ABC

Dua Ribu Lilin Untuk Sophie…

Nyala lilin yang temaram temani aksi damai ribuan warga Brisbane, menolak kekerasan terhadap perempuan. Kematian Sophie Collombet adalah pembunuhan mahasiswa internasional keempat, yang terjadi di Brisbane, sejak November 2013.

Tubuh Sophie, 21 tahun, ditemukan telanjang dan tak bernyawa di taman Kurilpa, Brisbane, 28 Maret lalu.

Seorang pria berusia 25 tahun telah diajukan sebagai tersangka pembunuh Sophie, sang mahasiswi Perancis, dengan tuduhan pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan bersenjata.

Aksi sekitar 2000 warga Brisbane yang bermula di lapangan King George ini dipimpin oleh Niels Kraaier, Presiden Asosiasi Mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Griffith, tempat Sophie belajar.

Niels mengenang Sophie sebagai sosok yang periang dan humoris.

 “Saya ingat bulan Oktober lalu, ia hadir di acara malam film di kampus. Sophie tertawa terbahak-bahak mengomentari film yang diputar. Enam bulan kemudian, tawa itu hilang selama-nya.”

Niels menambahkan, “Kami semua tahu pentingnya menjaga diri..tapi kejadian seperti ini, anda tak bisa persiapkan. Kami berhutang kepada Sophie untuk memastikan bahwa Brisbane adalah kota yang tak hanya aman di brosur, tapi juga di kehidupan nyata.”

Sebelum mengakhiri aksi damai dengan nyala lilin di taman Kurilpa, peserta aksi terlebih dahulu melakukan parade di sepanjang jalan Roma.

Di taman Kurilpa, sepucuk surat dari orang tua Sophie di Perancis, dibacakan di depan massa.

Beginilah potongan isi suratnya:

“Kamu bisa saja cuma belajar bahasa asing, tapi kamu ingin hidup dengan mereka, kamu ingin berpetualang.”

“Kamu mengerti bagaimana caranya membuat hidup selalu indah di tiap momen-nya.”

“Tapi ini semua sudah berakhir…kami akan selalu bersamamu, kami tak akan pernah melupakanmu.”

Setelah itu, aksi mengheningkan cipta dikumandangkan yang kemudian diikuti dengan pemutaran lagu pilihan orang tua Sophie.

Tolak kekerasan terhadap perempuan!

Lotte Scheel, salah satu panitia aksi damai, mengatakan, berkumpulnya ribuan warga ini menunjukkan kepedulian Brisbane terhadap kekerasan terhadap perempuan.

“Sangat penting untuk melakukan aksi ini, untuk memberikan perhatian kepada keluarga Sophie yang jaraknya ribuan mil di belahan lain dunia,” ujarnya.

Danae Walker yang ikut aksi bersama kedua anaknya mengatakan, para perempuan harus bisa merasa aman dimanapun mereka berada.

“Siapapun, apapun jenis kelaminnya, harus bisa berjalan kemanapun mereka mau, tanpa ada resiko diserang,” tegasnya.

Setelah kematian Sophie, lusinan karangan bungan dan catatan-catan kecil dari mereka yang mengenang insiden itu memenuhi taman Kurilpa.

“Aku tak mengenalmu Sophie, tapi aku harus ada di sini untuk menunjukkan betapa pedulinya aku,” tulis salah satu ucapan.

Salah satu catatan lain datang dari seorang ibu di Brisbane yang meminta pemerintah untuk menambah jumlah polisi di jalanan.