Desainer Muda Australia Ramaikan Pekan Fesyen Indonesia 2017
Desainer Muda asal Australia, Jaimie Sortino, berkesempatan menampilkan 12 karya rancangannya di Indonesia Fashion Week atau Pekan Fesyen Indonesia (IFW) 2017, yang berlangsung mulai tangggal 1-5 Februari. Dengan tema “Hymn to The Flora”, Jaimie mengusung busana bernuansa biru keunguan terinspirasi bunga Hortensia.
Selama 3 tahun terakhir, makin banyak desainer Australia meramaikan panggung busana Indonesia. Sebut saja adik kakak Howayda-Hanadi dari rumah mode ‘Integrity’, Amalina Aman, Eisha Saleh, serta Amanda Cumming dan Kate Reynolds dari label ‘Pageant’.
Tahun ini, giliran desainer muda asal Adelaide, Jaimie Sortino (28), menampilkan 12 gaun rancangannya di negeri tetangga lewat ajang Pekan Fesyen Indonesia (IFW).
Kemunculan koleksi rancangan Jaimie di IFW adalah penampilan perdananya di panggung busana Indonesia. Ia mengaku sangat bersemangat.
“Ini kunjungan pertama saya ke Jakarta dan pagelaran pertama saya di Indonesia. Terus terang saya tidak gugup justru malah bersemangat dan pastinya bangga bisa tampil di panggung fesyen Indonesia,” aku desainer yang menggambarkan rancangannya sebagai hal yang unik, dramatis dan modern ini.
Mengusung nuansa flora, Jaimie menghadirkan 12 gaun dari koleksi terbarunya di ajang IFW.
“Koleksi ini sebagian besar aalah gaun malam dan warnanya berasal dari ekstraksi bunga Hortensia. Jadi inspirasinya datang dari itu,” tutur pemenang Penghargaan Perancang Pendatang Baru di Adelaide Fashion festibal 2010 ini.
Kepada Nurina Savitri dari Australia Plus, Jaimie lantas mengungkapkan, “Warna biru dan ungunya berbeda-beda karena memang bunga selalu berbeda-beda. Ini adalah penghargaan untuk dunia flora makanya nama koleksi ini ‘Hymn to the flora’ (pujian untuk bunga).”
Dibutuhkan waktu 6 bulan bagi Jaimie untuk menyelesaikan koleksi bertemakan flora ini. Satu gaun bahkan biasanya membutuhkan waktu sebulan atau lebih, tergantung seberapa besar payet yang digunakan. Namun tantang terberat yang dirasakan Jaimie bukanlah proses pembuatan.
“Tantangan terberat dalam membuat gaun adalah pikiran anda sendiri, saat anda berpikir ‘oh gaun ini tak cukup bagus’. Saya pernah mengganti desain satu koleksi karena merasa tak yakin. Jadi ini soal pertentangan kreatifitas dalam pikiran anda,” papar pengagum perancang kalsik seperti Dior dan Chanel ini.
Perancang muda ini mengatakan, ia begitu kagum dengan keragaman tekstil Indonesia.
“Jujur saja, tak banyak yang saya dengar tentang fesyen Indonesia sebelum datang ke sini, tapi saya sempat riset dan sangat kagum dengan tekstil Indonesia yang banyak jenisnya. Makanya saya menunggu kesempatan ini untuk bisa lihat sebanyak mungkin pagelaran supaya lebih tahu fesyen dan tekstil Indonesia,” ujar Jaimie yang sudah menggemari kain sejak masih kecil.
Bagi Jaimie, kepercayaan diri adalah unsur yang penting di dalam kesuksesan seorang perancang.
“Jangan terbebani latar belakang, lakukan saja, tak peduli dari mana anda berasal. Misalnya anda dari Indonesia ingin masuk ke pasar Australia. Berkarya saja, lakukan apa yang anda mau buat. Orang-orang mungkin punya pilihan berbeda tapi lakukan saja apa yang anda inginkan,” katanya berbagi tips.
Ia sendiri tak menutup peluang untuk menjalin kerjasama dengan desainer Indonesia di masa depan.
“Kenapa tidak? Anda tak pernah tahu apa yang terjadi ke depannya. Anggap saja kehadiran saya di Jakarta adalah perkenalan yang bagus dari dunia fesyen Australia dan sebaliknya perkenalan yang bagus dari dunia fesyen Indonesia untuk saya,” ucapnya tersenyum.