ABC

Dari Politik Hingga Medsos Pandangan Warga Australia di Indonesia

Tahun 2017 baru menginjak bulan pertama namun dalam rentang waktu yang begitu singkat dari malam pergantian tahun, hubungan Australia-Indonesia sudah diwarnai pasang-surut. Apakah kondisi itu dipicu dari rekam jejak tahun lalu? Bagaimana sebenarnya hubungan kedua negara sepanjang tahun 2016?. Australia Plus bertanya kepada 5 warga Australia dari berbagai profesi, yang tinggal di Indonesia.

Justin Lee, Elena Williams, Karina Akib, Ben Weir, dan Will Kelly adalah lima warga Australia yang saat ini tinggal di Indonesia. Kelimanya berasal dari latar belakang profesi yang berbeda.

Justin Lee adalah Deputi Duta Besar Australia Untuk Indonesia, sementara Karina Akib adalah Manajer Mitra Strategis di Google Indonesia yang juga pendiri CAUSINDY (Konferensi Pemuda Australia-Indonesia).

Elena Williams adalah Direktur ACICIS (Konsorsium Universitas Australia Untuk Studi Indonesia) di Indonesia, sedangkan Ben Weir sebelumnya pernah berkuliah di Yogyakarta dan kini tengah magang di salah satu media asing di Jakarta.

Terakhir, Will Kelly, ia adalah lulusan desain kreatif Australia yang akan menjalani masa praktikum di sebuah studio desain di Bandung.

Justin Lee
Menurut Deputi Duta Besar Australia Justin Lee, hubungan Australia-Indonesia di tahun 2016 begitu kuat.

Facebook; Australian Embassy in Jakarta

Australia Plus bertanya kepada kelimanya mengenai dinamika hubungan Australia-Indonesia di sepanjang tahun 2016. Sektor apa yang menurut mereka paling berkembang? Apa saja tantangan yang dihadapi? Dan bagaimana media sosial berperan dalam hubungan kedua negara?. Simak penuturan mereka berikut ini.

Sebagai seseorang yang terlibat atau pernah terlibat dalam hubungan orang per orang di antara Australia-Indonesia, bagaimana anda merefleksikan tahun 2016 bagi hubungan kedua negara?

Justin Lee (JL): “Hubungan di antara kedua negara begitu kuat di tahun 2016. Kami di Kedutaan Besar meresmikan kantor Kedutaan yang baru di Jakarta, Konsulat Jenderal di Makassar, hingga menghidupkan kembali negosiasi kemitraan ekonomi.”

Ben Weir (BW): “Saya pikir di dua sisi masih ada stereotip, misalnya warga Australia punya stereotip tentang Indonesia yaitu Bali, pantai, dan kapal, tentu saja itu tak menggambarkan Indonesia sepenuhnya. Dan dari sisi warga Indonesia sendiri, ada kurangnya pemahaman tentang Australia. Tapi kedua negara memanglah kompleks.”

Elena Williams (EW): “Secara keseluruhan, saya rasa 2016 adalah tahun yang cukup lancar bagi hubungan ini. Dari perspektif pendidikan, kita melihat banyak program baru yang dikembangkan melalui program ‘New Colombo Plan’ dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, yang menyediakan beasiswa dan hibah kepada mahasiswa S1 Australia untuk belajar di kawasan Indo-Pasifik.”

Elena Williams
Elena Williams berpendapat, warga Indonesia dan Australia terus berbagi ketertarikan mutual terhadap negara satu sama lain.

Facebook; Elena Williams

Karina Akib (KA): “Tahun lalu adalah tahun yang hebat mengingat hubungan kedua negara terus berkembang. Saya melihat sejumlah proyek besar di antara kedua negara yang diprakarsai oleh organisasi akar rumput atau sejumlah individu yang memang memiliki ketertarikan di sana.”

Will Kelly (WK): “Sayangnya, masih ada beberapa sentimen negatif di antara kedua negara, tapi itu semua bisa diatasi dengan interaksi langsung, seperti pengalaman saya ke Aceh, di situ pemahaman saya berubah dan tentu saja berbeda dari apa yang saya katakan sebelumnya tentang Aceh ketika masih di Australia.

