ABC

Cordelia Selomulya Prof Teknik Pertama Asal Indonesia

Pernah dibimbing oleh profesor lain asal Indonesia, Prof Cordelia Selomulya sekarang menjadi sedikit akademisi yang berasal dari Indonesia yang menjadi peneliti dan tenaga pengajar di Australia. Cordelia sekarang mengajar di Fakultas Teknik Kimia Monash University.

Berikut perbincangan Prof Cordelia Selomulya dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L. Sastra Wijaya yang dilakukan lewat email selama dua pekan terakhir.

Latar belakang pendidikan, apakah anda menjalani semua pendidikan di Australia, ataukah anda pernah belajar di Indonesia, sebelum melanjutkan pendidikan di Australia?

Saya menyelesaikan SMA di SMA Kristen 1 Penabur di Jakarta. Setelah SMA, saya melanjutkan ke Universitas New South Wales di Sydney untuk belajar Teknik Kimia. Saya menyelesaikan S1 dan S3 di bidang Teknik Kimia di UNSW.

Mengapa kemudian menekuni bidang Teknik Kimia?

Saya selalu suka dengan Kimia dan Matematika. Teknik Kimia menjadi pilihan yang bagus, karena mengkombinasikan aspek kimia, matematika, fisika dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mestinya adalah profesor pertama asal Indonesia di Monash, paling tidak di fakultas sains dan teknologi?

Di Fakultas Teknik di Monash University, ya, namun saya tidak begitu tahu mengenai Fakultas Sains, karena itu fakultas yang berbeda.

Kapan anda mendapat gelar profesor, apakah itu dari Monash atau UNSW?

Saya dipromosikan menjadi professor di Monash University pada tanggal 1 Januari 2016. Saya menyelesaikan pendidikan doktor di UNSW, dan setelah itu saya ke Leeds University di Inggris dimana saya menjadi peneliti post doktoral kerjasama Inggris-Austtralia yang disponspori oleh the Royal Academy of Engineering. Setelah kembali dari Inggrss, saya menjadi peneliti post doktoral Australian Research Council (ARC) di UNSW dan kemudian mendapat tawaran untuk menjadi tenaga pengajar di Monash di tahun 2006.

Prof Cordelia Selomulya
Cordelia sedang berdiskusi dengan mahasiswa bimbingannya.

Foto: Monash University

Apa yang anda lakukan sekarang di Monash University selain sebagai pengajar?

Selain mengajar, tanggung jawab utama saya adalah meneliti yang meliputi memimpin proyek penelitian dan menjadi supervisor bagi para mahasiswa S2 dan S3. Saya saat ini adalah direktur Pusat Penelitian Bersama Australia-China di bidang Manufaktur produk Susu di masa depan.

Sebagai pengajar dan profesor, apakah ketika melihat mahasiswa bimbingan, anda memperhatikan khusus mahasiswa asal Indonesia ? Atau anda tidak pernah berpikiran seperti itu, artinya menerima siapa saja yang mau anda bimbing?

Saya memilih mahasiswa bimbingan bukan berdasarkan latar belakang mereka atau kebangsaan. Faktor utama yang saya lihat dari mahasiswa PhD adalah kepribadian mereka, dan sikap mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk meenyelesaikan pendidikan, karena itu bukan tugas yang gampang. Beberapa mahasiswa PhD terbaik saya adalah mereka yang memiliki keuletan dan sikap hidup positif yang mau terus berjuang ketika dalam keadaan sulit.

Dari artikel yang pernah saya baca, di Universitas New South Wales , anda dibimbing oleh Prof Rose Amal, yang juga  berasal dari Indonesia? Apakah ini hanya faktor kebetulan, ataukah anda sengaja mencari Prof Amal, karena keahlian dan juga berasal dari Indonesia?

Ini sebenarnya faktor kebetulan saja, karena saya tidak mengetahui kalau Rose Amal berasal dari Indonesia, sampai saya membantunya di laboratorium di musim panas di tahun ketiga ketika saya menjalani S1. Saya ketika itu belum pernah diajar oleh Rose, karena sebelumnya dia menjalani cuti melahirkan, meskipun dia adalah salah satu tutor saya. Saya mengajukan magang penelitian musim panas di kelompoknya dan senang dengan pengalaman tersebut, sehingga saya kemudian melakukan penelitiian akhir S1 di bawah bimbingannya, dan ketika melanjutkan pendidikan doktoral saya.

