ABC

Ekonom Australia: Peran Rusia di G20 Tak Sepenting Jerman

Ekonom terkemuka Australia memperingatkan, jika Presiden Rusia, Vladimir Putin, memutuskan untuk datang ke pertemuan para pemimpin G20 di Australia akhir tahun ini, kedatangannya bisa menjadi pengalih perhatian.

Keraguan seputar kedatangan Vladimir Putin ke pertemuan G-20 di Brisbane masih muncul. (Foto: Reuters, Beawiharta)
Keraguan masih tetap menyelimuti apakah Putin akan disambut, atau apakah ia bahkan berencana datang ke pertemuan para pemimpin dunia November nanti di Brisbane.

Bulan lalu, muncul desakan untuk melakukan pelarangan terhadap kedatangannya setelah 7 warga Australia meregang nyawa ketika penerbangan Malaysia Airlines ditembak jatuh di timur Ukraina, yang diduga kuat dilakukan oleh separatis pro-Rusia.

Ketua Eksekutif Komite Pembangunan Ekonomi Australia (CEDA), Stephen Martin, mengatakan, jika Putin datang, ia harus patuh mengikuti program yang telah disusun.

“Mungkin kedatangannya akan menjadi sedikit tontonan yang memberi peluang munculnya isu-isu lain. Ini adalah forum ekonomi, bukan forum keamanan. Jika ia di sini, ia harusnya datang untuk membicarakan isu ekonomi. Kalau ternyata tidak, siapa yang peduli?,” ujarnya di Brisbane dalam acara peluncuran dokumen penelitian CEDA yang digunakan untuk pertemuan tingkat tinggi tersebut.

Pejabat Bank Sentral Australia dan CEDA, John Edwards, mengatakan, tak mungkin bagi Putin dan para pemimpin Eropa lainnya untuk datang jika Rusia menginvasi Ukraina timur.

Meski demikian, menurut John, penembakan MH17 bukanlah alasan yang tepat untuk melarang kedatangannya.

“Penembakan jatuh pesawat komersil berpenumpang, jika anda tak melakukannya dengan hati-hati atau dalam kasus Rusia, dilakukan sendiri, bukanlah alasan yang tepat untuk menolak kedatangan Putin. Karena ia pastinya tak bermaksud menembaknya jatuh. Saya rasa Putin akan datang, kecuali invasi ke Ukraina terjadi,” urainya.

John Edwards: Keterlibatan Rusia di G20 tidaklah penting

Hubungan antara negara-negara Barat dengan Rusia telah hambar sejak bencana MH17 terjadi.

Minggu lalu, Rusia mengumumkan pelarangan sebagian besar impor makanan dari berbagai negara Barat, termasuk Australia, selama setahun, sebagai bentuk balas dendam atas sanksi yang dikenakan negara Barat akibat krisis di Ukraina.

Australia mengekspor lebih dari 400 juta dolar produk-produk pertanian ke Rusia, tiap tahunnya.

Rusia dipahami sebagai pasar yang beresiko, dan pelarangan tak akan memiliki dampak sama seperti keputusan serupa yang diambil Jepang.

John dan Martin menyepakati bahwa keterlibatan Rusia di pertemuan tingkat tinggi G20 tidaklah kritis.

“Akankah itu membuat perbedaan? Saya pikir tak akan begitu. Rusia tak punya bobot ekonomi cukup di dunia. Negaranya tak terlibat dalam pembuatan keputusan utama dari reformasi keuangan global. Saya pikir kehilangan Rusia rasanya tak akan sama dengan kehilangan Jerman,” jelas John.