ABC

Chef Melbourne Ini Ubah Sisa Makanan Jadi Menu Baru Untuk Disumbangkan

Chef asal Melbourne akan menjual makanan seharga 1 dolar (atau setara Rp 10.000) yang dibuat dari sisa dapur restoran, sebagai bagian dari Festival Makanan dan Minuman Anggur Melbourne, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang limbah makanan.

Acara bernama ‘Yume Hour’ ini dijalankan melalui aplikasi Yume, yang disebut pencipta-nya, yakni Katy Barfield, bertujuan untuk menambal "kebocoran" dalam sistem pangan.

Yume menghubungkan konsumen dengan restoran atau kafe yang memiliki kelebihan makanan, yang biasanya akan berakhir di tempat sampah, untuk dijual atau untuk disumbangkan.

Katy mengatakan, ada 4,2 juta ton makanan yang dibuang setiap tahun di Australia.

"Itu sekitar 8 miliar dolar (atau setara Rp 80 triliun), dan 1,4 juta ton dari itu berasal dari manufaktur dan perhotelan," sebutnya.

Katy mengatakan, tidak ada satu pelaku utama ketika itu menyangkut limbah makanan. Ia pberpendapat, salah satu alasan di balik masalah ini ketidakpastian produksi.

"Jika Anda melihat industri susu sebagai contoh, mereka menghasilkan miliaran liter susu setiap tahun dan sulit untuk memprediksi seberapa banyak susu yang akan dikonsumsi dan mereka memiliki umur simpan yang pendek," jelasnya.

"Para pembuat keju, misalnya seseorang membuat brie atau camembert, mereka harus mulai proses produksi sebelum mereka benar-benar tahu berapa banyak pesanan yang harus mereka penuhi,” lanjutnya.

Ia menambahkan, "Jadi ada banyak limbah yang masuk ke sistem yang benar-benar bukan kesalahan siapa pun kecuali pasar, yang bergerak begitu dinamis."

Katy mengatakan, rata-rata ada sekitar 8.000 ton keju terbuang per tahunnya.

Ia mengatakan, ia berharap makanan seharga 1 dolar akan membuat konsumen berpikir tentang cara yang berbeda untuk makan.

"Ada banyak bagian dari hewan dan sayuran yang kita buang tanpa dipikir terlebih dahulu dan mereka benar-benar lezat serta bergizi. Tapi alasan kedua adalah untuk memulai Yume dan mendapatkan lebih banyak kafe dan restoran yang terlibat,” sebutnya.

"Tujuan kami adalah bahwa setiap restoran, cafe dan katering di Australia akan mempertimbangkan menempatkan 1 kg makanan mereka di aplikasi, untuk dijual atau disumbangkan ketimbang terbuang di tempat sampah,” harap Katy.

"Itu akan memungkinkan kami untuk mencegah 40 ton makanan setiap hari terbuang sia-sia tanpa menempatkan satu van-pun di jalan," imbuhnya.

Jeroan juga bisa dimanfaatkan

Alejandro Saravia, kepala chef di restoran Peru ‘Pastuso’, mengatakan, 20 restoran akan berpartisipasi dalam mengubah sisa makanan mereka ke kreasi kuliner.

Ia mengatakan, diperlukan pendidikan yang lebih baik di restoran dan rumah-rumah warga tentang cara memanfaatkan limbah dan beberapa sisa makanan.

Alejandro menceritakan, Pastuso fokus untuk membatasi pemborosan makanan di tempat mereka.

Ia mengatakan, restoran itu akan menawarkan dua piring selama acara ‘Yume Hour’, dengan fokus pada jeroan.

"Yang pertama adalah hidangan tradisional Peru ‘pastel de choclo’, yang merupakan kembaran pie," sebutnya.

Alejandro menjelaskan, "Dalam rebusan, kami menggunakan banyak jeroan dari daging alpaca. Jeroan telah menjadi bagian dari budaya yang berbeda. Warga Italia menggunakan banyak ginjal atau banyak hati [dan] di Peru kami menggunakan banyak jantung sapi, lambung, [dan] perut sapi.”

"Saya pikir karena pelanggan Australia belum terlalu banyak terekspos ke bahan tertentu, itu sebabnya mereka tidak menemukannya dengan benar, tapi itu hanya masalah waktu juga," sambungnya.

Alejandro mengatakan, jeroan, secara umum, memiliki nilai gizi yang tinggi.

"Sebagian besar dari jeroan, itu hanyalah otot, hati 100% adalah otot. Juga, jumlah kolesterol yang berasal dari hati benar-benar rendah … alpaca adalah salah satu hewan paling sehat dalam hal daging merahnya dan jumlah zat besi yang ada di jeroannya, itu sangat tinggi," ungkapnya.

Hasil dari Yume Hour akan disalurkan ke empat badan amal makanan di Melbourne: OzHarvest, FareShare, FoodBank dan SecondBite.