ABC

Di Australia Lumpur Banjir Tak Dipolitisasi

Warga Kota Townsville, Australia, mulai kembali ke rumahnya setelah beberapa hari mengungsi akibat banjir bandang. Mereka mendapati rumah dan isinya kotor dan berlumpur.

Walikota Townsville Jenny Hill menyatakan sekitar 2000 rumah warganya terdampak banjir akibat curah hujan tinggi selama awal Februari 2019.

Menurut catatan Biro Meteorologi setempat, curah hujan yang setara dengan setahun terjadi hanya dalam sepekan di kota beriklim tropis yang terletak di Queensland utara.

Sama seperti banjir bandang yang terjadi di Kota Makassar dan daerah sekitarnya pada akhir Januari 2019, banjir di Townsville juga diwarnai dengan pembukaan pintu air waduk.

Bahkan, jika Dam Bili-bili di Kabupaten Gowa kabarnya cuma dibuka sebagian, pintu air di Dam Ross River di Townsville dibuka sepenuhnya karena volume air mencapai 200 persen dari kapasitas waduk.

Limpahan air waduk pun meluber kemana-mana, menggenangi kota itu dalam apa yang disebut banjir sekali satu abad akibat curah hujan yang sangat tinggi.

Walikota Jenny Hill mengakui rumah-rumah warganya yang sudah terendam banjir, kemudian diperparah lagi dengan datangnya limpahan air waduk.

“Air menggenang hingga ke dapur, ruang tamu, kamar tidur,” ujarnya.

Kepada ABC News, seorang warga bernama Clayton Linning menjelaskan, saat kembali dia mendapati rumahnya dalam kondisi menyedihkan.

“Begitu kami buka pintu, kondisinya cukup menyedihkan namun harus kami atasi,” ujarnya.

Dia mengaku sudah mengantisipasi hal terburuk karena rumahnya berada di jalur air.

“Saya harap nantinya bau busuk akan hilang dan lumpur pun akan mengeras kalau sudah ada matahari dan cuaca panas,” katanya.

Kini Clayton dan istrinya masih menunggu pihak asuransi memeriksa segala kerusakan sebelum dia mulai melakukan aksi bersih-bersih.

Namun banyak warga lainnya di sana yang sudah mulai membersihkan rumah mereka.

Dari pemantauan ABC terlihat warga mulai menjemur karpet-karpet yang basah dan menyapu sisa-sisa lumpur.

Di tengah situasi ini, muncul solidaritas sesama warga. Ada yang membuka rumahnya yang selamat dari banjir untuk menampung para tetangganya yang kebanjiran.

Clayton Linning mengaku sedih juga sebenarnya, karena seakan-akan dibutuhkan bencana untuk bisa menyatukan warga.

“Banyak tetangga yang tak pernah kami lihat sebelumnya kini bisa ketemu,” ujarnya.

Di Indonesia pun bencana banjir selalu mengundang perhatian kepada para korban. Apalagi dari para politisi yang kini memang giat mencari simpati para pemilih.

lumpur.jpeg
Pertemuan Cawapres Sandiaga Uno dengan warga Makassar korban banjir yang tubuhnya penuh lumpur pada Sabtu (26/1/2019), dituding oleh kubu Capres Jokowi sebagai settingan.

Istimewa: Timses Prabowo-Sandi

Namun Cawapres Sandiaga Uno yang mengunjungi korban banjir di Makassar, tampaknya tak pernah menduga akan dituding hanya bersandiwara oleh lawan politiknya.

Warga yang dia temui ketika itu, Ilyas Daeng Ila, terlihat penuh lumpur di bagian depan badannya. Ada yang menuding hal ini hanya settingan.

Foto yang disebarkan lawan politik Sandiaga menunjukkan sisi belakang dari badan Daeng Ila, yang tampak bersih dari lumpur.

Kepada Detik.com, Daeng Ila menjelaskan dirinya memang bertemu Sandiaga ketika dia membersihkan lumpur dari bawah kolong tempat tidurnya akibat kemasukan banjir.

Daeng Ila membantah tudingan bahwa lumpur di badannya itu hanya settingan.

“Saya menyapu di bawah tempat tidur dan meja. Jadi ini badanku bagian depan penuh lumpur, belakang tidak,” katanya dengan logat Makassar.

“Orang bilang saya kasih lumpur badanku. Padahal tidak, saya sedang membersihkan rumah,” tambah Daeng Ila, yang rumahnya terletak di tepi Sungai Jeneberang.

Sungai di perbatasan Makassar dan Kabupaten Gowa ini meluap saat banjir bandang, dan tentu saja membawa banyak lumpur ke rumah-rumah warga.

Ikuti juga berita lainnya dari ABC Indonesia.