ABC

Disandera 472 Hari di Filipina, Mantan Tentara Ini Kisahkan Pengalaman Pahitnya

Seorang pria Australia yang diculik dan disandera oleh militan Muslim di Filipina Selatan selama 472 hari telah bercerita mengenai siksaan berat yang dialaminya, mengungkap kedekatannya dengan kematian serta metode yang ia gunakan untuk mencegah dirinya menjadi tak waras.

Warren Rodwell dikawal oleh personel militer Amerika Serikat setelah pembebasannya. (Foto: AFP)
Warren Rodwell, mantan tentara dan guru Bahasa Inggris dari Sydney, diculik dari rumahnya di pulau Mindanao, yang terletak di selatan Filipina, pada bulan Desember 2011.

Lima belas bulan setelah pembebasannya, ia mengatakan, orang-orang yang telah menawannya hampir saja membunuhnya karena kebodohan mereka.

Ia berujar, ia ditembak pada jari tengahnya ketika ditangkap dan hampir tenggelam ketika hendak dibawa ke persinggahan pertamanya.

“Setelah kita berada di laut selama sejam, kapalnya meledak. Mesin kapal terbakar dan saat itulah saya bisa melihat ketidakbecusan yang dibuat,” ungkapnya.

Selama 15 bulan setelahnya, pengawal Abu Sayyaf memindahkan Warren dari satu tempat ke tempat lainnya di hutan pengunungan yang terpencil dan rawa mangrove yang lebat.

“Ketika nyamuk-nyamuk menyerbu, mereka akan membuatmu gila,” ujarnya.

Ia menuturkan, dirinya bertahan tiap hari untuk tetap waras dan mengontrol pikirannya.

“Saya selalu punya ketertarikan dengan angka, dan saya pernah tinggal di Tiongkok untuk beberapa saat, jadinya saya bermain angka seperti orang-orang Tiongkok…mencoba memecahkan permasalahan matematik,” kisahnya.

Ia mengatakan, situasi itu membuatnya merefleksikan hidupnya dan juga hidup semua orang yang ia kenal.

“Saya berbicara kepada diri sendiri bahwa sesungguhnya saya ingin hidup lebih lama dari ibu saya,” urainya.

Perjuangan melawan kelaparan dan penyakit

Kelaparan adalah teman sehari-hari Warren selama 15 bulan menjadi sandera. Ia pun kehilangan berat badan sebanyak 30 kilogram.

Ia mengatakan, para penangkapnya juga mengalami kekurangan makanan dan sakit-sakitan.

“Saya memerhatikan perilaku mereka dan karena saya melihat adanya perubahan dalam diri para penawan, saya juga melihat mereka jatuh sakit, sementara lainnya menjadi kehilangan kendali. Itu menjadi hiburan buat saya, ketika anda melihat orang-orang yang seharusnya berada di situasi yang lebih kuat juga mengalami hal serupa dengan anda, bahkan lebih parah,” jelas Warren.

Selain dimintai sejumlah bukti mengenai pertanyaan hidup dan muncul dalam video, Warren tadinya berpikir ia telah dilupakan dan sempat bersiap-siap untuk mati.

“Segera setelah saya dibebaskan dan mengetahui banyaknya keterlibatan dan komitmen yang membantu, khususnya mereka yang berada di DFAT dan Kepolisian Federal, saya menjadi cukup terharu,” ujarnya.

Uang tebusan dibayarkan kepada penyandera, meskipun itu adalah sebagian kecil dari permintaan asli mereka yang sebesar 2 juta dolar.

Pembebasan Warren walau sangat mengharukan namun berjalan biasa. Ia dibuang ke sebuah dermaga, di kota pelabuhan ‘Pagadian’.

Berperawakan sangat ceking, ia hampir tak bisa berjalan ke gerbang pelabuhan, tempat di mana ia mengatakan kepada pekerja pelabuhan bahwa ia telah diculik oleh kelompok militan Islam Abu Sayyaf.

Terus mengingat waktu dan tanggal menjadi penting, dan ia mengutarakan, ia tak akan pernah melupakan tanggal pembebasannya.

“Saya bertanya ke penjaga pelabuhan, apa ini sudah melewati tengah malam? Ia bilang ya. Saya balik bilang, bagus. Ini hari ulang tahun ibu saya,” cerita Warren.

Sejak dibebaskan, Warren telah berusaha memulihkan diri di Brisbane.

Jari telunjuknya yang tertembak dalam hari penangkapan telah diamputasi dan fisioterapi-pun telah membantunya memulihkan kekuatan.

Ia telah bekerjasama dengan peneliti Dr. Bob East dalam penulisan buku biografinya.