ABC

Demi Monitor TKP, Tim Investigasi MH 17 Desak Pengoperasian ‘Drone’

Dengan kehadiran kelompok pemberontak Ukraina pro-Rusia, yang berusaha menghalangi upaya tim investigasi mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat, Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) meminta secara mendesak adanya kamera udara tanpa awak untuk memonitor lokasi kejadian.

Lokasi jatuhnya MH17: kepingan bangkai pesawat di daratan Donetsk, Ukraina. (Foto: Reuters)
Upaya awal dari tim spesialis OSCE, yang berusaha mengobservasi area jatuhnya pesawat, sempat digagalkan oleh para pemberontak yang menguasai wilayah insiden MH17 itu minggu lalu. Pesawat tersebut jatuh setelah ditembak oleh sistem misil atau rudal yang dioperasikan kelompok pemberontak, dan menewaskan 298 penumpang.

OSCE adalah organisasi keamanan Eropa yang berorientasi pada kerjasama antar pemerintah, dan memiliki mandat untuk memonitor penggunaan sejata, mencegah konflik dan mengkampanyekan hak asasi manusia.

Rusia dan Ukraina, keduanya adalah anggota OSCE, sementara Australia berstatus sebagai ‘mitra kerjasama’.

Pada 21 Juli, OSCE menginformasikan ABC bahwa pihaknya, akhirnya, memiliki akses lebih baik ke lokasi jatuhnya pesawat dan telah menyaksikan adanya fasilitas penyimpanan beberapa jenazah di kendaraan berpendingin, walau beberapa kekhawatiran serius mengenai akses berkelanjutan bagi tim investigasi dan untuk mengamankan lokasi kejadian 24 jam sehari, masih muncul.

Koresponden ABC, Philip Williams, telah melaporkan adanya pertikaian periodik yang berlanjut di seluruh wilayah tersebut.

Hanya beberapa hari sebelum MH17 ditembak jatuh, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, mendiskusikan sebuah proposal untuk memperpanjang misi OSCE guna memonitor konflik tersebut, dengan menempatkan para pengawas organisasi di perbatasan Ukraina-Rusia pada titik persimpangan yang dikuasai separatis pro-Rusia. Ukraina dan Jerman dilaporkan mendiskusikan kemungkinan penggunaan kamera udara tanpa awak atau ‘drone’ untuk upaya monitor dan verifikasi.

Media cetak penerbangan yang berpengaruh, Flight Global, kini melaporkan bahwa OSCE membutuhkan ‘sebuah solusi untuk memungkinkan penggunaan layanan Pesawat Udara Tanpa Awak (UAV) di Ukraina’ guna memonitor area jatuhnya pesawat.

Dokumen pelelangan OSCE menyatakan, penawaran dari pihak ketiga atas layanan ini akan ditutup pada 25 Juli.

Sebuah UAV akan memberi OSCE sarana observasi aerial yang berkelanjutan di lokasi jatuhnya pesawat, yang tetap tidak aman dan rentan perampasan.

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, dan beberapa pemimpin lainnya telah mengekspresikan kegeraman mereka atas kurangnya manajemen penanganan bencana, yang dikoordinasikan kelompok pemberontak.

Sementara banyak perusahaan UAV komersil non-militer, yang mengoperasikan kamera udara tanpa awak, mampu membuat pesawat mini itu terbang lebih dari 24 jam, tak dapat dipungkiri bahwa kamera tanpa awak itu rentan terhadap mesin senjata dan rudal.