Cuaca Ekstrim di Australia Dipicu Konsentrasi CO2 di Atmosfir
Dalam sebuah laporan baru tentang kondisi iklim Australia, dikatakan bahwa makin banyak terjadi cuaca ekstrim di negara tersebut, terutama cuaca ekstrim panas. Cuaca ekstrim rawan kebakaran pun makin parah dan musim kebakaran menjadi lebih panjang sejak tahun 1970.
CSIRO, lembaga ilmu pengetahuan Australia, dan Biro Meteorologi, baru-baru ini mengeluarkan laporan State of Climate, yang memaparkan tentang bagiamana cuaca Australia berubah selama dua tahun terakhir.
Dikatakan bahwa rata-rata curah hujan Australia meningkat sejak 1900. Selain itu, sejak 1950, periode gelombang panas menjadi lebih panjang, lebih parah, dan lebih sering terjadi di berbagai bagian di negara tersebut.
Menurut laporan tersebut, cuaca-cuaca ekstrim ini didalangi oleh konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfir.
Konsentrasi zat tersebut mencapai tingkat tertinggi selama dua juta tahun terakhir. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, mencapai tingkat-tingkat tertinggi yang pernah terlihat.
"Tahun lalu, rata-rata global selama tahun tersebut mencapai 395 parts per million. Tingkat tersebut 40 persen lebih tinggi dibanding tingkat sebelum zaman industrialisasi," jelas Dr Helen Cleugh, Wakil ketua riset kelautan dan atmosfir CSIRO.
"Selama empat puluh, lima puluh tahun terakhir, kami mengukur konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir menggunakan instrumen dan sampel udara. Untuk melacak catatan dari masa lalu, ratusan ribu atau jutaan tahun lalu, kami menggunakan gelombang udara yang terperangkap dalam bentuk es. Kita bisa mengambil gelombang-gelombang udara tersebut dan menganalisa konsentrasi gas rumah kaca di dalamnya."
Suhu udara dan laut hampir satu derajat lebih hangat dibanding 100 tahun lalu. Diramalkan, suhu tersebut akan terus naik, dengan lebih banyak cuaca panas ekstrim.
Kebanyakan hari-hari dengan cuaca rawan kebakaran ekstrim terjadi di bagian tenggara Australia.
Dalam laporan ini disebutkan juga bahwa permukaan air laut telah meninggi sebanyak 22,5 cm sejak 1880, yaitu tahun terlama yang memungkinkan diadakannya perkiraan tinggi permukaan air laut yang kredibel.
Menurut Dr John Curch dari CSIRO, dalam laporan tersebut disebutkan bahwa tingkat kenaikan air laut di Australia bagian utara lebih tinggi dibanding rata-rata global, yaitu 3,2 mm.
"Tiga atau empat kali lebih tinggi dibanding rata-rata global di beberapa bagian kawasan tersebut. Ini terutama karena keragaman iklim alami," ucap Church, "Ini berarti tingkat permukaan air laut naik lebih cepat di tempat-tempat seperti Darwin. Ini berarti pula bahwa banjir pantai akan lebih sering dan lebih parah."
Laporan tersebut meramalkan bahwa badai tropis akan lebih jarang, tapi lebih parah.
CSIRO menegaskan bahwa perlu lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi ramalan-ramalannya.