ABC

Dukungan Untuk Pengungsi yang Tersisa di Pulau Manus

Sekelompok perempuan lansia di New South Wales telah ikut dalam gerakan diam-diam yang bertujuan mendukung para pengungsi yanfg sekarang ini dipaksa meninggalkan pusat penahanan di Manus Island.

Para wanita itu, yang berasal dari Kota Kyogle di utara New South Wales, berusaha menyemangati para tahanan itu dengan mengajak mereka berkomunikasi mengenai kehidupan sehari-hari.

Kelompok ini sudah mengirimkan sejumlah ponsel ke kamp tersebut dan membeli kartu pulsa telepon untuk membuka jalur komunikasi dengan mereka yang melakukan demonstrasi setelah pusat penahanan pengungsi itu ditutup secara resmi.
Salah satu nenek dalam kelompok itu, Bridget Carr, telah berbicara dengan seorang pengungsi melalui telepon, namun mengatakan komunikasi melalui Facebook lebih murah.

“Bahasa Inggrisnya tidak begitu bagus tapi di Facebook kita bisa berkomunikasi dengan sangat baik,” kata Bridget Carr.

“Sungguh, tidak banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Dia mengatakan kehidupannya membosankan karena tidak ada yang bisa dilakukan.”

Bridget Carr mengatakan bahwa berkomunikasi dengan pria-pria ini adalah hal sepele, tapi “sangat penting”.

Surat yang paling indah

perempuan di Kyogle
Melita Luck dari Kyogle berbicara dengan pengungsi di Pulau Manus yang menjadi sahabatnya melalui facebook.

ABC North Coast: Miranda Saunders

Nenek lain dalam kelompok ini adalah Melita Luck.

Melita Luck pertama kali menjawab panggilan ini pada 2014 dari pengacara hak asasi manusia Australia terkenal yang juga seoranng pendukung pengungsi Julian Burnside agar dia menulis surat kepada para pengungsi di Pulau Manus dan Nauru.

Dia menganggap suratnya, dengan menyertakan nomor teleponnya di surat itu, merupakan salah satu dari sedikit surat yang berhasil lolos dikirimkan ke dalam pusat penahanan pengungsi.

“Setelah tujuh bulan, saya mendapat telepon dan itu adalah koneksi pertama saya,” katanya.

Telepon itu berasal dari pencari suaka Iran yang telah melarikan diri dari Iran.

Melita Luck mengatakan bahwa dia hampir meletakkan gagang telepon, meyakini bahwa itu adalah panggilan dari call center. “Tapi saya pikir Anda tidak akan mendapat telepon di jam 10 malam,” katanya.

“Dia berkata ‘Saya ingin mengucapkan terima kasih telah mengirimkan surat terindah yang pernah saya baca’.”

Wanita asal Kyogle percaya ada ratusan orang Australia yang berbicara setiap hari dengan para pengungsi di Pulau Manus melalui media sosial dan oleh ponsel yang diselundupkan ke pusat penahanan.

Dana khusus disiapkan

Melita Luck juga mengirim uang untuk panel surya yang didanai oleh dana khusus yang disiapkan melalui jaringan di kelompoknya.

“Kami telah mengirimkan uang kepada mereka melalui dana ini, jadi kami memasukkan dana ke sana dan kemudian mereka pergi ke kota dan entah bagaimana mereka berhasil mendapatkan panel surya untuk mengisi ulang berbagai barang elektronik,” kata Melita Luck.

Sementara itu Nenek Janet Wilson, juga berasal dari Kyogle, terpaku pada telepon dan tabletnya dan terus-menerus berhubungan dengan pria yang dia kenal.

Pengungsi di Pulau Manus
Dua dari 600 orang pria yang tinggal tanpa dukungan layanan utama di Pusat Penahanan Pengungsi di Pulau Manus.

ABC North Coast: Miranda Saunders

Kekhawatiran terbesarnya saat ini adalah komunitas gay di pusat penahanan, karena kaum gay tidak disukai di Papua Nugini.
Janet Wilson telah berbicara dengan sejumlah tahanan yang pernah diserang di luar pusat penahanan.
Bagi Janet Wilson, hubungannya dengan para pengungsi adalah pekeraan yang didasarkan pada cinta.
Meskipun hubungan ini telah menimbulkan emosional yang besar padanya, dia mengaku akan terus melakukannya karena satu alasan:

“Sebagai seorang ibu, saya pikir kita semua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita dan orang-orang ini dikirim, seringkali oleh keluarga mereka, karena mereka takut dibunuh. Keluarga mereka ingin mereka memiliki kehidupan yang lebih baik.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.