ABC

Echidna, Spesies Tua yang Penuh Misteri

Echidna, satwa mirip landak yang berasal dari Australia, memiliki bentuk dan kebiasaan yang unik. Spesies ini juga merupakan salah satu spesies mamalia yang tertua di dunia. Namun, tak banyak yang diketahui tentang satwa satu ini.

Dr Peggy Rismiller sudah mempelajari echidna selama 25 tahun. Menurutnya, butuh lebih banyak pemahaman soal satwa satu itu.

"Jumlah Echidna di Australia sudah jelas berkurang," ucapnya.

Pada tahun 1800, ada peneliti yang sempat mengumpulkan sekitar 1.200 echidna. Sepuluh tahun kemudian, seorang peneliti lain hanya bisa mengumpulkan 460, cerita Rismiller. 

"Kini, saat anda pergi ke kawasan yang sama, masih untung bila anda bisa mendapat satu atau dua laporan tentang seekor echidna dalam satu tahun."

Rismiller pindah ke Australia dari Amerika pada tahun 1988. Saat itu, Ia terkejut mendengar betapa pengetahuan tentang satwa tersebut masih amat sedikit.

"Waktu itu, tak ada yang pernah melihat echidna kawin di alam bebas, tak ada yang tahu seberapa lama masa kehamilan mereka, satwa itu dianggap terlalu sulit. Mereka tak bisa ditebak, dan sangat misterius," ceritanya.

Saat ini, jumlah satwa ini tidak dimonitor. Menurut Rismiller, penurunan jumlah mereka diakibatkan berkurangnya habitat, makin banyak dari mereka yang mengalami kecelakaan karena ditabrak kendaraan, dan dimangsa rubah dan anjing liar.

Sedangkan pertumbuhan populasi echidna sangat lambat.

Saat ini, Rismiller menjalankan pusat penelitian Pelican Lagoon Research Centre di Kangaroo Island, Australia Selatan.

Menurutnya, salah satu alasan mengapa meneliti echidna dianggap penting adalah karena satwa tersebut mewakili kelompok mamalia tertua di dunia.

"Mereka sudah ada di planet ini selama 120 juta tahun," ucap Rismiller.

Selain itu, penelitian tentang echidna mungkin bisa menyumbangkan kemajuan besar di dunia medis, karena echidna memiliki mekanisme bernama torpor, yang memungkinkan mereka menurunkan kecepatan denyut jantung dan metabolisme, jelasnya.

"Bila dunia medis bisa memahami fisiologi torpor secara kesuluruhan dan menggunakan itu untuk manusia. Itu bisa jadi alternatif yang bagus terhadap penggunaan bius."