ABC

Di Australia Pun Orangtua Calon Pemimpin Jadi Sorotan Selama Kampanye Pemilu

Kampanye Pemilu di Australia semakin memanas, setelah salah satu media yang mendukung pemerintah, menyerang pemimpin oposisi Bill Shorten. Dia dituduh menyembunyikan fakta-fakta sebenarnya mengenai ibunya sendiri.

Politisi diserang soal ibunya:

  • Kelompok media News Corp menyerang pemimpin oposisi Australia terkait karir ibunya di masa lalu
  • Bill Shorten dituduh tidak menjelaskan secara lengkap fakta-fakta mengenai ibunya
  • Serangan kelompok media ini terhadap politisi Partai Buruh sudah sering terjadi

Tabloid dari kelompok media milik Rupert Murdoch The Daily Telegraph dalam edisi Selasa (7/5/2019) menurunkan laporan yang menuduh Bill Shorten sengaja “menyembunyikan” kebenaran mengenai ibunya Ann Shorten.

Artikel Telegprah itu diterbitkan setelah Shorten yang memimpin Partai Buruh ini muncul dalam talk-show ternama Q&A dari stasiun TV ABC sehari sebelumnya.

Saat itu, Shorten memaparkan ibunya merupakan inspirasi bagi dirinya dalam meniti karir politiknya.

Shorten mengatakan ibunya sebenarnya ingin kuliah hukum agar bisa menjadi pengacara, namun dia harus mengorbankan cita-citanya itu dan menerima beasiswa untuk menjadi guru.

Hal ini, kata Shorten, disebabkan oleh faktor ekonomi karena ibunya merupakan anak tertua yang harus mendukung adik-adiknya.

Tabloid itu menuduh Shorten “mengabaikan fakta bahwa ibunya sebenarnya sempat kuliah hukum, lulus dengan predikat sangat memuaskan, serta berpraktek selama enam tahun”.

Telegraph dalam artikel bertajuk “Mother of invention” juga menyebut Shorten sendiri termasuk anak beruntung yang bisa menjalani pendidikan di sekolah elit Xavier College di Melbourne.

“Jauh dari segala rintangan, dia (Ann Shorten) berhasil mencapai impiannya,” demikian tulis Telegraph dalam tajuknya.

Shorten menyebutkan ibunya yang meninggal lima tahun lalu sampai kini masih tetap menjadi sumber inspirasi baginya.

telegprah bill shorten.jpg
Tabloid Daily Telegraph menuduh pemimpin oposisi Australia menyembunyikan fakta-fakta tentang ibunya.

istimewa

“Dia wanita hebat. Yang pertama dari keluarganya masuk perguruan tinggi. Mereka tidak kaya. Dia ingin kuliah hukum tapi harus menerima beasiswa jadi guru demi adik-adiknya,” katanya.

“Dia suka menjadi guru dan dia guru yang baik. Belakangan dia jadi pendidik para guru. Dia kerja di Monash University lebih dari tiga dekade, namun dia selalu ingin kerja di bidang hukum,” tambah Shorten.

“Belakangan hari di usianya yang 50-an tahun, dia melakukan hal itu. Saat saya bersama saudara kembarku masuk kuliah, dia juga mendaftar di fakultas yang sama. Saat saya di tahun pertama fakultas hukum, dia sudah di tahun terakhir. Dia cemerlang dan mendapatkan hadiah dari Mahkamah Agung,” paparnya.

“Dia akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya dan memenuhi kualifikasi sebagai pengacara di usianya yang 50-an,” tambah Shorten.

“Namun akibat situasi keuangannya, dia tidak mendapatkan semua peluang yang ada padanya,” katanya.

“Saya tak bisa mengubah apa yang terjadi dengan ibuku. Tapi saya bisa mengubah sesuatu bagi orang lain. Makanya saya masuk politik. Itu sebabnya saya minta dukungannya agar saya jadi Perdana Menteri,” ujar Bill Shorten.

“Bukan tentang ibu kami”

Menanggapi serangan Telegraph, Shorten menyebut betapa rendahnya perilaku media tersebut yang menggunakan ibunya sebagai jalan untuk menyerang dirinya secara politik.

“Saya tidak membacanya, karena tidak mau membuang-buang waktu. Mereka pikir karena saya memaparkan cerita diri saya di Q&A, mereka pikir sudah “membongkar” kehidupan saya, kehidupan ibu saya,” katanya.

Perdana Menteri Scott Morrison yang dimintai tanggapannya hanya berharap yang terbaik buat Bill Shorten. Namun dia mengaku bisa memahami betapa menyakitkan serangan mengenai ibu seseorang.

“Pemilu kali ini bukan tentang keluarga kami. Bukan tentang ibunya Bill Shorten. Bukan tentang ibu saya,” ujar PM Morrison.

“Sayangnya ibunya sudah meninggal. Saya bersyukur ibuku masih hidup. Pemilu ini bukan tentang siapa ibu dan bapak kami, atau siapa anak dan istri kami,” katanya.

“Tapi tentang pilihan antara Bill Shorten dan saya sebagai Perdana Menteri,” ujarnya.

Seorang pengurus Partai Buruh Jim Chalmers hari Rabu (8/5/2019) menyebut kelompok media News Corp telah berusaha membantu pemerintah untuk terpilih kembali.

“Beginilah yang mereka kerjakan. Mereka akan lakukan apa saja untuk menaikkan Partai Liberal, menaikkan pemerintahan yang telah gagal, yang dalam enam tahun memiliki tiga Perdana Menteri, yang melipatgandakan utang negara dan membuat penghasilan masyarakat stagnan,” katanya.

Ini bukan serangan pertama yang dilancarkan Telegraph dan kelompok induknya, News Corp, kepada Bill Shorten, yang menolak menemui bos kelompok media itu Rupert Murdoch menjelang pemilu.

Pada tahun 2012, seorang penyiar radio ternama Alan Jones juga pernah menyerang ayah dari Julia Gillard, Perdana Menteri saat itu.

Dia menyebut ayah Gillard “meninggal karena malu” gara-gara kebohongan-kebohongan politik putrinya.

PM Julia Gillard saat itu menolak upaya permintaan maaf dari Alan Jones.

Ikuti berita lainnya dari ABC Indonesia.