ABC

Di Darwin, pencari suaka anak-anak “dinomori”

Pusat detensi imigrasi Wickham Point, di luar Kota Darwin, Australia Utara, memperlakukan pencari suaka anak-anak dengan cara memberi nomor kepada mereka.

Tindakan "menomori" tahanan anak-anak itu dikecam kelompok LSM pembela hak-hak pencari suaka, Chil-Out, yang menyebutnya sebagai merendahkan martabat seseorang.

Menurut pengakuan Chil-Out, anak-anak itu tidak dipanggil dengan nama mereka, namun dipanggil menurut nomor masing-masing.

Chil-Out mengaku mendapat laporan, anak-anak itu juga dipaksa berbaris cukup lama untuk mendapat jatah makan sedang orang tua mereka sama sekali tidak mendapatkan jatah buah-buahan.

Menurut Direktur Chil-Out Sophie Peer, perlakuan pihak imigrasi ini sangat merendahkan martabat kemanusiaan pencari suaka.

"Ini menjatuhkan martabat orang. Bayangkan anak-anak usia 12 tahun ke bawah, dipanggil dengan nomor urut, bukan dengan namanya masing-masing. Apa yang akan mereka rasakan dalam dunia yang terkungkung itu, saat para petugas bahkan tidak memanggil mereka dengan nomor," tutur Sophie.

Sementara itu, beberapa orang pencari suaka yang memutuskan membatalkan klaim suaka di Australia kini telah dipulangkan. Pemerintah mengatakan, berdasarkan kebijakan baru itu, pencari suaka yang datang dengan kapal akan dimukimkan di Pasifik dan bukannya di Australia.

Menteri Immigrasi Tony Burke mengatakan, kenyataan bahwa pencari suaka memutuskan untuk pulang mestinya menghapuskan keraguan mengenai niat Partai Buruh untuk menerapkan kebijakan itu.

Menurut dia, orang pertama yang minta pulang, seorang Iran dari pusat detensi Pulau Christmas, telah tiba di negara asalnya. Dua warga Iran lainnya dari Pulau Manus juga kini sedang dalam perjalanan pulang ke Iran.