ABC

Dugaan Teror di Sydney: Apa Itu Gas Sulfida Hidrogen?

Para pria yang dituduh merencanakan salah satu plot teror paling “canggih” yang pernah terjadi di tanah Australia diduga merencanakan untuk melepaskan zat sulfida hidrogen beracun sebagai bagian dari serangan mereka.

Tapi bagaimana “gas telur busuk” ini digunakan dalam sebuah serangan -dan seberapa mematikannya?

Profesor Greg Barton, pakar kontra-terorisme dari Universitas Deakin, menjelaskan apa yang perlu Anda ketahui.

Apa itu sulfida hidrogen?

Ini adalah gas tak berwarna dan mudah terbakar -dan Anda hampir pasti menciumnya terlebih dahulu.

Sulfida hidrogen, atau H2S, dikenal akan bau telur busuknya yang dihasilkan sebagai pembusukan bahan organik.

Tubuh kita memproduksinya di saat kita mencerna makanan, dan ini juga merupakan hasil sampingan dari beberapa proses industri dan manufaktur, seperti pertambangan.

“Dengan konsentrasi rendah, zat itu tak lebih dari sebuah iritasi,” kata Profesor Barton.

Tapi jika terpapar zat itu dalam tingkat yang lebih tinggi dari yang diproduksi tubuh kita, itu bisa berakibat fatal.

Apa dampaknya pada tubuh?

Paparan H2S paling sering terjadi melalui penghirupan.

Meski bau busuk nampak paling awal, H2S mematikan indera penciuman dengan cepat, memberi kesan palsu bahwa gas itu telah terurai.

“Gas telur busuk terdengar tak bermasalah, tapi bisa mematikan,” kata Profesor Barton.

Sama seperti karbon monoksida dan hidrogen sianida, H2S menghambat respirasi seluler dan pengambilan oksigen.

Gejalanya meliputi sakit kepala, iritasi mata dan kulit, sesak napas dan mual -dan semakin parah jika semakin tinggi tingkat paparannya.

Gas itu bisa terus berdampak hingga membunuh korban.

"Ini terjadi secara alami dalam operasi penambangan -orang-orang terjatuh tak sadarkan diri dan meninggal dunia," kata Profesor Barton.

Apakah H2S bisa digunakan untuk menyerang pesawat?

“Hidrogen sulfida adalah salah satu dari hal-hal yang bisa Anda hasilkan sendiri, dan dalam jumlah yang signifikan, ini bisa sangat berbahaya,” jelas Profesor Barton. 

Pemindai bandara tak mendeteksi gas, jadi secara hipotetis, H2S bisa diselundupkan ke dalam pesawat.

Namun, Profesor Barton mengatakan bahwa H2S tidak mungkin digunakan untuk menyerang pesawat terbang.

“Melepaskan sulfida hidrogen di kabin pesawat terbang tidak akan membuat semua orang pingsan,” terangnya.

“Tidak akan cukup gasnya. Mungkin aspek rencana itu -dan kita harus ingat bahwa perangkat itu tak dirakit -mungkin dimaksudkan untuk diluncurkan di bus atau kereta api, atau di ruang publik di Sydney.”

Seberapa mematikan serangannya?

Profesor Barton mengatakan ini adalah pertanyaan yang murni spekulatif.

Jika gas itu telah dilepaskan di tempat umum, ia mengatakan bahwa efeknya akan serupa dengan “semprotan sekaleng merica di wajah”.

"Tapi mungkin jika digunakan bersamaan dengan cara lain untuk menyerang, itu akan menciptakan rasa takut dan panik," kata Profesor Barton.

Kepolisian Federal Australia (AFP) mengatakan, terduga penyerang memiliki bahan kimia pendahulu dan beberapa komponen untuk perangkat sulfida hidrogen tersebut.

Tapi para tersangka tidak memiliki rencana konkret di mana dan kapan harus melepaskan gas tersebut, kata polisi.

“Tidak ada bukti perangkat ini diselesaikan,” kata Profesor Barton – mendukung komentar dari pimpinan AFP.

Pernahkah H2S digunakan dalam serangan teroris sebelumnya?

Tak sering.

Profesor Barton mengatakan bahwa hambatan utama penggunaan gas ini dalam serangan teror adalah “bagaimana Anda memakainya sebagai senjata, dan bagaimana Anda menyebarkannya”.

Ia mengatakan bahwa perencanaan dan eksperimen tingkat tinggi diperlukan untuk membuat serangan semacam itu sebagai ancaman yang layak.

“Misalnya, serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo,” katanya, mengacu pada serangan tahun 1995 yang menewaskan 12 orang dan melukai 50 lainnya saat jam sibuk pagi hari di kota itu.

Serangan tersebut dianggap sebagai penggunaan senjata pemusnah massal yang pertama kali dilakukan dalam tindakan terorisme.

Kelompok itu juga telah mempersiapkan serangan di sebuah peternakan domba terpencil yang dimilikinya di Australia Barat.

"Mereka membunuh domba, mencoba mencari tahu bagaimana zat kimia tersebut menyebar," kata Profesor Barton. 

“Mereka tertangkap panik oleh polisi yang masuk. Mereka mengambil sebuah kantong plastik, mengisinya dengan sarin, dan menancapkan lubang di dalamnya untuk melepaskannya.”

Profesor Barton mengatakan, tidak ada bukti bahwa para tersangka di Sydney benar-benar melancarkan serangan gas sungguhan.

“Dan hidrogen tidak sekuat sarin,” tambahnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan: 16:20 WIB 04/08/2017 oleh Nurina Savitri.