Selain itu, kalau kita melihat di Bali, anda juga melihat bahwa orang Australia mulai kena masalah karena banyak orang mulai bertindak konyol, dan mungkin saja mereka tipe orang yang juga berbuat konyol di Australia.”

Menurut anda, sektor mana yang mengalami kemajuan besar dalam hubungan kedua negara?

JL: "Dua pemimpin kita punya latar belakang bisnis jadi tak mengherankan jika kemitraan ekonomi kita menjadi sektor yang bertumbuh secara nyata.

Australia meluncurkan program infrastruktur baru senilai 300 juta dolar (atau setara Rp 3 triliun)  sebagai investasi dalam kemitraan itu. Di saat yang sama, kami juga menghidupkan kembali negosiasi dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia atau IACEPA.”

KA: “Saya rasa, kolaborasi antar para pemimpin bisnis muda mengalami daya tarik yang lebih luas khusus dipicu oleh inisiatif New Colombo dengan banyaknya mahasiswa Australia yang magang di Indonesia.”

Karina Akib
Menurut Karina, kolaborasi antar para pemimpin bisnis muda mengalami daya tarik yang lebih luas.

Facebook; Karina Akib

WK: “Saya pikir sektor informasi berkembang begitu pesat. Karena permintaan akan informasi juga begitu besar, dan ada potensi sumber berita baru jadi ada begitu banyak yang bisa dibaca, yang bisa menginformasi kedua belah pihak jadi tak ada sumber informasi tunggal yang bisa mengomentari peristiwa yang terjadi.

Jadi jika ingin lebih paham, dan mendapat pemahaman yang baik, coba manfaatkan sumber informasi yang masif itu ketimbang bergantung pada satu sumber.”

Adakah peristiwa tertentu di tahun 2016 yang menurut anda memperkuat atau justru melemahkan hubungan kedua negara?

JL: “Pembukaan Kedutaan baru di Jakarta, Konsulat Jenderal pertama di Makassar, itu menunjukkan kuatnya, dalamnya dan luasnya hubungan bilateral kami. Kompleks Kedutaan yang bergaya seni, yang terbesar dalam jaringan diplomatik global Australia, itu menyimbolkan komitmen kami terhadap ikatan yang kuat dan berjalan lama dengan Indonesia.”

EW: “Bagi saya, peristiwa penting itu terjadi ketika saya menghadiri Konferensi Pemuda Australia Indonesia (CAUSINDY) di Bali sebagai pembicara, dan lalu mengenal beberapa orang delegasinya.

Sungguh menginspirasi untuk bisa berada di tengah kelompok anak muda Australia dan Indonesia yang sangat bersemangat untuk menciptakan solusi nyata bagi hubungan kedua negara dan bekerja bersama mewujudkan solusi itu."

Ben Weir
Ben Weir kini tengah menjalani magang di Jakarta.

Supplied

KA: “Secara pribadi, ketika saya terlibat dalam sebuah program yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan muda yang terdampak kekerasan rumah tanggga melalui olahraga, itulah momen yang memperkuat.

Program ini dibuat oleh atlet perempuan Australia, Narelle Gosstray dan salah satu alumnus CAUSINDY, Paul Mead.

Melihat ketertarikan di antara gadis muda dari seluruh wilayah Jakarta, melihat bagaimana mereka menyukai belajar baseball dari atlet Australia, itu membuat saya berpikir bahwa ada begitu banyak potensi bidang baru untuk kolaborasi di luar bidang-bidang yang sudah digarap.”

Menurut anda, sektor apa yang perlu dikembangkan lebih lanjut di tahun ini?

JL: “Kedua negara telah berkomitmen untuk menyelesaikan negosiasi IACEPA tahun ini.

Kami memilih pendekatan ‘win-win’ (menang sama menang). Australia tak melihat Indonesia sebagai sebuah pasar.

