak sapi Australia yang disembelih dengan cara brutal dengan dipukul palu kepalanya, hari ini (27/5), organisasi penyayang binatang, Animals Australia dan RSPCA bertemu dengan pejabat dari Dewan Eksportir Ternak Australia di Canberra.
Dalam pertemuan ini kelompok advokasi satwa ini mengusulkan 6 butir rencana untuk menyikapi isu ini.
Salah satu usulan mereka adalah meminta para eksportir untuk melengkapi seluruh rumah potong hewan (RPH) yang berada dekat dengan fasilitas yang disetujui dibawah skema Jaminan Rantai Pasokan Eksportir (ESCAS) dengan alat pengikat hewan dan alat pembuat sapi tidak sadarkan diri (stunner) untuk menekan cara penyembelihan ternak sapi Australia dengan palu godam yang banyak dipraktekan oleh rumah pemotongan hewan tradisional di Vietnam.
"Meskipun ada skema ESCAS, sejumlah besar ternak Australia telah menjadi subjek dari kematian yang disebabkan oleh pemukulan oleh palu dan banyak sekali yang diserahkan ke rumah pemotongan hewan yang tidak disetujui di Vietnam," akata Animals Australia didalam proposalnya.
"Ditambah lagi, ada ribuan ternak Australia yang secara ilegal diangkut dengan truk dari Vietnam ke China untuk menjalani praktek penyembelihan yang tidak diatur,"
Kelompok Kesejahteraan hewan menghendaki industri ternak hidup secara sukarela menghentikan pengiriman ke Vietnam hingga dapat dipastikan rantai pasokan ini dapat dinyatakan aman dan ada jaminan tidak ada lagi hewan yang beresiko disembelih dengan cara dipukul palu,"
"Saat ini, hewan-hewan dari negara lain juga di sembelih dengan cara dipukul palu di sejumlah fasilitas pemotongan hewan ESCAS yang disepakat, sementara ternak sapi Australia di fasilitas RPH yang sama diharuskan untuk diikat dan dipingsankan dahulu sebelum di sembelih," tulis pernyataan itu.
"Standar ganda ini bertentangan dengan prinsip perbaikan kesejahteraan hewan di pasar dan sangat mengganggu warga Australia pada umumnya,"
Kepala Dewan Eksportir Ternak Sapi Australia, Alison Penfold mengatakan lembaganya akan mempertimbangkan proposal ini.
"Kita perlu melakukan identifikasi dan menyelesaikan masalah ini pada sumber masalahnya," kata Alison Penfold.
Penfold mendesak agar Animals Australia memberikan data yang lebih rinci tentang dimana tuduhan penyiksaan hewan itu terjadi.
Dia mengatakan perlu ada kepercayaan yang lebih besar diantara industri eksportir ternak dengan kelompok advokasi satwa untuk bisa bekerjasama dan bukan berseteru.
Penfold mengatakan dirinya tidak menyadari kalau RPH di VIetnam menjalankan dua rantai pasokan – satu untuk ternak Australia yang menggunakan peralatan pembuat pingsan sapi dan yang satunya lagi adalah untuk ternak lokal dan Thailand yang menggunakan palu.
"Kita bukan pemilik fasilitas RPH itu, tapi RPH itu milik operator independen dan sering kali merupakan dijalankan oleh keluarga,' katanya.
Menurut Penfold perdagangan ternak hidup Australia ke Vietnam telah membantu memperbaiki penyembelihan hewan lainnya.
"Kita memberikan peralatan ke fasilitas RPH di Vietnam dan jika itu dapat membantu hewan lokal dan juga hewan ternak dari Thailand, itu akan sangat bagus sekali," katanya.
Penfold mengatakan 600 pekerja Vietnam juga telah mendapatkan pelatihan dalam menangani ternak sapi dan merawatnya.
Vietnam saat ini tercatat sebagai pasar eksport ternak hidup Australia kedua terbesar dengan total nilai perdagangan mencapai $120 juta per tahun dan terus meningkat pesat setiap tahunnya.