ABC

Dokter Muda Asal Sydney Wakili Australia di Davos

Banyak praktisi dunia medis masih menggunakan cara-cara kuno -misalnya, klinik yang masih menggunakan mesin fax atau dokter yang masih menggunakan ‘pager’ dan kertas pencatat di rumah sakit.

Itu semua adalah cara-cara yang ingin direvolusi Martin Seneviratne.

Walau bekerja sebagai dokter junior di Rumah Sakit Royal Prince Alfred di Sydney, pria berusia 27 tahun ini memiliki rencana untuk mengembangkan “karir hibrida”, yakni bekerja sebagai dokter, pengembang perangkat lunak dan pengusaha teknologi.

"Saya mempresentasikan bagaimana menurut saya, analisis data dan pembelajaran mesin dalam dunia media benar-benar bisa berdampak pada bagaimana kita memberi perawatan kesehatan dan membuatnya bisa diakses di seluruh dunia," kata Martin.

Proposal itu membuat Dr Martin terpilih sebagai salah satu dari 50 orang muda dari seluruh dunia yang berkesempatan menghadiri pertemuan tahunan ‘Forum Ekonomi Dunia’ (WEF) di Davos-Klosters, Swiss, pada bulan Januari.

Setiap tahun, sejumlah perwakilan pemuda dipilih dari ‘global shapers community’-jaringan internasional berdasarkan kota yang dipimpin oleh orang-orang berusia 20-30 tahun yang telah terpilih karena potensi kepemimpinan, inisiatif dampak sosial dan prestasi mereka.

Mereka akan bergabung dengan kepala negara, pemimpin bisnis, akademisi dan para pemimpin industri, seni dan budaya di forum itu untuk membahas isu-isu sosial yang dihadapi dunia; tema tahun ini adalah “kepemimipinan yang responsif dan bertanggung jawab”.

Satu-satunya pemuda Australia lain yang terpilih untuk menghadiri forum itu adalah Abdullahi Alim, seorang pengusaha teknologi di Perth yang baru saja memenangi penghargaan Queen’s Young Leader Award 2017.

Ini baru kali kedua pemuda Australia terpilih untuk menghadiri pertemuan tahunan tersebut.

"Rasanya seperti hidup di dunia Willy Wonka, benar-benar istimewa bisa mendapat kesempatan ini," kata Dr Martin.

“Alasan WEF mengundang 50 anak muda ini adalah untuk mencoba dan menjalani dialog yang sungguh-sungguh dengan generasi baru. Mereka mencoba dan menciptakan peluang nyata untuk bersuara dan mengatakan apa yang mereka pikirkan,” jelasnya.

Mencari solusi teknologi untuk dunia medis

Dr Martin begitu bersemangat untuk menemukan cara agar teknologi bisa bersinggungan dengan dunia medis dengan lebih baik.

Ia memiliki resume yang mengesankan -sarjana fisika dan pascasarjana kedokteran -dan melanjutkan studi ke Universitas Stanford, AS, untuk menjalani Beasiswa John Monash dalam bidang informatika klinis pada tahun depan.

Beasiswa itu bertujuan untuk melatih mahasiswa agar menjadi inovatif dan menggunakan teknologi, ilmu komputer serta perangkat lunak untuk memecahkan masalah di seluruh bidang medis.

Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

TWITTER: Posting Twitter WEF

Ia sudah memiliki beberapa pengalaman dalam dimensi itu, yakni dengan turut mengembangkan sebuah aplikasi bagi pasien kanker yang membantu mereka merekam gejala, lebih memahami diagnosis mereka dan menghubungkan mereka dengan literatur medis dan orang lain yang menjalani perawatan serupa.

“Ini tentang mengotomatisasi atau mendigitalisasi proses dalam kedokteran, bagaimana kita bisa menjauh dari kertas dalam kedokteran klinis di abad ke-21,” terang Martin.

Ia mengutarakan, “Apa yang benar-benar saya minati adalah langkah berikutnya.”

“Pertanyaan yang akan saya ajukan adalah bagaimana kita menggunakan data bervolume besar dalam kedokteran secara lebih efektif sehingga kita memahami Anda sebagai individu ketika Anda datang ke klinik dan menyesuaikan perawatan sebaik mungkin,” lanjutnya.

Diterjemahkan pukul 15:45 AEST 23/12/2016 oleh Nurina Savitri dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.