Kami melihat negara ini sebagai mitra. IACEPA yang sukses akan meningkatkan perdagangan dan investasi di antara kita.

Yang lebih penting lagi, kita bisa menggunakan IACEPA untuk bekerja bersama-sama mengekspor ke pasar ketiga.”

KA: “Saya pikir, kita seharusnya terus memperkuat pemahaman tentang kedua negara di luar kota-kota besar dan juga lebih merangkul generasi yang lebih muda, anak SMA dan mahasiswa yang mungkin belum begitu paham mengenai apa yang ditawarkan negara tetangga mereka dan betapa bagusnya pemahaman itu untuk karir profesional mereka ke depan.”

BW: “Saya ingin melihat tim sepakbola Indonesia bisa tampil lebih baik, dan mungkin ke depannya kita bisa tanding bersama.”

Will Kelly
Will Kelly di Banda Aceh.

Supplied

EW: “Saya harus bilang itu pendidikan! Pendidikan dan ikatan lintas-budaya. Program ‘New Colombo Plan’ menjadi langkah yang luar biasa untuk meningkatkan pemahaman warga Australia dan Indonesia tapi masih banyak yang bisa dilakukan.

Begitu pula di Indonesia, banyak mitra universitas kami seringkali bertanya mengapa tak ada pusat budaya Australia yang mempromosikan Australia dengan lebih baik kepada anak muda Indonesia.

Saya ingin melihat itu, misalnya dengan pemutaran film, perpustakaan dengan penulis Australia, peluncuran buku dan diskusi. Inisiatif seperti ini akan benar-benar membantu memecahkan kesalahpahaman dan membuka ruang baru untuk lebih mengenal satu sama lain di luar politik dan tajuk utama media.”

Bagaimana, menurut anda, peran media sosial dalam hubungan kedua negara di tahun 2016?

KA: “Sangat berpengaruh, utamanya terhadap generasi muda yang tentu saja menghabiskan lebih banyak waktu membuka media sosial sebagai sumber berita utama mereka.

Saya pikir ini benar-benar positif mengingat kedua negara sangat fotogenik, sehingga kita bisa melihat begitu banyak foto perjalanan yang bisa dibagi, yang memberi gambaran lebih dalam seperti apa kedua negara, dan itu tak selalu ada dalam berita."

EW: “Perannya besar sekali! Saya seringkali kaget akan betapa banyaknya pengguna Twitter/ Instagram/ Facebook/ Snapchat di sini, begitu tumbuhnya industri kewirausahaan digital, dan ruang yang terbuka bagi warga Indonesia dan Australia untuk belajar tentang satu sama lain.

Lebih dari itu, kita juga harus memikirkan potensi ekspansi digital ke bagian lain Indonesia yang aksesnya masih terbatas, dan saya pikir ada ruang untuk kerjasama di bidang ini, apakah itu melalui kerjasama pembangunan atau bisnis.”

JL: “Hubungan Australia dan Indonesia pada dasarnya tentang hubungan antara orang per orang, dan media sosial memberi orang lebih banyak jalan untuk berbicara satu sama lain.

Kedutaan Besar sendiri melihat peningkatan jumlah pengikut di Twitter, Facebook dan Instagram di tahun 2016.

Yang artinya, ada ketertarikan nyata pada Australia, kerjasama di antara dua negara dan peluang yang ditawarkan.”

BW: “Saya tahu Indonesia adalah salah satu pengguna media sosial terbesar di dunia, dan seperti yang kita lihat 6 bulan terakhir, munculnya berita palsu di seluruh dunia adalah masalah untuk kita semua tak hanya Indonesia dan Australia.

Dan tentu saja sumber berita yang kredibel dibutuhkan keduanya.”

Jika anda diminta menggambarkan hubungan Australia-Indonesia sepanjang 2016 dalam 3 kata, apa saja itu?

E: “Kuat, suportif, semangat!”

J: “Kuat, dekat, dan bertahan”

B: “Kompleks tapi penting”

K: “Lebih sukses lagi”