ABC

Di Melbourne, Pekerja Film Indonesia Nyatakan Tetap Optimis dengan Perfilman Nasional

Aktor Chicco Jerikho serta sinematografer Satria Kurnianto menyatakan tetap optimis dengan dengan masa depan kondisi perfilman nasional, meskipun artis yang lagi naik daun Tara Basro kelihatan lebih skeptis.

Hal itu terlihat dalam diskusi perfilman Indonesia pada Gala Opening Indonesian Film Festival (IFF) ke-11 yang digelar di Melbourne, Rabu (13/4/2016) malam. Ketiga pekerja film ini hadir memeriahkan festival yang akan berlangsung hingga 20 April mendatang.

Chicco membintangi film Filosopi Kopi dan Satria Kurnianto merupakan sinetografer film Another Trip to the Moon. Kedua film ini diputar dalam festival tersebut.

Menurut Tara Basro yang sekaligus merupakan duta festival, kondisi perfilman di tanah air belum menggembirakan.

Menurut dia, di Indonesia bahkan artisnya pun tidak cukup banyak sehingga tidak heran jika artis yang sama seringkali tampil di banyak film.

"Bukan karena hal itu yang diinginkan para artis tapi seringkali karena hal itu merupakan satu-satunya pilihan," kata Tara Basro.

"(Industri film) kita masih terus belajar dan berkembang," katanya seperti dilaporkan wartawan ABC Farid M. Ibrahim.

(Dari kanan): Tara Basro, Chicco Jerikho, dan Satria Kurnianto. (Foto: Istimewa/IFF2016).
(Dari kanan): Tara Basro, Chicco Jerikho, dan Satria Kurnianto. (Foto: Istimewa/IFF2016).

Ditanya apakah kurangnya jumlah artis film itu terkait dengan minimnya pelatihan dan pendidikan di bidang perfilman, Tara membenarkan bahwa sekolah perfilman masih sangat minim jumlahnya di Indonesia.

"Mungkin dua atau tiga saja sepanjang yang saya tahu," katanya seraya menambahkan justru sebagian pekerja perfilman Indonesia mendapatkan pendidikanya di luar negeri.

Sementara itu, Satria Kurnianto mengatakan perfilman Indonesia memang belum mencapai kapasitas maksimalnya. "Namun embrio baiknya sudah mulai banyak yang muncul," katanya.

Menurut Tara, pasar perfilman di Indonesia bisa dibagi dua, yaitu menengah ke atas dan menengah ke bawah. "Bagi perfilman yang menargetkan pasar menengah ke bawah, biasanya mereka bisa kembali modal," katanya.

Namun hal itu tidak terjadi bagi kalangan pekerja film yang membuat film untuk pasar menengah ke atas.

Berbicara mengenai dukungan pemerintah, Tara Basro menilai tidak begitu banyak dukungan dari pemerintah.

Namun hal berbeda dikemukakan Chicco yang menyatakan bahwa pemerintah sudah mulai mendukung industri perfilman nasional. "Badan ekonomi kreatif juga sudah mulai mendukung kita," katanya.

Chicco menambahkan, bahwa kalangan investor asing pun sudah mulai melirik industri perfilman Indonesia saat ini.

Ditanya mengenai pilihannya menjadi aktor, Chicco mengakui hal itu sebagai jalan hidupnya.

"Bagi saya menjadi aktor bukanlah sebagai pilihan pekerjaan. Melainkan lebih merupakan perjalanan hidup," ujarnya.

Pasalnya, kata Chicco, setiap kali memainkan peran dalam sebuah film, hal itu merupakan pengalaman yang selalu berbeda dan belum tentu bisa dijalani oleh setiap orang.