ABC

Diskriminasi Halangi Akses Layanan Kesehatan Transgender di Asia Pasifik

Komunitas transgender di Asia Pasifik  mengeluhkan tidak tersedianya layanan HIV/Aids yang memadai bagi mereka. Stigma dan diskriminasi masih menjadi penyebab mereka enggan memeriksakan kesehatan.

Simposium Asosiasi Profesional untuk  Kesehatan Transgender di Dunia (WPATH) yang pekan ini diselenggarakan di Bangkok  merupakan konferensi internasional pertama yang membahas kemajuan terbaru dalam penelitian dan advokasi transgender dan transeksual.

Pertemuan ini melibatkan organisasi non-pemerintah dan para ahli terkemuka untuk membahas isu-isu seputar seksualitas dan kesehatan transgende.

Kelompok Transgender mengatakan anggota komunitas mereka sering melewatkan tes atau pengobatan HIV/Aids karena stigma dan diskriminasi.

Joe Wong, juru bicara untuk  Gerakan Transgender di Singapura, mengatakan kepada Radio Australia Asia Pasifik bahwa laki-laki transgender adalah salah satu kelompok yang paling diabaikan dan tak terlihat dalam masyarakat.
 
"Anda tidak akan dapat melihat pria transgender di jalan," katanya.

"Mereka berevolusi dari menjadi lesbian kemudian menyadari mereka tidak ingin berada di tubuh perempuan ini, dan kemudian mereka mencoba untuk pergi melalui prosedur yang berbeda untuk mendapatkan keselarasan dengan gender mereka.”

"Tidak tersedia layanan HIV apapun bagi pria transgender;  tidak ada akses baik berupa brosur pencegahan, pesan-pesan pencegahan dan tidak ada penyedia layanan kesehatan yang cukup peka untuk diajak berbicara mengenai isu-isu tersebut.”

 "Masih belum banyak penerimaan dalam komunitas kalau pria transgender itu memang ada."

Sebagai kelompok transgender wanita – Hijra  di banyak bagian di Asia Selatan banyak berperan di sektor budaya, tapi tetap saja mereka masih sering menghadapi diskriminasi dan kekerasan.
 
Hijra misalnya sering diminta untuk memberkati kelahiran anak dan pernikahan, kadang-kadang mereka diundang dengan alasan masyarakat takut mereka mungkin akan  membaca mantra jika tidak diundang.

Laxmi Narayan Tripathi, seorang aktris dan Hijrah yang berlatar belakang aktivis mengatakan visibilitas yang lebih tinggi dapat berkontribusi terhadap respon kesehatan yang lebih efektif untuk HIV / AIDS.

"Simposium ini sangat berguna …karena untuk pertama kalinya pertemuan seperti ini melibatkan kelompok masyarakat yang cukup teknis seperti ilmuwan dan dokter dalam symposium WPATH ini," katanya.

"Bagi saya, sebagai seorang aktivis dari negara seperti India, dari kelompok etnis tradisional transgender … aktivitas Hijrah normalnya adalah mengemis, atau Hijra melakukan pekerjaan seks.

"Tapi sekarang  (WPATH) telah membuka pintu dan mulai proses belajar bagi kami."

Laxmi Narayan Tripathi mengatakan meskipun masyarakat masih menghadapi diskriminasi Hijrah di India, situasinya semakin membaik.
 
"Perlahan-lahan, dan berlanjut ada banyak perubahan yang terjadi, seperti masalah kartu pemilihan kita – ada kolom pilihan 'jenis kelamin lain'.
 
"Dalam paspor kami, kita bisa memilih referensi seks kami dan begitu juga pada kartu identitas, ada pilihan jenis kelamin 'transgender'.
 
"Dan kami mempromosikan hukum non-diskriminatif dan juga sikap pemerintah yang seharusnya  … perlahan tetapi pasti, kami berhasil mendapatkan hak-hak kami."