ABC

Bongkar Reaktor Nuklir Penuh Radiasi, Jepang Akan Gunakan Robot Bertangan 3

Perusahaan asal Jepang, Toshiba, meluncurkan robot amfibi ber-remote control untuk melepas tabung bahan bakar dari bangunan reaktor 3 yang sangat radioaktif di pabrik nuklir Fukushima Daiichi, Jepang.

Menurut harian Japan Times, robot ini dijadwalkan memulai penggalian 566 tabung bahan bakar pada tahun keuangan 2017.

Toshiba membangun reaktor 3, yang masih begitu radioaktif ketika dikunjungi pada bulan Februari 2015.

Bangunan ini benar-benar tak boleh dikunjungi karena masuk ke area ini berarti kematian yang instan.

Pada saat itu, Kenichiro Matsui dari Perusahaan Tokyo Electric Power (TEPCO) mengatakan, perusahaannya tak mengetahui situasi yang tepat secara detail.

"Kami perlu mengembangkan teknologi robot dengan bantuan dari seluruh dunia untuk mengetahui situasi nyata-nya," ujar Kenichiro.

Reaktor 1, 2 dan 3 dikendalikan dengan memompa air untuk mendinginkan mereka dan mencegah krisis nuklir lebih lanjut, yang mengakibatkan 500.000 liter air radioaktif diambil dan disimpan setiap hari.

Air radioaktif telah bocor ke laut di lepas pantai Fukushima pada beberapa kesempatan.

Reaktor 4, yang tak beroperasi ketika gempa pemicu tsunami melanda di bulan Maret 2011, telah dibersihkan dari 1535 sisa tabung bahan bakar pada Desember 2014.

Rendahnya tingkat radiasi membuat para pekerja berdiri di kolam reaktor 4 untuk memantau pelepasan tabung bahan bakar, tapi hal itu tak mungkin terjadi di reaktor 3, yang rusak oleh ledakan hidrogen dan mengalami kehancuran.

Pelepasan tabung bahan bakar di reaktor 3 akan "lebih sulit karena harus dilakukan sepenuhnya dari jarak jauh", kata pejabat TEPCO, Isao Shirai.

Robot Toshiba ini memiliki beberapa kamera yang memungkinkan pekerja untuk melihat dari berbagai sudut, dua tangan yang bisa mengambil dan memotong puing, dan tangan ketiga yang dirancang untuk mengambil tabung bahan bakar.

TEPCO mengatakan, pihaknya berharap untuk menurunkan tingkat radiasi ke level 1 millisievert per jam, yang masih terlalu tinggi untuk pekerjaan jangka panjang di lokasi.

Menurut Badan Perlindungan Radiasi dan Keselamatan Nuklir, warga Australia terpapar radiasi rata-rata sebesar 1,5 millisievert per tahun, lebih dari setengahnya berasal dari sinar-X medis. Jepang menutup semua reaktor nuklir pada tahun 2013, namun mulai mengaktifkan mereka kembali secara online pada bulan Agustus 2015.