ABC

Dahan Pohon Ara Raksasa di Perth ini Tumbang dan Terekam Kamera

Sebuah dahan besar dari pohon ara jenis Moreton Bay di kampus University of Western Australia (UWA) di Perth yang ditanam lebih dari 80 tahun lalu patah, dan kejadian patahnya dahan tersebut terekam oleh kamera mereka yang sedang melintas di sana.

Tidak seorang pun yang mengalami cedera ketika dahan tersebut patah menjadi dua sekitar pukul 5 sore hari Senin (19/11/2018), peristiwa yang direkam oleh mahasiswa jurusan teknik Tim Stanley.

Dalam rekaman itu, seorang perempuan yang sedang berjalan ke arah pohon tersebut kemudian berbalik arah ketika seseorang meneriakkan kata ‘awas.’

Stanley yang sedang mengunjungi kampus bersama ayah dan kakeknya mengatakan pemandangan dan suara ketika dahan pohon tersebut tumbang ‘sangat mengejutkan.”

“Kami menunggu sekitar dua sampai tiga menit sebelum terdengar suara keras patahan dahan… kami hanya bisa terbengong.” tulis Stanley di media sosial.

Dia mengatakan suara patahan itu begitu kerasnya sehingga kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat.

A large Moreton Bay fig tree with several large limbs broken off.
Pohon ini sering digunakan sebagai latar foto pernikahan.

ABC News: Julian Robbins

Pohon ara ini sudah menjadi pohon yang ikonik dan bersejarah bagi kampus University of Western Austtralia.

Pohon yang terletak di depan gedung Fakultas Seni dan di sepanjang jalan utama kampus tersebut sering digunakan sebagai latar belakang bagi foton pernikahan.

Menurut buku 100 hal bersejarah di uiversitas tersebut, pohon ara ini ditanam 86 tahun lalu di tahun 1932 ditanam oleh salah seorang tukang kebun di sana George Munns.

Juru bicara UWA mengatakan staf yang ahli mengenai pepohonan (arborist) sekarang sedang mengkaji apakah pohon tersebut masih bisa diselamatkan, karena seperempat dari dahannya tumbang.

Arborists assess a large collapsed tree branch.
Petugas sedang mengecek dahan yang tumbang untuk melihat apakah bisa diselamatkan atau tidak.

ABC News: Julian Robbins

Dalam reaksinya beberapa orang menulis di media sosial mengungkapkan kesedihan mereka akan tumbangnya dahan pohon ara tersebut.

Alexis Lateef mengatakan ini ‘seperti melihat kematian yang memilukan.”

“Saya sudah mengetahui pohon ini sejak saya berusia 17 tahun mulai kuliah di Fakultas Seni di tahun 2005.” katanya.

“Saya sering menyebut ini ‘pohon kebijakan’. Saya kadang bisa duduk di bawahnya sambil merenung.”

"Tidak terbayangkan betapa pilunya perasaan saya sekarang."

Lorin Hall menulis bahwa dia sering membuka stand di bawah pohon karena adanya pasar desain lokal bernama Upmarket, yang diadakan di kampus universitas tersebut tiga bulan sekali.

“Saya sering melihat pohon dan bertanya-tanya apa saja yang sudah dilihatnya selama hidupnya. Saya begitu sedih sekarang ini dan berharap pohon ini masih bisa diselamatkan.” tulisnya.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini