ABC

“Dari Tersenyum Hingga Berbagi”: Arti Kebaikan Menurut 5 Agama di Australia

Agama dan kepercayaan pada umumnya mengajarkan kebaikan, meskipun seringkali ajaran tersebut tidak dilakukan oleh para pengikutnya.

Kebaikan Kalau Menurut Kepercayaan

  • Definisi kebaikan berbeda-beda sesuai kepercayaan
  • Setiap kepercayaan memiliki dasar keagamaan yang mendorong aksi kebaikan
  • Kebaikan yang diajarkan kepercayaan sifatnya sederhana

Bahkan seringkali terjadi pertengkaran akibat perbedaan keyakinan antara para pemeluk agama dan kepercayaan.

ABC Life mewawancarai lima latar belakang agama dan kepercayaan di Australia, untuk mengetahui apa sesungguhnya arti ‘kebaikan’ menurut mereka.

Islam: Peduli semua umat manusia

Dr Anshari
Dr Ansari (kiri) mengatakan banyak ayat di Al Quran yang mendorong pengikutnya untuk beramal dan melakukan kebaikan.

Supplied: Mahsheed Ansari

Ketika berbelanja di pusat perbelanjaan, Mahsheed Ansari punya kebiasaan tidak biasa: sengaja tersenyum pada orang lain.

“Ini adalah bentuk kebajikan yang umat manusia sudah lakukan sejak lama, tapi saya pikir gaya hidup modern kita telah merampas tindakan sederhana ini.”

Dr. Ansari yang mememluk Islam dan mengajar studi Islam Kontemporer di Charles Sturt University, Australia, mengatakan kebaikan adalah prinsip yang melekat pada setiap kepercayaan.

“[Di dalam kepercayaan Islam], Nabi mengatakan kebaikan adalah penanda iman dan siapapun yang tidak melakukan kebaikan tidak memiliki iman.”

Shalat, zakat, puasa di bulan Ramadan, serta menunaikan haji Mekah, adalah pilar kepercayaan Islam.

Dr. Ansari mengatakan teman-teman Muslimnya melakukan kebaikan dengan berbagai cara, mulai dari meninggalkan semangkuk air untuk burung di musim panas, hingga mengunjungi warga manula di panti jompo.

Sikhisme: ‘Memberi kebahagiaan untuk orang lain”

Surjeet Dhanji
Dr Dhanji meneliti migrasi diaspora India di University of Melbourne.

Supplied: Surjeet Dhanji

Rohani tidak lengkap tanpa kebaikan, menurut Surjeet Dhanj, pengarang dan akademisi University of Melbourne.

“Saya menganut kepercayaan Sikhisme yang adalah kerohanian saya dan cara hidup saya,” katanya.

“[Sebagai penganut Sikhisme], konsep keseluruhan dari keberadaan kami di dunia adalah pelayanan kepada orang lain. Berbagi apa yang kamu punyai, perhatian dan baik.”

Dr Dhanji mengatakan satu dari lima kebajikan yang diajarkan Sikhisme adalah ‘Daya’, yang berarti berbelas kasih, memahami kesedihan dan kesulitan orang lain serta berusaha meringankan sakit tersebut.

Penganut Sikhisme diharapkan memberikan sepersepuluh dari pendapatan mereka untuk amal, seperti zakat dengan sebutan ‘dasvandh’.

Agama Yahudi: “Memberi tanpa diketahui”

Simon Holloway
Simon percaya bahwa kebaikan diwujudkan dari beramal tanpa diketahui siapa yang memberi atau siapa yang menerima.

ABC Life: Siobhan Hegarty

Seperti penganut Sikhisme, pemeluk kepercayaan Yahudi juga diharapkan memberikan sepersepuluh dari apa yang dimiliki sebagai bentuk amal.

Namun, pemberian amal yang tidak diketahui orang lain dinilai lebih berbudi luhur, menurut Simon Holloway, seorang pegawai di Sydney Jewish Museum.

“Seorang filsuf abad-12 dan sarjana hukum bernama Maimonides yang menutut orang-orang untuk mempraktekkan ‘tangga memberi’.”

Tangga tersebut terdiri dari delapan tingkatan. Memberikan uang kepada seseorang yang meminta, misalnya pengamen, tunawisma, yang berada di urutan tangga terbawah.

“Semakin tinggi tangga, kita memberikan uang kepada seseorang sebelum diminta,” katanya.

Kekristenan: “Melalukan hal yang mencerminkan kebaikan”

Mikey Tai
Mikey Tai adalah pendeta Providence Church di Sunnybank, Brisbane.

ABC Life: Siobhan Hegarty

Pendeta Presbiterian bernama Mikey Tai mengatakan membaca Alkitab dan berdoa setiap pagi memotivasinya untuk melakukan kebaikan.

Kebaikan ini dapat dilakukan kepada siapapun, ke teman, pegawai di kedai kopi, hingga pengemudi di jalanan.

“Orang Kristen tidak selalu mengetahui dengan benar kebaikan itu apa karena ketidaksempurnaan kita,” katanya.

“Tapi Yesus menunjukkan kebaikan dan cinta itu seperti apa.”

Merujuk pada ajaran dalam Alkitab, pendeta tersebut menjelaskan bagaimana orang Kristen didorong untuk menunjukkan rasa kepedulian kepada semua orang dari semua latar belakang.

Ini dapat dilakukan sederhana, seperti meletakkan ponsel ketika sedang bersama orang lain dan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara.

Menurutnya, beramal adalah tanggung jawab seorang Kristen, tapi menurutnya memberi sesuatu kepada orang lain juga bisa menciptakan kebahagiaan bagi pemberinya.

Buddha Tibet: “Kebaikan menguntungkan diri sendiri”

KYINZOM
Kyinzom Dhongdue menurunkan kepercayaan Buddha Tibetnya kepada anaknya, Lhakyi.

ABC Life: Siobhan Hegarty

Bagi Kyinzom Dhongdue, petugas kampanye Australia Tibet Council, kebaikan bisa berwujud tindakan “egois” juga.

“Ketika Anda baik kepada orang lain, yang mendapat keuntungan terbanyak adalah Anda sendiri,” katanya.

“Dalam masyarakat kami, semuanya adalah tentang ‘saya’. Kebanyakan fokus diarahkan kepada individual..[dan ini] dengan mengorbankan kebahagiaan.”

“Lebih banyak Anda fokus untuk memberi bagi orang lain, lebih sedikit Anda mengkhawatirkan masalah sendiri karena perhatian teralihkan ke hal lain dan penderitaan Anda terlihat lebih kecil.”

Ia mengatakan dalam ajaran Buddha Tibet, pikiran baik lebih penting dari tindakannya.

Jadi, menjadi relawan atau menyumbangkan uang mungkin membantu penerima, tapi tidak mesti membawa karma yang baik.

“Karena prinsip ini, apapun yang kami lakukan dalam hidup diikuti dengan dampaknya, yang akan terjadi sekarang, atau di waktu mendatang.”