Ini adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya. Rose Amal adalah supervisor dan mentor yang bagus, dan merupakan orang yang patut dicontoh. Saya masih mengunjungi labnya setiap kali saya ke Sydney.

Tidak banyak wanita yang bergerak di bidang teknik baik di Australia dan di Indonesia, dan menyandang gelar profesor, apakah anda mengalami masalah di dunia akademis dalam soal ini?

Saya merasa beruntung sudah bertemu dengan orang-orang yang hebat (baik pria maupun perempuan) yang bisa menjadi contoh dan mentor sepanjang karir saya. Diantaranya orang-orang seperti Prof Rose Amal dan Prof Judy Raper di UNSW, Prof Edwina Cornish di Monash, dan juga Prof Xiao Dong Chen di Soochow University di China.

Namun kita perlu juga lebih mendorong agar lebih banyak perempuan untuk masuk ke profesi ketehnikkan (entah bekerja di industri atau menjadi tenaga akademis), bertahan, dan tumbuh ke posisi kepemimpinan yang lebih senior. Bila tidak, kita akan kehilangan perempuan-perempuan bertalenta ini yang bisa memberikan banyak sumbangan bagi profesi ini.

Mengapa tidak banyak wanita yang memilih berkecimpung di bidang ini? Apakah karena faktor kesulitan, atau faktor yang lain?

Ini bukan karena ilmunya yang sulit karena perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan pria. Namun dalam banyak kasus, perempuan juga memiliki tanggung jawab besar di dalam rumah tangga misalnya, dan itu kadang banyak menyita waktu mereka, sehingga mempengaruhi perjalanan karir mereka. Monash University sudah menjadi salah satu tempat kerja yang sadar akan masalah seperti ini dan sudah berusaha keras memberikan lingkungan yang lebih imbang bagi perempuan, seperti misalnya opsi bekerja paruh waktu, mencari dosen pengganti, cuti melahirkan yang lama dan yang lainnya). Namun tentu saja masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong lebih banyak perempuan masuk ke profesi ini.

Prof Cordelia Selomulya
Cordelia dipromosikan mendapat gelar profesor 1 Januari 2016.

Foto: Monash University

Disebutkan bahwa anda sudah pernah mengumpulkan dana penelitian dan kegiatan akademik sebanyak $ 20 juta (sekitar Rp 20 miliar). Dari mana saja anda mendapatkan dana-dana tersebut dan  apa saja yang sudah anda lakukan?

Berbagai sumber pendanaan termasuk dari Dewan Penelitian Australia (Australian Research Council (ARC), Departemen Industri, Inobasi, dan Sains (DIIS) Australia, Yayasan Gardiner Foundation dan pendanaan langsung dari industri.

Saya memimpin Penelitian bersama Australia-China Mengenai Masa Depan Manufaktur di Bidang Susu (Dairy), yang didukung oleh Departemen Industri, Inobasi, dan Sains (DIIS) Australia lewat Dana Penelitian dan Sains Australia-China. Pusat ini akan membantu perusahaan-perusahaan susu di Australia lewat penelitian dan pengembangan (R&D), dan juga akan memfasilitasi hubungan dengan China, yang merupakan pasar ekspor penting bagi Australia.

Anda juga disebut sedang melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin dari partikel nano? Apa yang sedang anda lakukan?

Penelitian ini bermaksud mengembangkan sistem pengirim vaksin ke dalam tubuh menggunakan partikel nano, yang berpotensi meningkatkan dan memperpanjang respon kekebalan tubuh manusia, dan karenanya melindungi kita dari beberapa penyakit tertentu.

Apakah anda merencanakan untuk bekerja di Indonesia? Ataukah anda melihat masa depan professional anda di Australia?

Dalam waktu dekat ini, saya pastinya akan melanjutkan penelitian saya di Australia, meski saya terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai mitra lain di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Anda akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat? Apa yang akan dilakukan di sana?

Saya akan mewakili Fakultas Teknik dalam acara Monash Doctoral Program Information Day di Jakarta tanggal 24 September 2016. Selain itu, saya juga akan mengunjungi beberapa universitas dan perusahaan di Jakarta dan Bandung untuk membicarakan kemungkinan kerjasama dengan Monash. Karena Indonesia begitu dekat dan penting bagi Indonesia, maka adalah hal yang wajar bahwa kedua negara harus bekerja sama lebih erat di bidang penenelitian dan pengembangan (R&D) yang bisa menguntungkann keduanya. Ada dana penelitian yang tersedia bagi proyek bersama ini.