Dunia Hari Ini: Tahun Ajaran Baru di Afghanistan, Murid Perempuan Masih Tak Boleh Sekolah
Selamat hari Kamis! Selamat mulai menjalankan ibadah puasa bagi seluruh umat muslim di mana pun berada, ya. Semoga ibadahnya lancar.
Inilah berita-berita dunia pilihan yang terjadi dalam 24 jam terakhir yang kami rangkum dalam Dunia Hari Ini, edisi Kamis, 23 Maret 2023.
Informasi yang pertama datang dari Afghanistan.
Murid perempuan masih tak boleh kembali ke sekolah
Tahun ajaran baru dimulai pekan ini di Afghanistan, tetapi murid perempuan sekolah menengah tidak diizinkan bersekolah lagi sejak Taliban berkuasa 18 bulan lalu.
"Komite yang terdiri dari pemimpin agama sudah dibentuk untuk membuka jalan bagi pendidikan perempuan menurut ajaran Islam," kata juru bicara Taliban, Suhail Shaheen .
"Pendidikan sekolah perempuan untuk sekolah menengah masih ditunda sampai komite selesai bekerja."
Larangan ini sangat menyedihkan bagi murid sekolah seperti Aaisha.
"
"Sekolah sampai kelas enam saja tidak berarti apa-apa, kami ingin melanjutkan ke sekollah menengah," katanya kepada LSM Save the Children.
"
"Kalau kami cuma tamat SD, kami tidak bisa melakukan apa pun, tidak bisa kerja, tidak bisa ke universitas."
Save the Children menyerukan kepada Taliban untuk segera mengakhiri larangan tersebut dan mengatakan bila tidak, maka "angka perkawinan anak di bawah umur akan naik, dan separuh dari generasi masa depan tidak bisa bekerja sehingga keluarga akan semakin terpuruk dalam kemiskinan."
Militer Myanmar dituduh menutupi pembantaian dengan bukti palsu
Di Myanmar muncul tuduhan bahwa militer berusaha menutupi kejadian pembantaian terhadap 22 penduduk desa, dengan menyebarkan foto adanya senjata di mayat mereka dan mengatakan mereka adalah pemberontak bersenjata.
Menurut sebuah kelompok bernama Myanmar Witness — yang menganalisa foto dan video dari kejadian tanggal 11 Maret di sebuah desa kecil Nan Neint – ada berbagai usaha untuk menutupi apa yang sebenanrya terjadi.
"Analisa kami menunjukkan bahwa ada kemungkinan senjata ditaruh di dekat mayat setelah kematian mereka," kata Myanmar Witness.
"
"Senjata itut tidak memiliki bercak darah dan tampak sengaja ditaruh di atas tubuh mereka. Jadi tampak dilakukan secara sengaja."
"
Junta milter kemudian membantah bahwa mereka membunuh penduduk desa, tiga di antaranya pendeta Buddha.
Nasib Trump segera diputuskan
Di Amerika Serikat, keputusan apakah mantan presiden Donald Trump akan didakwa masih tertunda.
Pihak penuntut di Manhattan, New York, tanpa alasan yang jelas menunda sidang yang akan melibatkan juri untuk menilai apakah Trump melakukan praktik uang dalam kampanye presiden di tahun 2016.
Namun, juri dilaporkan sudah diminta untuk bersiap mengikuti sidang hari Kamis menurut keterangan beberapa orang kepada kantor berita AP.
Sebelumnya, Donald Trump mengatakan bahwa dia akan ditahan hari Selasa lalu, yang tidak terbukti hingga berita ini diturunkan.
Boris Johnson bantah berbohong kepada parlemen
Mantan Perdana Menteri Inggris tersebut memenuhi panggilan komite parlemen Inggris yang sedang menyelidiki apakah dia sengaja berbohong mengenai pesta yang diadakan stafnya ketika lockdown pandemi.
"
"Saya tidak berbohong kepada Parlemen," kata Johnson kepada anggota komite yang berasal dari berbagai partai politik tersebut.
"
Boris Johnson mengatakan bahwa pernyataannya sebelumnya mengenai pesta tersebut merupakan informasi yang diketahuinya saat itu.
Dia menambahkan bahwa dia tidak melakukan hal yang disengaja dengan berbohong kepada parlemen dan mengatakan pesta itu menurutnya merupakan bagian dari pekerjaan untuk memberikan ucapan terima kasih kepada staf, dan bukan bersifat pesta.
Sebuah simfoni informasi genetik Beethoven
Dengan menggunakan lima helai rambut, para ilmuwan telah mengurutkan genom salah satu komposer musik terbesar dalam sejarah – Ludwig van Beethoven – hampir dua abad setelah kematiannya.
Para peneliti mengatakan genomnya menunjukkan bahwa komposer Jerman itu secara genetik cenderung terkena penyakit hati dan mengidap infeksi virus hepatitis B.
Otopsi setelah kematiannya pada tahun 1827 pada usia 56 tahun di Wina menemukan bahwa dia menderita sirosis hati, penyakit yang sering disebabkan oleh kebiasaan minum minuman beralkohol yang kronis.
Tetapi temuan baru ini menunjukkan ada banyak faktor di balik penyakit livernya termasuk genetika, infeksi virus dan konsumsi alkohol.
"
"Risiko penyakit hati Beethoven, yang muncul terutama dari mutasi pada dua gen – PNPLA3 dan HFE – secara kasar akan meningkatkan risiko tiga kali lipat untuk spektrum penuh penyakit hati progresif," kata antropolog biologi University of Cambridge Tristan Begg.
"