ABC

Daripada Dibuang, Peralatan Rumah Sakit Bekas di Australia Dikirim ke Irak

Berbagai peralatan medis yang sudah tak digunakan pada sejumlah RS di New South Wales, Australia, difungsikan kembali untuk membantu pasien di Irak utara.

Peralatan bekas dari rumah sakit di Australia biasanya dibuang ke tempat sampah.

Tapi, melalui gerakan Operation Hope Australia yang diinisiasi Erica Henley, sejumlah peralatan medis senilai Rp 4 miliar telah dikirim ke Kota Dohuk, Irak utara.

Mengingat tingginya kebutuhan peralatan medis bagi pengungsi, banyak rumah sakit di pedalaman negara bagian New South Wales turut berpartisipasi untuk menyumbang.

“Setiap kali saya menghubungi rumah sakit, mereka bersedia membantu. Jadi kami pun mulai mengumpulkan alat-alat tersebut,” jelasnya.

A woman walking near a full shipping container
Erica Henly, inisiator gerakan untuk membantu rumah sakit (RS) di Irak, menyatakan banyak RS di Australia bersedia untuk berpartisipasi.

Istimewa

Diantara peralatan yang dikirim ke Irak adalah mesin elektrokardiogram (EKG), defibrillator, mesin anestesi dengan monitor dan ventilator, alat endoskopi dan unit penghangat, serta resusitasi bayi.

Menurut Erica, sejak dikirim beberapa waktu lalu, alat-alat medis ini telah digunakan untuk menyelamatkan pasien di Irak.

Apalagi, katanya, dengan situasi di Irak utara yang kini terancam, kebutuhan peralatan medis di rumah sakit di kawasan tersebut menjadi sangat penting.

“Ketika berada di sana, ada 100.000 orang lebih hidupan di lima kamp. Tapi kemungkinan sudah meningkat,” katanya.

Seorang pengamat Timur Tengah Mehmet Ozalp menjelaskan intervensi militer Turki di Suriah telah mengubah situasi politik di wilayah itu.

“Khawatir dengan perang akibat operasi militer Turki di Irak utara, warga Kurdi dan kelompok minoritas lainnya melarikan diri dari daerah terdampak,” jelasnya.

“Sebelumnya, para warga Kurdi di Suriah akan memilih Turki. Tapi karena Turki yang kini melakukan operasi militer, satu-satunya daerah yang stabil dan aman adalah Irak utara,” kata Ozalp.

A woman with two young men standing in a refugee camp.
Erica Henley saat berkunjung ke kamp pengungsi Bajed Kandala di wilayah Irak utara.

Istimewa

Menurutnya, Pemerintah Irak utara seharusnya bisa menangani para pengungsi dengan bantuan internasional.

Pekan lalu, Erica Henley mengunjungi Kota Armidale di NSW untuk mengumpulkan pasokan medis, sekaligus menemui pengungsi etnis Yazidi yang baru tiba di Australia.

Dia menemui seorang pengungsi bernama Dukhil Hakarsh yang membantunya saat berkunjung ke Irak.

“Senang sekali melihat dia bersama keluarganya tiba di Armidale,” kata Erica.

Dukhil dan keluarganya tiba di Australia bulan lalu melalui program visa kemanusiaan setelah tinggal di kamp pengungsi Bajet Kandala di Irak.

A man helps Syrians fleeing Turkish advance climb down from the back of a truck.
Ribuan warga Kurdi mengungsi ke Kota Tal Tamr di Suriah utara setelah pasukan Turki tiba di wilayah itu pertengah Oktober lalu.

AP: Baderkhan Ahmad

“Sekarang saya merasa aman,” ujarnya.

Menurut rencana, pengiriman bantuan peralatan medis yang dikelola Operation Hope akan dilakukan lagi pada awal tahun 2020 dan akan memperluas area bantuan bagi warga Kurdi di Irak.

“Kami merencanakan program pendidikan bagi anak-anak yatim di Kota Mosul,” jelas Erica.

“Ada komunitas petani Yazidi di sebelah barat Mosul yang mungkin bisa kami bantu dengan keahlian pertanian dari Australia,” paparnya.

Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.