ABC

Diskriminasi Terhadap Perempuan Hamil di Australia Meluas

Studi baru menyebutkan, hampir 50 persen ibu mengalami diskriminasi di tempat kerja pada beberapa hal, selama kehamilan, cuti parental (menjaga anak) atau ketika mereka kembali kerja.

Pengkajian penting yang dilakukan Komis HAM Australia mendapati bahwa konsekuensi tersebut sangat dirasakan, karena 84 persen perempuan melaporkan stres mental serta fisik, dan menghancurkan keuangan serta karir mereka.

Laporan itu mengemukakan 49 persen perempuan hamil dan ibu-ibu yang bekerja mengalami diskriminasi baik di perusahaan swasta maupun pemerintahan.

Komisi itu mensurvei ratusan orang tua, pengusaha serta kelompok-kelompok bisnis, dan menemukan kasus-kasus dimana cuti hamil ditolak, kontrak pekerjaan dilanggar, karier terhambat, sementara penurunan pangkat dan pengunduran diri menjadi biasa.

Terungkap, seorang perempuan dinasihati oleh boss-nya agar menggugurkan kandungannya, sementara yang lain diminta untuk memilih antara bayi dan pekerjaannya.

Komisoner Diskriminasi Seksual Komnas HAM Australia, Elizabeth Broderick, mengatakan bahwa tidak ada sektor yang kebal dari diskriminasi ini.

"Kasus terburuk yang saya temui, seorang perempuan yang bekerja di sebuah industri yang didominasi laki-laki, ketika dia mengatakan kepada manajer bahwa dia hamil. Tanggapan langsungnya adalah, 'baik, pilihan Anda, pekerjaan atau bayi'.

Namun Broderick mengatakan, pria juga menghadapi diskriminasi.

"27 persen dari pria yang telah mengambil cuti menjaga anak, satu bulan atau kurang, mengalami diskriminasi ketika kembali dari cuti parental tersebut," katanya.

"Maksud saya, cuti itu kurang dari cuti tahunan hak mereka, sehingga mengejutkan saya."

Laporan itu juga menemukan, ketika sampai pada diskriminasi, hal itu tidak membuat perbedaan apakah boss itu perempuan atau laki-laki.

"Terlepas dari kerugian pribadi maupun profesional yang mendalam, diskriminasi itu telah menelan biaya ekonomi yang lebih besar," ujar Broderick.