ABC

Ditemukan Fosil Kangguru Terbesar di Dunia

Menemukan barang berharga di kawasan tambang sudah biasa, tapi menjadi kejadian yang sangat langka jika berhasil menemukan tulang dari kangguru tertinggi di dunia.

Palaeontolog Australia kemungkinan besar telah berhasil menemukan spesies kangguru raksasa baru di Queensland Utara.
Sebuah tambang di bagian Barat Mackay, di Queensland Utara ini awalnya mendapat perhatian para palaeontolog tahun 2008 lalu ketika pemilik awalnya menemukan tulang yang tidak biasa.

Megafauna kangguru
Dr Scott Hocknull mengatakan megafauna kangguru ini dalam keadaan berdiri tingginya mencapai 2,5 meter.

ABC Tropical North: Sophie Kesteven

Sejak saat itu, dengan menggunakan palu, pahat dan sikat, palaeontolog menemukan sejumlah besar fosil yang diperkirakan berasal dari 30.000 tahun yang lalu.
Palaeontolog Dr Scott Hocknull mengatakan salah satu dari fosil ini bisa jadi berasal dari spesies baru kangguru.
“Berdasarkan ukuran tulang kakinya spesies itu mungkin memiliki tinggi dua setengah meter dan itu hanya dalam posisi istirahat, ” kata Dr Hocknull.
“Tapi kita harus terus menggali situs ini, dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu kita akan mengetahui apakah spesies baru ini sah atau tidak.
“Namun yang pasti itu adalah kanguru tertinggi yang pernah ditemukan di manapun di planet ini.”

Pelajar membantu palaeontolog
Sembilan siswa sekolah Moranbah State High School mendapat keistimewaan bergabung dengan palaentolog di situs penggalian fosil megafauna.

ABC Tropical North: Sophie Kesteven

Sejumlah pelajar mendapat kesempatan istimewa untuk membantu palaeontolog menggali situs ini di bulan Agustus.
Di antara mereka adalah Misty Boegheim (17) dari Sekolah Menengah Atas Negeri Moranbah.

“Bagus sekali dapat melihat tulang-tulang fosil pagi ini dan semua replika yang mereka buat,” katanya.
“Menarik sekali bagaimana Anda dapat melihat tanda cakar dan bisa mengintip ke masa lalu.
“Semua orang menundukan kepala melihat ke tanah dan mereka melihat ke sekeliling mereka.
“Ini sedikit seperti berkompetisi satu sama lain untuk melihat siapa yang dapat menemukan tulang pertama.

Misty Boegheim
Misty Boegheim, 17, salah satu siswa Moranbah State High School yang ikut membantu menggali fosil disitus.

ABC Tropical North: Sophie Kesteven

Dr Hocknull mengatakan ini merupakan kesempatan besar bagi siswa untuk menemukan apa dahulu pernah ada di halaman belakang mereka sendiri.
“Palaeontologi itu seperti pintu gerbang menuju ilmu – terutama untuk anak-anak – karena mereka selalu mencintai dinosaurus dan sekarang mereka bisa belajar tentang megafauna yang hidup setelah masa dinosaurus,” katanya.
Dr Hocknull mengatakan dinosaurus dibedakan dengan megafauna sebelum mereka ada sekitar 65 juta tahun yang lalu, sedangkan megafauna berkeliaran di kawasan tropis Queensland Utara antara 30.000-50.000 tahun yang lalu.
“Tapi ini adalah hewan yang sangat besar dan menemukan tulang-tulang mereka dan melihat fosil yang nyata di dalam tanah adalah hal yang sangat mengagumkan bagi sebagian besar anak-anak, dan saya merasakan seperti itu ketika saya melihat fosil untuk pertama kali dan itu membuat saya jatuh hati pada ilmu pengetahuan selama sisa hidup saya ,” dia berkata.
Buaya berperan penting dalam pelestarian fosil
Dr Hocknull mengatakan alasan fosil yang sangat terpelihara dengan baik adalah karena buaya besar memangsa megafauna yang ada pada saat itu.
“Buaya hidup di sungai-sungai dan raksasa seperti megafauna – kanguru raksasa dan wombat – yang turun ke tepi untuk minum dan kemudian bam mereka disambar oleh buaya besar,” katanya.
Dia menjelaskan bagian-bagian yang tidak ditelan buaya berakhir menjadi deposit fosil.
“Kembali ke 30.000 tahun yang lalu disini kita mendapati mereka dalam bentuk fosil tanah liat dan tanah dari endapan sungai-sungai,” katanya.
“Ini juga pertama kalinya di mana saja di Australia di mana kita memiliki megafauna tropis ini yang secara sistematis dapat digali dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada masa dahulu sekali.”

Tulang megafauna raksasa
Tulang megafauna raksasa yang berhasil ditemukan di situs tambang South Walker Creek dekat Nebo.

ABC Tropical North: Sophie Kesteven

Tugas berat menggali fosil
Menurut Dr Hocknull, mengungkap fosil bisa menjadi proses yang sangat lambat dan proses yang membutuhkan kesabaran.
“Kami perlahan-lahan menyapu tanah liat mencari segala sesuatu karena kita tidak hanya menemukan tulang besar dari hewan, kita juga menemukan fosil tanaman, serangga … [dan] moluska yang hidup di lingkungan tersebut,” jelasnya.
Setelah fosil ditemukan mereka harus dibungkus dalam kantung plester dan akan dikirim ke Brisbane di mana mereka akan dibersihkan dengan alat pelubang kecil dokter gigi.

“Secara perlahan-lahan mereka akan membersihkan lumpur dari tulang fosil itu .. kemudian kita akan mendigitalkan seluruh fosil itu dan menempatkannya pada model 3D dan model itu akan membantu riset kita ini,” katanya.
“Jadi selama bertahun-tahun kami telah membangun sebuah gambar dari apa yang ada di sini 30.000 tahun yang lalu … dan kemudian kita mencoba menjawab pertanyaan utama mengapa sekarang mereka sudah tidak ada lagi? Apa yang mendorong mereka punah?
“30.000 tahun yang lalu kita memiliki tiga spesies buaya berbeda yang hidup bersama dalam apa yang jelas tampak seperti sistem sungai yang terairi dengan baik dan habitatnya.
“Sekarang sungai itu sudah sepenuhnya kering dengan sedikit banjir di sana-sini.
“Jelas ada beberapa perubahan iklim besar yang telah terjadi selama 30.000 tahun terakhir yang mendorong semua lingkungan tersebut punah, dan kondisi ini menciptakan beberapa pertanyaan yang benar-benar menarik tentang bagaimana kita ke depan akan beradaptasi dengan perubahan iklim.”
Palaeontolog telah mengunjungi situs ini setiap tahun sejak 2011, dan Hocknull mengatakan mereka akan terus bekerja dengan BHP selama tiga sampai empat tahun ke depan untuk terus mengungkap lebih banyak tanah di kawasan tambang ini.

Diterjemahkan pada pukul 18:00 WIB, 5/9/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.