ABC

Dilema Fenomena Transaksi Ekonomi Bir di Australia

Media sosial di Australia kini tengah marak bermunculan aksi barter barang bekas atau tawaran pekerjaan yang diupah dengan sebotol bir atau minuman alkohol lainnya. Transaksi yang dikenal dengan istilah “ekonomi bir/beer economy” ini dipertanyakan legalitasnya. 

Di seluruh Australia, forum "beer economy"  kini bermunculan dimana anggotanya menggunakan sebotol anggur, bir rumahan dan berbagai jenis minuman alkohol sebagai mata uang untuk melakukan transaksi.
 
Di Northern Territory, sebuah grup pribadi yang menamakan Darwin Beer Economy  diluncurkan pada Agustus lalu dan telah mewadahi 14.000 anggotanya yang melakukan berbagai layanan khusus atau pekerjaan serabutan, seperti perbaikan dek, ubin kamar mandi, dan mekanik mobil sampai menemukan hewan
peliharaan yang hilang, yang dibayar dengan minuman alkohol.
 
Para pengguna forum ini juga mengunggah permintaan jual beli minuman untuk ditukar dengan sejumlah barang bekas atau benda yang tidak biasa, mulai dari makanan anjing, gaun pengantin dan peralatan masak hingga topi sombrero Meksiko dan video game tahun 90-an.
 
"Apakah ada yang punya atap kendaran 4WD yang hendak dijual? Berminat dibarter dengan minuman alcohol saya ini?” tulis sebuah pesan yang diunggah sambil melampirkan anggur 3 kali penyaringan.
 
Sedangkan yang lain menawarkan bir yang diklaim tidak mereka sukai rasanya atau bahkan anggur kuno yang bersedia mereka tukar dengan bir jenis lain.
 
Para pendukung tren ini mengklaim forum semacam ini adalah bentuk barter yang dapat mengembangkan masyarakat sambil memperluas tradisi warga Australia yang sangat dicintai: memberikan minuman dingin ketika sudah ditolong oleh seseorang.
 
"Ini hanya cara lain untuk menghubungkan orang-orang yang mungkin bisa membantu orang dalam situasi dimana orang tidak saling kenal orang lain yang bisa membantu mereka," kata pendiri Central Queensland Beer Economy.
 
"Mungkin dari kontak ini akan terjalin persahabatan baru diantara mereka yang memiliki pikiran serupa yakni mereka yang bersedia melakukan sesuatu diakhir pekan untuk mendapatkan enam kaleng bir saja.
 
"Ini sistem barter tua, yang sudah berlangsung selama ini,”
 
Tetapi di dalam NT, otoritas minuman keras tidak begitu yakin terkait legalitas praktek tersebut.
 
Dirjen pemberian izin NT, Cindy Bravos mengatakan lembaganya dan kepolisian NT mengetahui keberadaan komunitas Darwin Beer Ekonomi ini dan terus memantau aktivitasnya".
 
Menurut Undang-Undang liquor atau minuman keras di NT, individu atau bisnis harus memegang lisensi minuman keras untuk dapat memasok alkohol yang akan ditukar dengan uang, sebagai hadiah yang disediakan atau menarik manfaat dari penjualan.
 
Ketentuan "reward/upah" dan "manfaat" dalan aturan itu bisa digunakan untuk menyeret pelaku ekonomi bir ke ranah hukum.
 
Namun pihak berwenang NT menyatakan belum bisa menindak hukum pengguna Darwin Bir Ekonomi, lantaran sulit bagi pihak berwenang untuk membuktikan pertukaran yang terjadi di media sosial, lantaran Komunitas Darwin Bir mengeluarkan aturan anggotanya wajib menghapus posting mereka begitu terjadi
transaksi.
 
Di luar kajian hukum, ekonomi bir ini juga menciptakan dilema bagi masyarakat.
 
Menurut  Professor Ann Roche, Direktur Pusat Riset untuk Pendidikan dan Pelatihan Adiksi Nasional, ini merupakan bagian dari cara warga Australia untuk saling berinteraksi.
 
"Ekonomi bir positif dalam hal menumbuhkan semangat komunitas dan saling bantu membantu di masyarakat dan ini mekanisme yang sangat dikenal masyarakat,”
 
"Menggunakan alcohol sebagai pengganti mata uang merupakan bagian dari sejarah kita. Ketika koloni Australia pertama bermukim di daratan ini, orang-orang juga dibayar dengan menggunakan anggit dan itu diabadikan dalam Rum Corps.
 
Namun demikian Ia tidak memungkiri keprihatinan dibalik fenomena ini yakni kemungkinan terjadinya pemberian alcohol bagi anak dibawah umur dan juga kualitas keamanan anggur produksi rumahan dan penerapan harga yang berpotensi mendorong penyalahgunaan dan kecanduan alcohol.
 
Pendiri komunitas Darwin Beer Economy tidak merespon permintaan wawancara ABC untuk artikel ini.