ABC

Dari Australia Untuk Anak-anak di Tapanuli Utara

Alex Hutabarat, adalah warga Indonesia di Australia yang memiliki sebuah restoran di kawasan Port Fairy, Warrnambool, sekitar 280 kilometer dari pusat kota Melbourne.

Sejak awal karirnya, Alex yang bergelut di bidang kuliner sebagai chef, sudah menyisihkan penghasilannya untuk mendirikan rumah belajar di kampung halamannya, Desa Pagarsinodi, Tapanuli Utara.

Dua tahun lalu, saat Australia Plus mewawancarainya, Alex mengatakan jika rumah belajar tersebut akan memberikan pelayanan gratis untuk anak-anak.

Bukan hanya dari penghasilannya yang disisihkan, Alex juga menggalang dana lewat kotak sumbangan yang tersedia di restoran. Di waktu luangnya, Alex memperkenalkan budaya Batak dan bahasa Indonesia ke sekolah-sekolah.

“Rumah belajar Pagarsinondi di Tapanuli Utara sudah berjalan tujuh tahun, dengan memberikan program belajar bahasa Inggris dan perpustakaan,” kata Alex kepada Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.

Kini, Alex sudah memiliki dua rumah belajar di dua desa yang berbeda.

Alex Hutabarat saat menggelar festival anak-anak di Tapanuli Utara.
Alex Hutabarat saat menggelar festival anak-anak di Tapanuli Utara.

Foto: Koleksi pribadi

Alex mengaku sejak adanya rumah belajar, minat anak-anak untuk belajar dan meminjam buku meningkat, meski tetap memiliki kendala.

“Program kita berjalan dengan baik dan anak-anak sangat antusias untuk membaca dan belajar bahasa Inggris, yang kurang adalah jumlah buku masih sedikit,” ujarnya.

Baru-baru ini, Alex mengambil libur di musim dingin untuk kembali ke kampung halamannya. Bukan hanya untuk mengunjungi sanak saudaranya, ia juga menggelar sebuah festival untuk melihat kemajuan dari anak-anak di desanya.

“Festival Anak Pagasinondi menjadi ajang anak-anak untuk menunjukkan kebolehan mereka dalam hal bahasa Inggris, menari, membaca puisi, serta bernyanyi,” jelas Alex soal Festival Anak Nasional Pagarsinondi, yang digelar 21 Juli lalu.

“Ada sekitar 500 anak-anak dari empat desa yang mengikuti lomba bahasa Inggris, menari Tor-tor, sampai bernyanyi bahasa Inggris.”

Menurut pria kelahiran 1983 ini, ia memang sengaja fokus kepada anak-anak sebagai upaya memajukan desanya.

Inspirasinya ia dapatkan setelah melihat banyaknya festival anak-anak di Australia. Di Warrnambool sendiri, ada festival bernama Fun4Kids yang digelar setiap setahun sekali.

Alex juga telah mendapatkan bantuan dari beberapa temannya di Australia, diantaranya dengan menyumbangkan sejumlah alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah.

Alex Hutabarat mengaku festival yang digelarnya melibatkan ratusan anak-anak di kampung halamannya.
Alex Hutabarat mengaku festival yang digelarnya melibatkan ratusan anak-anak di kampung halamannya.

Foto: Koleksi pribadi

20 kilogram cokelat dari Australia

Tidak hanya lewat festival, Alex juga menghibur anak-anak dengan membagi-bagikan cokelat yang ia beli dari Australia.

Alex mengatakan cokelat adalah makanan yang lumayan mahal harganya, selain susah didapatkannya. Tak tanggung-tanggung ia membawa cokelat sampai puluhan kilogram.

“Ada sekitar 20 kilogram cokelat yang dibeli dari Australia, saya menghabiskan sekitar $500 [sekitar Rp 5 juta],” katanya.

Ia membagi-bagikan cokelat kepada anak-anak, karena teringat dengan pengalamannya saat membawa cokelat ke kampung halamannya.

“Ada satu anak yang kita kasih cokelat. Ia hanya memakan setengah cokelat dan setengahnya dimasukkan ke bungkusnya lagi dan disimpan. Saya tanya, ‘kok enggak dimakan?’. Terus ia menjawab, ‘Setengahnya lagi untuk adik saya di rumah.’ Itu membuat saya sangat terharu,” ungkap Alex.

Alex kini sedang akan memulai proyek lainnya, yakni membangun rumah belajar di desa-desa lainnya yang ada di Tapanuli Utara.

Menurut Alex, warga Indonesia di luar negeri tetap bisa berkontribusi untuk memajukan kampung halamannya, asalkan mau meluangkan waktu dan mencari ide.

Anda tahu warga Indonesia di Australia yang kisahnya bisa menjadi inspirasi? Kirimkan pesan melalui halaman Facebook kami, Facebook.com/AustraliaPlusIndonesia.