ABC

Dampak Konflik di Timur Tengah, Potensi Terorisme Lebih Besar dari 9/11

Dampak dari konflik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah, berpotensi menimbulkan ancaman terorisme yang lebih besar daripada peristiwa 9/11. Laskar asing Australia dan Indonesia yang kini ada di Suriah misalnya bisa kembali ke negara masing-masing dan menimbulkan masalah terorisme.

Demikian dikemukakan Dr Anthony Bubalo, pakar keamanan dari Lowy Institute, Australia.

"Negara-negara Barat saat ini menghadapi ancaman teror yang lebih besar daripada 9/11 karena ditidakpastian politik dan ekonomi di Timur Tengah," kata Dr Anthony Bubalo kepada ABC.

Direktur riset untuk Lowy Institute for International Policy ini mengatakan, banyaknya konflik di kawasan itu menyuburkan ekstrimisme internasional dan membuka lingkungan dimana "suatu generasi baru jihadis dibangkitkan kembali dan dilatih kembali".

"Orang-orang yang melancarkan serangan 9/11 tidak muncul secara tiba-tiba. Mereka adalah akibat dari kondisi dan situasi yang berkembang di Timur Tengah selama satu setengah dekade sebelum peristiwa 9/11 itu,," kata Dr Bubalo.

"Kalau kita melihat situasi sekarang, banyak kondisi seperti itu muncul lagi di kawasan," jelasnya.

Pergolakan di Suriah, Mesir dan Libya, serta semakin banyaknya daerah yang tanpa pemerintahan, menciptakan suatu lingkungan baru buat kaum jihadis untuk berkembang, demikian Dr Bubalo memperingatkan.

Dr Bubalo merilis sebuah makalah mengenai ancaman teror baru berjudul Next-gen Jihad In The Middle East.

Dikatakannya, ada ancaman segera dari para laskar asing yang kembali dari perang saudara di Suriah, baik bagi Australia maupun Indonesia, dengan keahlian militer dan koneksi ekstrimis.

Diduga terdapat puluhan warga Australia dan Indonesia yang ikut bertempur di Suriah, dan sebagian telah mencapai posisi senior dalam kelompok-kelompok ekstrimis yang mengatasnamakan Islam tersebut.

"Australia dan Indonesia perlu bekerja sama dan memastikan agar ancaman yang berasal dari Timur Tengah tidak menjadi ancaman langsung di Indonesia atau Australia," kata Dr Bubalo.