ABC

Canberra Gelar Meet a Muslim Untuk Hapus Stigma

Sebagai upaya menghapus stigma mengenai agama Islam dan pengikutnya, warga Canberra, Australia, didorong untuk ikut kegiatan “meet a Muslim” untuk menanyakan segala hal yang dipikirkan mengenai Islam.

Event pertama kegiatan ini digelar Senin (5/12/2016) malam, saat sejumlah warga Muslim coba menjawab semua pertanyaan puluhan warga Canberra.

“Kami selalu ingin menggelar event seperti ini karena menyadari kuatnya interaksi dasar sesama manusia,” jelas penyelenggara, Saba Awan.

“Hal yang sangat mendorong kami adalah hasil polling September lalu yang menyebutkan 49 persen warga Australia mendukung pelarangan imigran Muslim dan bagi kami hal itu merupakan pukulan keras bagi sistem,” ujarnya.

“Kami pikir, jika memang begitu keinginan orang, kami harus berbuat sesuatu,” kata Awan seraya menambahkan, “Kami tak bisa kesal atau marah, melainkan harus coba merangkul dan bicara dengan mereka.”

Mengapa mau hadir?

composite-image-of-peter,-rachel-and-luke-data.jpg
Peter, Rachel dan Luke.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Sangat penting untuk membangun hubungan dengan orang lain yang tidak sama dengan kita,” kata Rachel, salah seorang warga yang hadir.

“Sebagai guru kami menyebut diri pembelajar seumur hidup … Dan tak ada salahnya mendapatkan informasi faktual sebab banyak di informasi, saya kira, tidak akurat,” kata Peter, warga lainnya.

“Saya tertarik mengetahui bagaimana mereka menghadapi kaum konservatif, atau pandangan yang cenderung ke kanan di Australia, dan bagaimana hal itu mempengaruhi mereka dan perpolitikan di kalangan masyarakat Islam,” kata warga lainnya, Luke.

Apa pengalaman sebagai Muslim di Canberra?

rayeed-rahma-data.jpg
Rayeed Rahma.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Sedemikian rupa Canberra itu mengagumkan, tapi masih ada (diskriminasi),” ujar Rayeed Rahman.

“Saya menemukan bahwa di sini masih ada yang memandang wanita Muslim yang mengenakan jilbab itu mengalami penindasan,” katanya.

Jika media tampilkan Muslimah yang tertindas?

engy-abdelsalam-data.jpg
Engy Abdelsalam.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Saya pikir apa yang tidak dimengerti orang adalah bahwa Islam itu pada dasarnya progresif dan bahwa hal itu tidak seharusnya terjadi,” kata Engy Abdelsalam.

“Pengalaman saya yang datang dari Mesir, mereka di sana berkampanye melawan hal itu [penindasan],” katanya.

“Di setiap negara ada patriarki, sama seperti perempuan di sini yang berjuang melawan KDRT, hal itu juga terjadi di negara-negara Muslim,” ujarnya.

Mengapa perempuan berjilbab?

hafsah-farouk-data.jpg
Hafsah Farouk.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Saya tidak menilai Muslimah lainnya yang tidak memakainya, atau menganggap mereka kurang berdedikasi, sebab itu adalah pilihan pribadi,” kata Hafsah Farouk.

“Bagiku hal itu merupakan langkah berikutnya untuk mendedikasikan diri kepada Allah,” katanya.

“Tapi bagiku keputusan untuk mengenakannya agar lebih dekat dengan Allah,” tambahnya.

Bagaimana dengan kesetaraan jika pria dan wanita tidak bisa jabat tangan?

khalid-abdo-data.jpg
Khalid Abdo.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Sebagai seseorang yang tidak suka berjabat tangan perempuan, saya melakukannya justru untuk menghormati,” kata Khalid Abdo.

Apakah Muslim memaksakan nilai-nilainya?

diana-abdel-rahman-data.jpg
Diana Abdel-Rahman.

(Foto: ABC/Georgia Hitch)

“Budaya kita berbeda sekarang berbeda dibandingkan 10 tahun lalu dan akan berbeda lagi dalam 10 tahun mendatang,” kata Diana Abdel-Rahman.

“Saya diskusi dengan anak muda tentang hal ini minggu lalu yang mengatakan imigran yang mengubah budaya Australia,” katanya.

“Saya sampaikan budaya kita selalu berubah dan seringkali tidak ada hubungannya dengan siapa yang datang ke negara ini atau apa agama mereka,” tambah Diana.

“Ini semua hanya kata-kata yang entah bagaimana mendapat sambutan. Desas-desus ini yang disampaikan berulang-ulang,” katanya.

“Sama dengan hukum syariah, siapa yang bilang mereka ingin menerapkannya? Apakah mereka benar-benar menerapkannya?” katanya lagi seraya menambahkan, “Menyedihkan saat mendengar hal ini khususnya dari para politisi.”

Diterbitkan Pukul 16:00 AEST 6 Desember 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.