ABC

Diprotes, Pemasaran Mainan Anak Berdasarkan Gender

Kelompok orangtua yang tergabung dalam Play Unlimited di Australia memulai kampanye untuk menghentikan sistem pemasaran mainan anak berdasarkan gender.

Play Unlimited meluncurkan petisi yang meminta agar perusahaan-perusahaan penjual mainan seperti Toys “R” Us berhenti melabeli mainan tertentu untuk anak lelaki dan mainan lain untuk anak perempuan.

Selain itu,  Play Unlimited juga meminta agar perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi menggunakan warna biru atau merah muda yang menandakan bahwa mainan tersebut dikhususkan untuk anak lelaki atau perempuan.

Juru bicara Play Unlimited, Thea Hughes, berkata bahwa jenis mainan mempengaruhi perkembangan anak.

Menurutnya, akan sangat bermanfaat bagi anak-anak bila mereka bisa bermain dengan berbagai macam mainan, dan jenis mainan seharusnya tidak dipecah-pecah secara gender, karena ini bisa mempengaruhi cita-cita mereka.

“Contohnya, kalau seorang anak laki-laki tidak memiliki pengalaman menggendong boneka atau mendorong kereta bayi. Kita lihat ada ayah yang mendorong kereta bayi. Kenapa para ayah boleh terlibat dalam membesarkan anak tapi anak laki-laki tidak boleh main boneka? Tidak masuk akal,” jelas Hughes.

Trudi Borin, manajer operasional sementara Asosiasi Mainan Australia (ATA), mengatakan bahwa lembaganya termasuk “bersalah” karena ikut mempromosikan pembagian gender dengan cara menawarkan hadiah untuk mainan anak perempuan dan mainan anak laki-laki terbaik tiap tahun.

Namun, menurutnya, para pembuat mainanlah yang memilih cara mereka menampilkan mainan mereka.

“Pengalaman pribadi saya, saya pernah melihat anak-anak laki-laki yang melihat iklan untuk mainan anak perempuan dan mereka membeli mainan itu bila memang itu yang mereka inginkan,” jelas Borin.

Ia berkata, meskipun Ia simpatik pada tujuan kelompok Play Unlimited, menurutnya orangtualah yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak.

“Menurut saya, kalau orangtua ingin membeli mainan untuk anak, tidak relevan apakah mainan itu dipasarkan untuk anak laki-laki atau perempuan karena mereka tetap memiliki akses terhadap mainan tersebut. Pada akhirnya, keputusan membeli mainan ada pada orangtua,” ucap Borin.

Ia mengakui, membesarkan anak “bebas gender” tidaklah mudah.

“Secara pribadi, saya kenal banyak orangtua yang sudah berusaha keras membuat anak mereka bebas gender, tapi begitu anak itu masuk sekolah, sulit sekali. Entah apa, tapi mereka mulai jadi berbeda,” cerita Borin.

Hughes berkata bahwa Ia memutuskan mengambil tindakan saat anak laki-lakinya yang berusia tiga tahun merasa sedih karena ditegur oleh anak lain, yang mengatakan seharusnya Ia tidak boleh menyukai warna merah muda, karena itu “warna anak perempuan.”

Ia bercerita, Ia mendorong anak laki-lakinya bermain dengan mainan apa saja yang dipilihnya.

“Pada hari ulang tahunnya yang terakhir, Ia meminta pemotong rumput dan gaun merah muda, karena Ia punya banyak teman anak perempuan dan mereka semua punya gaun, jadi dia mau gaun juga,” cerita Hughes.

“Ia mengembangkan keahlian merawat dengan cara bermain dengan boneka, dan juga keahlian lain dengan cara bermain dengan balok-balokan dan Lego.”

Menurut Hughes, ada alasan tertentu mengapa perusahaan mainan mempromosikan perbedaan gender melalui mainan.

“Kalau anda memproduksi sepeda berwarna merah muda dan biru, adik laki-laki tidak mau memakai sepeda kakak perempuannya, jadi ini menyebabkan kebutuhan membeli banyak barang dan mengakibatkan tekanan bahwa seorang anak harus suka salah satu saja,” jelasnya.

Namun, Borin dari ATA mengatakan ada solusi sederhana: “Beli saja sepeda warna hijau untuk anak perempuan anda, jadi anak laki-laki anda tidak peduli tentang warna sepeda itu."