ABC

Butuh Riset ke Jerman untuk Menghidupkan Kembali Bahasa Aborigin di Adelaide

Sebuah bahasa penduduk Aborigin di wilayah Adelaide berusaha dihidupkan kembali setelah bertahun-tahun tidak lagi terdengar. Nyaris tidak ada lagi penduduk pribumi setempat yang menggunakan bahasa tersebut dan tidak tersedia bukti rekaman bahasa tersebut. Peneliti harus terbang ke Jerman untuk mencari dokumen dan bukti tertulis bahasa tersebut.

Sebuah tim yang berdedikasi telah menghabiskan waktu selama 25 tahun menelusuri dokumen sejarah untuk merekonsruksi ulang bahasa dari penduduk Aborigin Kaurna.

Saat ini seluruh rekaman percakapan dalam Bahasa Kaurna yang sudah lama tidak lagi digunakan menjadi bagian dari Peresmian Pekan Bahasa Kaurna yang sedang berlangsung di Adelaide.

Proyek ini bermula ketika 'Tante' Alitya Wallara Rigney menjabat sebagai Kepala Sekolah di sekolah untuk warga Aborigin di Adelaide tahun 1980, ketika itu ia bermaksud memasukan bahasa Kaurna yang merupakan bahasa ibu penduduk Aborigin di Adelaide ke dalam silabus di sekolahnya. Namun dia menghadapi dilema untuk mencari tahu lebih banyak mengenai bahasa tersebut.

Dia kemudia menghubungi Pakar Bahasa, Dr Rob Amery dan keduanya mulai merekonstruksikan kembali bahasa Kaurna agar bisa diajarkan kembali di sekolahnya.

"Kami mempelajarinya dahulu di malam hari sebelum mengajarkannya kepada para siswa di sekolah itu keesokan harinya,"katanya.

"Proyek ini sangat menyenangkan sekaligus menantang."

Pencarian bahasa hingga ke Jerman

Lantaran tidak tersedia rekaman bahasa Kaurna, maka peneliti harus mengandalkan pengucapan bahasa itu dari dokumen terlulis dan pencarian dokumen itu hingga membawa mereka ke Jerman, dimana mereka berhasil menemukan keluarga misionaris yang pernah ditugaskan di wilayah Adelaide.

"Ada sebuah sekolah warga Aborigin di kawasan Torrens (sungat utama yang mengaliri di sepanjang Kota Adelaide) dan ada 3 anak, siswa di sekolah itu yang pernah menulis surat dengan bahasa Kaurna kepada misionaris di Jerman," papar Rigney.

"Kami menemukan surat yang dikirim ketiga anak itu di museum, hebat bukan? tambahnya.

Dr Amery mengatakan upaya menghidupkan kembali bahasa ini sangat lambat dan penyelidikan yang mereka lakukan kerap harus disandarkan pada bahasa lokal 'tetangga' untuk menerka bagaimana pelafalan kata-kata dalam bahasa Kaurna.

Namun katanya upaya menghidupkan kembali bahasa Kaurna itu telah jauh melebihi harapannya.

"Saya tidak pernah menduga upaya kami akan sampai pada tahapan seperti sekarang ini," katanya.

"Kita punya 3 pria yang mampu berbicara dalam Bahasa Kaurna tanpa bercampur dengan Bahasa Inggris," katanya.

Dr Amery berharap event ini dapat membantu mempromosikan masyarakat penutur Bahasa Kaurna ke lingkungan masyarakat yang lebih luas.

"Saya berharap event Pekan Bahasa Kaurna akan berlangsung reguler di masa depan, sehingga orang akan menyadari ada Bahasa lain yang pernah dituturkan oleh banyak orang di wilayah Adelaide tidak hanya Bahasa Inggris," kata Dr Amery.

Sementara 'Tante' Alitya Wallara Rigney mengatakan ini merupakan event penting untuk membangun kepercayaan diri dikalangan warga Kaurna.

"Budaya dan bahasa bisa berjalan berdampingan dan saya bertekad melakukannya karena saya ingin anak-anak siswa di sekolah saya bisa mahir bertutur bahasa ibu mereka dan belajar mengenai identitas budaya mereka lewat bahasa," katanya.