ABC

Desakan Pemecatan Juru Bicara Parlemen Papua Nugini Menguat

Juru bicara parlemen Papua Nugini, Theo Zurenoc  terus menuai kecaman sejak ia memerintahkan pemindahan dan penghancuran ukiran kayu dan totem diluar gedung parlemen. Sejumlah tokoh dan koleganya sesama anggota parlemen di Papua Nugini mendesak agar ia diberhentikan.

Desakan agar juru bicara parlemen Papua Nugini, Theo Zurenoc diberhentikan dari jabatannya antara lain disuarakan oleh mantan juru bicara parlemen Papua Nugini, Timothy Bonga. Ia  mengatakan aksi Zurenoc telah memicu kemarahan mayoritas menteri di Papua Nugini.

Bonga mendesak pelengseran Zurenoc menjadi agenda utama dalam sidang parlemen mendatang yang akan diselenggarakan tahun depan.

"Menurut saya, tindakan Zurenoc sangat tidak bisa dibenarkan,” kata Bonga dalam program Pacific Beat.

"Pemindahan dan penghancuran patung itu diluar kewenangan dia dan terkait budaya kita itu sangat fatal.” Katanya.

Sebelumnya pada Jum’at (13/12/2013),  8 orang anggota parlemen juga mengajukan tuntutan serupa yakni meminta Zurenoc mundur atau segera diberhentikan dari jabatannya.

Kemarahan ini dipicu keputusan kontroversial Zurenoc, yang memerintahkan pemindahan dan penghancuran ukiran kayu dan totem diluar gedung parlemen. Zurenoc  mengklaim patung ukiran itu merupakan sumber kekuatan setan dan bertentangan dengan pengakuan Papua Nugini sebagai negara Kristen.

Pemimpin agama terkemuka Papua Nugini, Pendeta Joseph Walters adalah salah satu dari tokoh yang mendukung tindakan juru bicara parlemen Theo Zurenoc.

"Papua Nugini pada dasarnya berasal dari masyarakat animisme … dan benda-benda seperti  itu kita gunakan untuk menyampaikan pemujaan dan penghormatan kepada kekuatan mistis,kekuatan pagan,” kata Pendeta Walters kepada Pacific Beat.

"Jika kita perhatikan secara seksama patung totem besar itu mata dan wajahnya yang diukir, anda akan terkejut kalau wajah itu tidak mewakili wajah Papua Nugini,” katanya lagi.

"Mereka itu adalah wajah-wajah Tuhan orang Mesir, wajah mereka itu Mongoloid dan wajah Budha, atau penampilannya seperti orang Maori.”

Tapi Bonga mengatakan ukiran di gedung parlemen memang mewakili berbagai kelompok budaya di Papua Nugini.

"Kami memiliki patung yang sejak jaman dulu memang telah menjadi simbol klan atau kebudayan kami, dan kita ketika itu meyakini kekuatan mereka.”

Bonga mengatakan Konstitusi Papua Nugini membolehkan kebebasan beragama dan berkeyakinan dan juru bicara parlemen Theo Zureboc harus menghormati hal tersebut.

"Kita memiliki konstitusi yang membolehkan siapa saja mempraktekan berbagai kepercayaan. Bahkan Hindu,  Budha atau agama lain apapun,” kata Bonga.

"Saya beragama Kristen, saya Lutheran, tapi saya tidak melihat gedung atau totem di parlemen sebagai setan,” kata Bonga menegaskan.

Namun Pendeta Walters mengklaim ada banyak orang yang mendesak agar patung itu dipindahkan sejak beberapa tahun terakhir.

"Banyak orang, termasuk anggota parlemen meminta agar benda-benda seperti itu disingkirkan, karena mereka tidak mewakili Papua Nugini,”katanya.

"Kepercayaan yang diwakili patung-patung seperti itu hanya berasal dari satu atau dua propinsi saja di Papua Nugini yang anda tahu sudah keberadaan hal-hal yang berada dari masa kegelapan itu sudah berusaha untuk diredam.”

"Saya yakin begitu warga Papua Nugini dan diluar sana memahami persoalan yang terjadi, maka mereka akan berbalik mendukung  juru bicara parlemen Theo Zurenoc.”