ABC

Cerita Warga Indonesia di Australia yang Dicurigai Tetangga Saat Pergi Bekerja

Warga Australia tidak terlalu percaya dengan sesamanya dalam mematuhi anjuran diam di rumah untuk mencegah penyebaran virus corona. Seperti seorang warga Indonesia di Melbourne yang merasa dicurigai setiap pergi bekerja.

Australia merupakan salah satu negara yang sejauh ini dianggap berhasil membatasi penyebaran virus corona, dengan 70 persen warga percaya dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah.

Sebuah lembaga riset sosial, ‘Insightfully’ melakukan survei kepada 1.060 warga Australia soal apa yang terjadi selama sebulan terakhir terkait pandemi virus corona.

Tabel berikut menunjukkan tingkat kepuasan warga Australia terhadap pemerintah pusat, pemerintah negara bagian, tempat mereka bekerja, sektor bisnis, serta sesama warga dalam menanggapi virus corona.

Kesimpulan yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut:

  • 75 persen warga Australia puas dengan apa yang dilakukan negara bagian masing-masing untuk menanggulangi penyebaran virus corona
  • Kepuasan terhadap pemerintah Federal juga tidak berbeda jauh, yaitu 74 persen
  • 74 persen merasa puas terhadap perusahaan mereka, dengan imbauan bekerja di rumah, setelah adanya aturan tidak boleh berkumpul lebih dari dua orang

“Data menunjukan tingginya dukungan terhadap kebijakan ketat yang dilakukan pemerintah Federal guna melandaikan kurva untuk mengurangi dampak COVID-19,” kata Direktur Eksekutif Leanne White.

Kalau kepuasan dan rasa percaya terhadap pemerintah tinggi, kepuasaan terhadap sesama warga tidaklah sama.

Hanya 12 persen yang benar-benar merasa puas dengan apa yang dilakukan oleh sesama warga dalam menanggapi pandemi, termasuk soal mematuhi peraturan.

“Tampaknya warga Australia marah dengan sekelompok kecil warga yang tidak mematuhi aturan social distancing dan juga kegiatan lain seperti membeli barang berlebihan untuk disimpan di rumah,” jelas Leanne.

Menurut survei, prioritas yang harus dilakukan pemerintah Australia adalah tetap mempertahankan atau meningkatkan sosial distancing, bantuan keuangan dan stimulus ekonomi, serta memastikan kesehatan warga.

‘Dicurigai seperti maling’

Mella Meriana bekerja untuk Metro, jaringan transportasi umum kereta di Melbourne
Mella Meriana bekerja untuk Metro, jaringan transportasi umum kereta di Melbourne

Foto: koleksi pribadi

Saat ini, aturan di Australia adalah warga hanya boleh keluar rumah untuk empat hal, yakni belanja kebutuhan pokok, mendapat layanan kesehatan, bekerja atau sekolah kalau hal tersebut tidak bisa dilakukan dari rumah, dan berolahraga di luar rumah.

Untuk memastikan warga Australia mematuhi aturan pembatasan pergerakan, polisi di semua negara bagian menganjurkan agar warga melaporkan jika melihat ada orang yang tidak mematuhinya.

Anjuran untuk melaporkan ke polisi membuat warga saling curiga apakah tetangga mereka benar-benar mematuhi aturan.

Seperti yang dialami oleh Mella Mariana, seorang warga asal Indonesia yang tinggal di Melbourne.

Selama setahun terakhir Mella bekerja untuk Metro, layanan transportasi kereta, dimana dia bekerja sebagai bagian dari kegiatan di stasiun kereta.

Mella harus keluar rumah dengan jadwal sembilan hari kerja dan lima hari libur.

Dalam dua minggu terakhir, ia merasa tetangganya tidak suka dengan kegiatan ke luar rumah yang dilakukannya.

Dalam wawancara dengan wartawan ABC Indonesia, Sastra Wijaya, hari Jumat (17/04), Mella mengaku semakin merasakan bagaimana tetangganya memperhatikan gerak-geriknya saat hendak pergi dan pulang kerja.

“Misalnya saya kerja shift tengah hari dan berangkat jam 11 pagi,” tambahnya, “pas saya pulang bekerja juga begitu [diamati tetangga].”

Menurut Mella, sebelum pandemi virus corona semua tetangga dekat rumahnya bersikap ramah dan bertegur sapa, namun sekarang tidak lagi.

“Saya merasa seperti maling yang dicurigai,” kata Mella.

Tidak saja di rumah, Mella mengatakan saat ia ‘jogging’ di taman di dekat tinggalnya, banyak juga orang yang memberikan pandangan tidak senang.

Akhirnya Mella memutuskan untuk memakai rompi kuning berlogo ‘Metro’ di mobilnya, menunjukkan jika ia adalah termasuk pekerja yang setiap hari harus keluar rumah untuk menjalankan tugasnya.

Polisi diminta lebih sensitif

Karrakatta cemetery - unidentified headstone July 2012
Selama krisis corona, mengunjungi kuburan bagi sebagian orang tetap dianggap kegiatan penting bagi mereka.

ABC: Emma Wynne

Sejauh ini mayoritas warga Australia mematuhi aturan yang ada, namun beberapa insiden terjadi akibat ketidakjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan “kegiatan penting” yang masih boleh dilakukan di luar rumah.

Seorang kakek yang ditemui di sebuah kuburan di Sydney mengatakan dia selalu mengunjungi makam istrinya, seminggu sekali setiap hari Senin.

Dia mengatakan akan tetap melakukan hal tersebut, walau nantinya didenda polisi. Menurutnya berkunjung ke makam istrinya penting bagi kesehatan mentalnya.

Untuk hal-hal semacam ini, polisi di Australia sudah diminta bertindak sensitif untuk tidak menjatuhkan denda ‘membabi buta’ atas semua kegiatan di luar rumah tanpa pandang bulu.

Aturan ‘sosial distancing’ juga membuat beberapa warga meminta agar mereka yang berbelanja di supermarket tidak membawa anak-anak, karena susahnya mengatur anak-anak di tempat umum.

Beberapa warga menulis di akun Facebook Woolworths, salah satu jaringan supermarket terbesar di Australia, meminta agar ada larangan membawa semua anggota keluarga pergi belanja.

“Saya melihat ada tiga orang dewasa datang bersama seorang anak-anak. Apakah ini perlu? Mungkin Woolies perlu mengeluarkan aturan membatasi hanya boleh satu orang saja datang belanja,” tulis salah satu komentar.

Namun Woolworths mengatakan tidak akan melakukan larangan apapun.

“Kami tidak berencana melarang anak-anak untuk memasuki toko kami saat ini,” kata seorang juru bicara Woolworths.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia