ABC

China tambah subsidi mobil ramah lingkungan

Pemerintah China memperbaharui skema subisidi bagi kendaraan hibrid hingga 2015. Subsidi diberikan sebagai bagian dari inisiatif untuk upaya pembersihan udara.

Kebijakan diperbaharui karena masa berlaku pemberian subsidi telah habis pada tahun 2012 lalu.

Dalam kebijakan ini akan ada sejumlah perubahan, termasuk subsidi bagi jenis kendaraan bertenaga listrik dan baterai tenaga surya.

Besarnya subsidi yang disediakan akan mencapai lebih dari 98 juta rupiah bagi kendaraan jenis biasa.

Bus juga akan disubsidi untuk mendorong warga menggunakan transportasi publik. Besarnya subsidi bagi bus senilai hampir 82 juta rupiah.

Pemberian subsidi bagi mobil hibrid dan bertenaga listrik ini adalah bagian dari rencana untuk meningkatkan kualitas udara di negara itu.

Selain itu, dengan adanya subsidi, diharapkan warga China akan mulai membeli kendaraan elektrik sehingga bisa menutup pabrik besi dan mengurangi penggunaan batu bara.

Sayangnya kebijakan pemberian subsidi bagi kendaraan ramah lingkungan kurang mendapat tanggapan positif dari para pengguna kendaraan.

Media setempat melaporkan hingga tahun 2012, China memiliki sekitar 27.800 mobil bertenaga baterai, dan 80 persen di antaranya adalah bus.

Ini masih jauh dari target di tahun 2015, dimana pemerintah berharap ada 500.000 mobil listrik dan hibrid. Di tahun 2020 ditarget jumlah ini akan mencapai 5 juta unit.

Ide mobil ramah lingkungan ini kurang populer karena harganya yang lebih mahal 30 persen dibanding mobil berbahan bakar minyak.

Sejumlah warga juga menilai mobil-mobil ini kurang praktis karena masih jarangnya stasiun pengisi baterai, dan sulit digunakan untuk perjalanan jauh.

Tetapi pabrik-pabrik mobil hibrid terus gencar melakukan investasi untuk penelitian dan pengembangan setelah adanya kesadaraan soal lingkungan di antara para warga Cina.

Sementara di Hong Kong, pemerintah baru-baru ini meluncurkan bus yang berbahan bakar baterai.

Kebijakan pemberian subsidi ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi produsen mobil China, seperti SAIC Motor Corp dan BYD Co Ltd.

Sementara produsen global, BMW, yang baru saja meluncurkan mobil bertenaga baterai pertamanya juga tertarik untuk memasarkan produknya. 

"China cukup terbuka dan bertanggung jawab, mereka juga ingin mengekspresikannya tidak hanya dari ukuran tetapi juga karakter khas mobil itu sendiri," ujar Gunther Quest dari BMW China.

Pemerintah kota Beijing akan memperkenalkan mobil elektrik yang bisa disewa warga, mengikuti proyek serupa di Jerman dan Perancis. Untuk upaya ini, pemerintah Beijing telah melakukan investasi.

"Sekitar 26 miliar rupiah telah kami investasikan, dan dua tahun kedepan investasi akan ditambah 65 miliar rupiah untuk produksi mobil elektrik, infrastruktur, dan statsiun pengisi baterai," jelas Ding Yue, juru bicara dari proyek penyewaan mobil elektrik.