ABC

Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama Dalam Sejarah yang Dimakzulkan Dua Kali

Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan berdasarkan pemberian suara sebanyak, yaitu 232 mengalahkan 197, untuk memakzulkan Presiden Donald Trump kedua kalinya.

Donald Trump Dimakzulkan Dua Kali

  • Kepala Senat Mayoritas menghalangi sidang pemakzulan Donald Trump
  • Sepuluh anggota partai Republik mendukung pemakzulan
  • Trump menyaksikan proses dari TV di Gedung Putih

Seminggu setelah Gedung Capitol dikepung pendukung Trump, mayoritas anggota DPR yang didominasi oleh Partai Demokrat mendukung pemakzulan, menyusul peristiwa yang mereka sebut sebagai serangan mematikan terhadap demokrasi Amerika itu.

Namun kecil kemungkinan untuk Trump untuk dipecat sebelum masa kepemimpinannya habis.

Kepala Senat Mayoritas, Mitch McConnell sempat menghalangi dijalankannya sidang pemakzulan Trump, namun tidak menyingkirkan kemungkinan baginya untuk mendukung keputusan itu.

Ia mengatakan Senat “tidak akan sempat” untuk melakukan sidang yang “adil atau serius”, sebelum Presiden terpilih Joe Biden dilantik minggu depan.

Menurutnya karena proses tersebut memakan waktu lebih lama dari sisa waktu Trump sebagai presiden, yakni tinggal tujuh hari.

Sementara melihat dari pengalaman pemakzulan sebelumnya yang “masing-masing memakan waktu 83 hari, 37 hari, dan 21 hari”.

Mitch McConnell mengatakan lebih baik jika “Kongres dan pihak eksekutif menggunakan tujuh hari yang ada untuk fokus pada menjalankan pelantikan yang aman dan rapi bagi Pemerintahan Biden”.

Pernyataan tersebut menandakan kemungkinan besar bahwa sidang Senat akan diundur sampai setelah Biden dilantik pada tanggal 20 Januari.

Speaker of the House Nancy Pelosi holds a gavel as she stands before a US flag.
Juru bicara DPR Nancy Pelosi memimpin pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.

AP: J. Scott Applewhite

Di lain sisi, pemungutan suara di DPR selang satu minggu setelah pendukung setia Trump mengepung Gedung Capitol, hari ini berlangsung dengan sangat cepat.

Setelah pemungutan suara dilakukan, Juru Bicara DPR Nancy Pelosi mengutip presiden Abraham Lincoln dan Alkitab, serta memohon agar politikus partai Demokrat dan Republik memegang sumpah mereka untuk melindungi Konstitusi dari semua musuh, baik asing “atau dalam negeri”.

Trump mengutuk kekerasan ‘dengan tegas’

DPR Amerika Serikat telah meloloskan satu pasal pemakzulan, yaitu tuduhan resmi atas “hasutan pemberontakan”, berdasarkan pidato berapi-api yang disampaikan Donald Trump di hadapan ribuan pendukung, sebelum mereka mengepungan Gedung Capitol.

Dalam pidatonya, Trump berkali-kali menyebut klaim salah hasil pemilu tersebut curang, sehingga mendorong pendukung untuk mengepung Gedung Capitol.

Bersembunyi di Gedung Putih sambil menyaksikan semuanya di TV, Presiden Trump tidak merasa bertanggung jawab terhadap pemberontakan yang disaksikan dunia itu.

Ia namun mengeluarkan pernyataan berbunyi “TIDAK ADA kekerasan, TIDAK ADA pelanggaran hukum, dan TIDAK ADA vandalisme” yang boleh mengganggu pelantikan Biden.

Dalam video yang dirilis di Twitter Rabu malam lalu, ia sama sekali tidak menyebut kata pemakzulan.

Sebaliknya, ia memfokuskan pernyataannya pada kejahatan yang terjadi di Capitol dan ancaman kekerasan selanjutnya di pelantikan Biden minggu depan.

“Tidak ada ruang bagi kekerasan dan vandalisme di negara ataupun gerakan kita.”

Sepuluh anggota partai Republik mendukung pemakzulan

Sebagian besar anggota partai Republik dalam DPR menentang sikap anggota partai Demokrat, namun paling tidak setengah darinya telah menunjukkan dukungan terhadap pemakzulan sebelum pengambilan suara dilakukan.

Sepuluh anggota partai Republik mendukung pemakzulan terhadap Presiden Trump.

Anggota partai Republik, Liz Cheney, yang juga anak mantan wakil presiden partai Republik Dick Cheney, memimpin penentangan terhadap Trump.

Dalam pernyataannya, ia menyebut: “Tidak pernah ada pengkhianatan yang menandingi perilaku Presiden Amerika Serikat terhadap tempat kerjanya dan sumpahnya di hadapan Konstitusi”.

Liz, yang ayahnya sempat bekerja di bawah Presiden George W Bush selama dua periode, mengatakan Trump “memerintah” rombongan yang menyerang Capitol, “mengumpulkan rombongan, dan menyulut api serangan ini”.

Liz Cheney, wearing dark blue rimmed glasses, stands in front of a US flag while speaking
Anggota partai Republik Liz Cheney memimpin oposisi terhadap Trump.

AP: J Scott Applewhite

Anthony Gonzalez, anggota partai Republik Ohio, menulis di akun Twitter-nya dalam beberapa hari terakhir, ia masih “berusaha untuk memahami” peristiwa yang terjadi di Capitol.

“Ketika mempertimbangkan keseluruhan peristiwa yang berujung pada [kerusuhan] 6 Januari, termasuk lambatnya reaksi Presiden ketika Capitol diserang, saya terpaksa mendukung pemakzulan,” tulisnya.

Menanggapi peringatan oleh FBI tentang potensi munculnya kekerasan lain, Presiden Trump menjawab: “Ini bukan sesuatu yang saya perjuangkan dan ini bukan sesuatu yang Amerika perjuangkan. Saya mengajak SEMUA warga Amerika untuk membantu meringankan tekanan dan menenangkan.”

Donald Trump sebelumnya pernah dimakzulkan pada Desember 2019 atas dua tuduhan, yakni penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres, namun dibebaskan oleh pemungutan suara Senat.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar pandemi Australia, perkembangan dunia, dan lainnya di ABC Indonesia.