ABC

Eksploitasi Masih Terjadi Pada Pekerja Backpacker

Mereka diapresiasi karena perannya dalam memetik dan mengemas sebagian besar hasil produk segar Australia, namun para pekerja backpacker ini masih dieksploitasi di pertanian dan gudang di seluruh Australia.

Di negara bagian New South Wales saja, komisi pengawasan kerja Australia -Fair Work Ombudsman-  telah mendapatkan kembali dana lebih dari $ 20 juta (Rp209 miliar) untuk 9.000 pekerja yang dieksploitasi selama tiga tahun terakhir.

“Eksploitasi masih menjadi masalah dan kami merasa terganggu,” kata Direktur Fair Work Ombudsman, Mark Lee.

“Situasinya sudah membaik, tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.”

Backpackers harus menghabiskan 88 hari melakukan pekerjaan pertanian di wilayah regional agar memenuhi syarat untuk tinggal di Australia selama lebih dari satu tahun.

Sebuah survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Fairwork Ombudsman menemukan bahwa telah terjadi pergeseran dalam hal cara petani Australia melihat masalah backpacker dan eksploitasi.

“Para petani melakukan outsourcing pengadaan tenaga kerja mereka ke perusahaan tenaga kerja, yang mencarikan orang-orang untuk datang dan bekerja di peternakan mereka,” kata Mark Lee menjelaskan.

“Di masa lalu, mereka melihat adanya rasa tanggung jawab terhadap para pekerja tersebut untuk dibayar dengan benar dan menerima hak yang benar sebagai milik perusahaan tenaga kerja, bukan petani atau industri secara keseluruhan.

“Selama beberapa tahun terakhir, kita telah melihat perubahan tersebut.

“Petani mengambil pendekatan waspada untuk memastikan praktik pengadaan tenaga kerja mereka dilakukan secara terbuka dan jujur.

Dan bahwa penyedia layanan tenaga kerja yang bekerja dengan mereka melakukan hal yang benar oleh pekerja.”

Joe Simpson
Joe Simpson mendengar cerita eksploitasi di hostel para backpackers yang dikelolanya.

ABC News: Verity Gorman

Cerita tentang pengalaman buruk berlimpah

Joe Simpson, seorang warga Inggris yang sebelumnya mengelola asrama backpacker di Hillston, sebuah kota kecil di barat daya New South Wales, menerima para backpacker yang tiba setidaknya seminggu sekali karena telah mengalami eksploitasi di tangan kontraktor lokal atau di bagian lain Australia. .

“Mereka tidak membayar mereka tepat waktu, mereka tidak dibayar cukup,” katanya.

“Tidak ada yang bagus dan tidak ada yang disediakan untuk mereka. Mereka baru menyadari begitu mereka sudah terjebak didalam situasi sulit itu, mereka tidak dapat menghasilkan uang.”

Jodi King memiliki usaha ‘2010 Horticultural Services’dan mempekerjakan backpacker untuk membantu peternakan di Queensland, Northern Territory, South Australia, Victoria dan New South Wales.

“Ada banyak kontraktor licik di luar sana, dan kami memiliki banyak backpacker yang datang kepada kami yang memiliki pengalaman buruk,” kata Jodi King.

“Dan ada beberapa kota di Australia dimana backpacker memilih untuk tidak pergi ke daerah itu karena cerita yang mereka dengar.”

Kontraktor buruh Jodi King
Jodi King mengakui ada banyak kontraktor nakal di luar sana.

ABC News: Verity Gorman

Dia mengatakan lebih dari 10 persen tenaga kerja backpackernya melaporkan telah mengalami eksploitasi sebelumnya.

“Setidaknya setiap penerimaan backpacker akan ada beberapa dari mereka yang mengalami diantaranya ada seseorang yang berusaha bisa membayar uang tunai, sehingga jumlah hari mereka bekerja tidak diperhitungkan, atau membayarnya dengan harga tertentu yang jelas-jelas di bawah tarif per jam, dan mengeksploitasi mereka dengan meminta mereka melakukan pekerjaan yang mereka tidak dilatih untuk melakukannya,” katanya.

Tersedia bantuan bagi pekerja yang dieksploitasi

Untungnya, semakin banyak kasus-kasus eksploitasi yang dipolisikan di peternakan Australia.

Pelancong asal Inggris Mia Ayliffe-Chung
Pelancong asal Inggris Mia Ayliffe-Chung bekerja di sebuah pertanian di Queensland utara dengan tujuan agar dia dapat memperpanjang visanya selama satu tahun lagi di Australia. tapi beberapa hari kemudian dia meninggal.

supplied

“Ini berubah menjadi lebih baik, bukan hanya untuk memastikan praktik kerja yang adil tetapi juga untuk pekerja ilegal,” kata King.

“Departemen Imigrasi akan mendatangi peternakan dan melakukan pemeriksaan paspor, yang mana hal itu luar biasa karena tindakan seperti ini juga dapat menghentikan kontraktor mempekerjakan orang-orang secara ilegal yang memberikan bayaran dengan upah yang sangat kecil.”

Sebagian besar masalah ekploitasi ini, menurut Mark Lee, adalah bahwa ada kesalahpahaman umum di kalangan pekerja asing dimana kalau mereka mengajukan keluhan kepada Ombudsman, atau bahkan meminta bantuan, dapat menyebabkan visa mereka dicabut dan pekerjaan mereka hilang.

“Adalah tidak sah bagi majikan untuk mengancam pekerja dan mengatakan bahwa jam kerja atau pekerjaan mereka atau status visa mereka terancam jika pekerja tersebut mengajukan informasi atau masalah kepada kami,” katanya.

memetik jeruk navel
Komisi pengawas pekerja bersedia mendengar dari para pekerja dan pemberi pekerjaan pengalaman buruk mereka.

ABC Rural: Laurissa Smith

Mark Lee mengatakan Ombudsman mengandalkan informasi dari backpacker dan pengusaha mereka untuk berhasil menghentikan eksploitasi.

“Seringkali ada seorang backpacker yang bekerja di satu properti dan membicarakan pengalaman buruk di properti yang menjadi tempat mereka bekerja sebelumnya kepada backpacker lain dan orang-orang ditempat mereka bekerja sekarang,” katanya.

“Ketika cerita-cerita itu diceritakan, kami ingin orang-orang yang mendengarnya maju dan memberi kan laporan kepada kami.

“Itulah yang benar-benar membantu kami menyingkirkan orang jahat dan licik yang ada di luar sana.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.