ABC

Daging olahan rusak kesuburan pria

Laki-laki yang berusaha ingin memiliki momongan tampaknya perlu menghindari makanan dari daging olahan seperti bacon, sosis  dan hamburger. Karena studi terbaru yang dilakukan peneliti Amerika menemukan mengkonsumsi daging olahan bisa mengurangi jumlah sperma jauh dibawah normal.

Studi terbaru yang dilakukan peneliti dari  Universitas Harvard menemukan laki-laki yang secara reguler mengkonsumsi daging olahan secara signifikan memiliki jumlah sperma yang lebih sedikit dibawah laki-laki yang tidak mengkonsumsi daging olahan. Kesimpulan ini dihasilkan setelah peneliti  mempelajari pengaruh diet yang dikonsumsi dengan jumlah dan bentuk sperma dari 156 orang laki-laki yang memiliki masalah kesuburan.

Karenanya dari kajian ini, para peneliti di Harvard menyarankan agar pria yang ingin  meningkatkan  peluangnya memiliki anak lebih baik menghindari mengkonsumsi daging olahan dan sebaliknya memperbanyak mengkonsumsi ikan.  Para ahli  mengatakan jenis hewan laut seperti Ikan Cod memiliki efek positif terhadap kesuburan.

Hasil riset ini dipresentasikan pekan ini di pertemuan Masyarakat Amerika untuk Pengobatan Reproduksi di Boston.

Menanggapi temuan studi ini, Profesor Chris O'Neill, spesialis reproduksi dan pengembangan obat di  Universitas Sydney mengatakan dirinya tidak terkejut dengan temuan ini.

"Daging yang diproses atau daging olahan adalah jenis makanan yang cenderung  memicu peradangan kronis tingkat rendah di jaringan tubuh yang kerap dikaitkan dengan  kondisi yang dapat merugikan kesehatan. Seperti penyakit hati, stroke dan diabetes,” paparnya.

"Dan jenis makanan ini juga kerap dikaitkan dengan kondisi penurunan kesuburan, terutama laki-laki, jadi aspek apapun dari kondisi pria yang bisa mengurangi kesehatannya akan sangat bervariabel dan bisa jadi hal itu juga berdampak pada kualitas dan fungsi spermanya,” katanya.

Meski demikian, Profesor O'Neill yakin temuan ini membutuhkan kajian lebih lanjut.

"Ini masih temuan awal yang perlu diverifikasi oleh studi yang berperspektif jauh lebih kuat, dan itu berarti melakukan perbandingan diet diantara laki-laki dan laki-laki untuk melihat kesuburan dan fungsi sperma yang berbeda," katanya.

Pandangan ini Profesor O'Neill ini didukung oleh Presiden Masyarakat Kesuburan Australia, Mark Bowman.

"Menurut saya ini salah satu temuan dimana kita tidak bisa menggambar penilaian dan membuat kesimpulan tergesa-gesa bagi keseluruhan cabang industri makanan, " kata Dr Bowman.

"Saya pikir itu akan sangat tidak bijak dan tidak adil. Kesulitan yang dihadapi terkait morphologi sperma adalah tentang penampilan sperma, bentuknya sangat beragam. Dengan kata lain, tidak semua sperma yang bentuknya berbeda itu berarti sperma yang abnormal, area itu sangat sulit,” tegas Bowman mengingatkan.

Dr. Bowman mengatakan fakta yang sudah jelas adalah adanya pengaruh antara pilihan gaya hidup dengan  peluang  pasangan untuk memiliki anak.

"Kini makin banyak bukti yang menunjukan kalau diet dan gaya hidup memang berdampak pada tingkat kesuburan manusia dengan cara tertentu, dan kita tahu bukti itu bisa kita lihat dari pengaruh rokok atau konsumsi alkohol yang berlebihan,” katanya.

"Pertanyaan yang banyak muncul saat ini adalah  apakah ada faktor lain dari makanan kita yang berdampak pada tingkat kesuburan? Dan temuan ini adalah kajian yang mengarah kesana.

"Dengan demikian,  tampaknya kita belum perlu mengeluarkan peringatan  masif kepada publik kalau mereka berpotensi  merusak kesuburannya hanya karena satu jenis  makanan tertentu,”

"Sebaliknya  menurut saya temuan ini hanya mengajarkan kita tentang tren umum yang  menegaskan semakin kita sehat, maka semakin  baik tingkat kesuburan kita.”

Dr. Bowman menyarankan bagi mereka yang tengan berusaha  memiliki anak: “ satu hal yang penting adalah jangan terlalu berlebihan menginterpretasikan hal-hal semacam ini.”

"Tapi memang perlu memastikan anda memiliki diet yang baik dan seimbang, dari segala jenis kelompok  makanan dengan proporsi yang sesuai sambilan anda berolahraga yang rasional,” Bowman menambahkan.