ABC

Eksploitasi Anak Dibalik Wisata Panti Asuhan

Kampanye menghentikan “program relawan” dan “wisata panti asuhan” telah banyak dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir. Sorotan ini didasarkan pada argumen bahwa kegiatan tersebut mengeksploitasi penerima manfaat dan relawan.

Tapi kita tidak perlu menghentikan kegiatan relawan di luar negeri serta merta untuk memperbaiki pengalaman ini bagi semua orang yang terlibat.

Sebagian besar relawan turis ini melibatkan orang-orang dari negara maju yang bepergian ke negara-negara yang kurang berkembang, dan ingin melakukan hal-hal yang baik sambil memiliki pengalaman perjalanan dan pengalaman hidup.

Singkatnya, sebuah tujuan mulia.

Bukan hanya lulusan sekolah dan mahasiswa saja yang ingin membangun curikulum vitae yang bagus – relawan yang baik juga seorang pengejar karir yang ingin memanfaatkan keahlian mereka untuk digunakan dengan baik.

Ada juga yang menikmati masa pensiun dengan membalas semua kebaikan yang pernah mereka dapatkan di masa muda.

Pada relawan yang bekerja pada proyek pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan sebuah perkiraan pada tahun 2005 menunjukkan nilai ekonomi dari para relawan di luar negeri yang berasal dari AS saja mencapai $ 2,92 miliar.

Tentunya, relawan memiliki potensi besar untuk menawarkan situasi saling menguntungkan bagi semua pihak?

Dalam prakteknya, situasinya tidak sesederhana itu.

Seperti yang Agnieszka Sobocinska ungkapkan, sejarah dari kegiatan relawan menunjukan selalu ada ikatan.

Bagaimana panti asuhan memoles ‘relawan’

Kegiatan kesukarelawanan telah menjadi kegiatan yang sangat populer beberapa waktu belakangan ini  karena melahirkan “wisata panti asuhan”.

Di sini, relawan terlibat langsung dalam “membangun masa depan yang lebih baik” untuk anak yatim piatu, seringkali di bekas negara-negara yang dilanda perang atau tidak stabil seperti Kamboja dan Myanmar.

Bila pemerintah nasional dan LSM yang terpercaya pernah memimpin proyek berbasis relawan, control tersebut kini telah beralih ke bisnis nirlaba berbasis lokal.

Hal ini menyebabkan ledakan panti asuhan seiring dengan semakin banyak relawan ingin bekerja di panti asuhan dan lebih banyak wisatawan yang ingin mengunjunginya.

Seperti yang digambarkan oleh akademisi dan aktivis Kate van Doore, keluarga miskin biasanya dipaksa menempatkan anak-anak mereka di panti asuhan dengan harapan memberi mereka nutrisi dan pendidikan yang lebih baik.

Peta negara-negara yang didapati kenaikan kasus anak-anak yang dipelahara di lembaga yatim piatu
Peta negara-negara yang telah mengalami peningkatan jumlah Institusi Perawatan Rumah dan jumlah anak yang ditampung di rumah yatim piatu secara dramatis.

Supplied: Cambodia Children’s Trust

Hal ini ditambah dengan meningkatnya kisah para relawan yang menyadari, meski terlambat, ada yang tidak beres.

Dalam banyak kasus, para relawan diberi tugas teknis seperti mengajar bahasa Inggris, memberikan perawatan anak dan memulai proyek pembangunan, tanpa pengalaman, kualifikasi atau pelatihan.

Mereka yang anti berpendapat bahwa menyangkal kebebasan dan kebebasan anak untuk mendapatkan perawatan dan pendidikan yang memuaskan sama saja dengan perbudakan modern.

Panti Asuhan ReThink yang berbasis di Australia telah memimpin tindakan melawan pariwisata panti asuhan dengan rekan pendiri dan koordinator lembaga tersebut, Leigh Mathews, beralasan bahwa anak-anak itu paling baik dirawat di lingkungan keluarga bukan institusi.

Dua contoh penting adalah perusahaan tour besar dunia Intrepid Travel dan World Challenge.

Orang-orang yang sinis akan melihat gerakan seperti ini sebagai sesuatu yang dimotivasi oleh masalah bisnis pragmatis ketimbang keinginan untuk melihat kembali secara langsung pariwisata panti asuhan.

Tapi setidaknya langkah tersebut menyoroti besarnya masalah ini dan membantu menciptakan momentum bagi rantai pasokan perjalanan internasional untuk mengikutinya.

Desakan untuk melarang panti asuhan pariwisata menjadi lebih keras dimana pemerintah Australia mengambil tindakan menjadikan kunjungan panti asuhan ilegal sebagai langkah mendukung penindakan  terhadap perbudakan modern.

Senator Linda Reynolds di sebuah sekolah di Kamboja
Senator asal Australia Barat, Linda Reynolds memperingatkan kelompok-kelompok Australia bahwa banyak tur "panti asuhan" mengeksploitasi anak-anak.

Supplied

Manajemen panti asuhan yang lebih baik

Kita tidak perlu melarang kegiatan relawan di panti asuhan sama sekali untuk memperbaiki sektor ini.

Tapi anak-anak lebih baik dirawat di dalam lingkungan keluarga dan perawatan institusional harus merupakan tindakan sementara.

Untuk memulai, sebagai Penasihat Perlindungan Anak dari lembaga ‘Save the Childrean’  Australia, Karen Flanagan berpendapat, pemeriksaan menyeluruh terhadap relawan dan operator panti asuhan sangat penting untuk memastikan praktik perlindungan anak dipatuhi.

panti asuhan
Kemungkian akan menjadi suatu kejahatan jika mengatur perjalanan bagi warga Australia untuk mengunjungi panti asuhan asing, di tengah laporan tentang eksploitasi anak.

Selanjutnya, relawan harus melakukan pemeriksaan ketaatan dan kepatuhan saat memilih tugas sukarela.

Ikut mendaftar menjadi relawan dengan tanpa mencari tahu dulu kebenarannya jelas bukan lagi suatu pilihan yang sah.

Rantai pasokan dalam bisnis pariwisata internasional juga memiliki tanggung jawab yang penting.

Mereka tidak dapat lagi dibiarkan mengklaim ketidaktahuan akan sifat sejati dari organisasi mereka mengenai agenda perjalanan mereka.

Pada tingkat tujuan, pihak yang berwenang harus berbuat lebih banyak. ‘The Better Care Network’ dan ‘Forget Me Not’ menawarkan panduan berharga bagi semua pembuat kebijakan dan perencana.

Pada saat bepergian ke destinasi yang identik dengan wisata panti asuhan, salurkan donasi anda melalui organisasi yang sah yang mendukung penghentian pelembagaan anak-anak.

Dan jika Anda tidak yakin, hindari memperburuk keadaan dengan menyumbang secara ad hoc. Sumbangan barang dan donasi sekali sebagian besar justru mendorong operator yang tidak bermoral mengambil keuntungan.

Seperti yang dikatakan oleh filsuf dan bio-etika Peter Singer, kita harus menjadi pendukung altruism yang efektif – menawarkan dukungan abadi untuk suatu tindakan yang mampu menghadirkan bukti nyata kalau tindakan itu berdampak daripada melakukan tindakan amal secara individual yang acak.

Akhirnya mengutip pendapat dari akademisi Jim Butcher yang mengatakan kegiatan kesukarelawanan bukanlah masalah dan juga bukan bentuk kegiatan pariwisata.

Agar kegiatan kesukarelawanan berhasil, mewujudkan tanggung jawab bersama kita itu menjadi hal yang sangat penting.

Dr. Joseph M. Cheer adalah seorang dosen dan peneliti di bidang pariwisata di Monash University dan dengan Prof. Alan Lew adalah editor gabungan Pariwisata, Ketahanan dan Keberlanjutan: Beradaptasi dengan Perubahan Sosial, Politik dan Ekonomi. Shivani Kanodia dan Divya Sahasrabuddhe adalah peneliti pascasarjana dalam pariwisata berkelanjutan dan pariwisata relawan.

Simak artikelnya dalam Bahasa Inggris disini.