ABC

China Perketat Impor Susu Formula

China menerapkan aturan baru yang mensyaratkan perusahaan-perusahaan asing  pengimpor produk susu untuk melakukan pendaftaran dan proses audit.

Hasilnya, hanya dua dari 19 perusahaan Australia pengekspor susu formula ke China yang telah terdaftar di bawah sistem baru, yang mulai berlaku efektif awal bulan Mei.

Konsultan industri produk susu, Joanne Bills, mengatakan, bukan hal yang mengejutkan jika China menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap sektor ini, karena sebelumnya sudah ada tuntutan untuk memberlakukan aturan baru tersebut. Hal ini disebabkan adanya kematian 6 bayi di tahun 2008 akibat keracunan susu bubuk yang mengandung zat kimia melamin.

“Saya kira ada beberapa kekhawatiran bahwa aturan baru ini mewakili hambatan non-tarif dalam perdagangan susu formula, tapi menurut saya ini adalah bagian dari mekanisme ketat yang diberlakukan Pemerintah China untuk benar-benar memastikan keamanan produk pangan yang sangat penting ini,” ungkap Joanne.

Perusahaan produk susu Australia telah menghabiskan jutaan dolar, beberapa tahun belakangan ini, untuk meningkatkan atau membangun pabrik baru yang mampu memproduksi susu formula sebesar permintaan pasar China yang terus tumbuh.

“Pada dasarnya, tiap pengekspor produk susu di seluruh dunia melihat peluang pasar susu formula di China yang begitu besar, dan mereka ingin ambil bagian di dalamnya,” ujar Joanne.

Ekspor susu formula Australia ke China telah tumbuh dari 2.325 ton, atau senilai  56 juta dolar di tahun 2011, menjadi 4.000 ton di tahun 2013 dengan nilai transaksi 76 juta dolar.

Permintaan produk asing, yang dibeli konsumen China 3x lipat dari harga produk lokal, telah memicu banyaknya produk tiruan dan beberapa praktek pemasaran yang beresiko.

“Beberapa praktek tersebut, pada dasarnya membuat apa yang anda dapat di kaleng, tak sesuai dengan apa yang ditulis di label. Praktek ini benar-benar menjadi-jadi,” keluh Joanne.

Ketua Dewan Nutrisi Bayi, yang mewakili produsen susu formula Australia dan Selandia Baru, Jan Carey, menjelaskan, pada sebuah pameran bayi di Shanghai yang ia hadiri tahun lalu, ada ribuan merk susu formula yang dipajang, termasuk salah satu yang dijual dengan jargon “Asli Selandia Baru”, yang memuat foto koala dan logo negara tersebut.

Ia mengatakan, ada beberapa kasus produk China yang dijual sedemikian rupa seolah-olah produk tersebut berasal dari Australia atau Selandia Baru.

“Pemerintah China ingin memastikan bahwa mereka mendapat rantai pasokan yang solid yang dapat mereka lacak detil prosesnya mulai dari sapi hingga dikemas dalam kaleng. Mereka juga ingin memastikan bahwa mereka punya kualitas produk yang baik untuk populasi mereka yang paling lemah, yakni para bayi ” jelas Jan.

Bagi perusahaan Australia, regulasi pasar susu formula yang lebih ketat, yang diberlakukan Pemerintah China, berarti mereka harus melewati proses audit dan mendapatkan nomor registrasi sebelum dapat menjual produknya di negara Tirai Bambu tersebut.

Beberapa perusahaan Australia tengah memproses pendaftaran produk susu formula mereka.

Jan menuturkan, perusahaan yang tak sepenuhnya memproduksi susu formula, yang hanya membelinya dari prosesor dan mengalengkannya, bisa menemui kesulitan dalam proses registrasi di bawah aturan baru tersebut. Namun ia tetap yakin bahwa pada akhirnya perusahaan Australia akan lolos tahap pengujian.

Sementara itu, masa tunggu proses pendaftaran akan berdampak secara finansial pada perusahaan-perusahaan itu.

“Tidak murah untuk melakukan produksi, jadi saya yakin ada beberapa perusahaan yang khawatir akan hal ini,” ujar Jan.

Dalam pernyataannya, Departemen Agrikultur Australia mengatakan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan para produsen dan Pemerintah China untuk segera mendapatkan legalisasi pendaftaran guna memfasilitasi perdagangan produk susu formula.