ABC

‘Black Diggers’ Tampilkan Peran Aborigin dalam Militer Australia

Sebuah karya teater berjudul Black Diggers akan menceritakan kisah keturunan bumiputra Aborigin yang bergabung dengan angkatan bersenjata Australia untuk berperang dalam Perang Dunia I dan II. ‘Diggers’ adalah istilah Australia untuk menyebut prajurit.

Karya teater tersebut disutradarai oleh Wesley Enoch dan ditulis oleh Tom Wright.

“Saya belum pernah bekerja dengan rombongan aktor yang semuanya laki-laki.  Mereka ini sembilan laki-laki Aborigin dan rasa kesetiakawanan yang berkisar seputar kisah ini sungguh mengasyikkan,” ujar Enoch di sela-sela gladi resik di Queensland Theatre Company.

Black Diggers rencananya akan dipertunjukkan dalam Festival Sydney dan Brisbane sebagai bagian dari perayaan seabad Perang Dunia I. Penampilan perdananya dijadwalkan pada bulan Januari 2014.

Para aktor yang terlibat langsung dipilih oleh Enoch. Setelah menandatangani kontrak, barulah diketahui bahwa sebagian dari mereka memiliki moyang yang memang pernah menjadi prajurit.

Salah satunya Eliah Watego, yang berasal dari Brisbane. Tiga generasi keluarganya bergabung dengan angkatan bersenjata Australia.

“Kita pernah bicara mengenai alasannya. Mereka tinggal di permukiman terpencil dan tak punya uang. Seluruhnya diberikan pada para protektor [pelindung]. Mereka bahkan tak diperbolehkan menjadi warganegara, dan ini kesempatan mereka untuk mendapat penghasilan dan membuktikan bahwa mereka berhak tinggal di Australia,” cerita Watego,

Para aktor muda dalam karya teater ini sulit menerima perlakuan yang diterima moyang mereka saat mereka kembali ke Australia dari medan perang.

“Ada yang medalinya diambil, gaji mereka diambil,” cerita Watego.

Dalam pembuatan karya ini, Enoch berbicara dengan keturunan prajurit, termasuk yang termasuk dalam komunitas Raukkan di Australia Selatan. Gereja di daerah ini dihiasi jendela bergambar 21prajurit Aborigin yang turut dalam medan perang.

“Dalam pengisahan kita sebagai suatu negara, kita seringkali suka melupakan sejarah kebumiputraan kita. Jadi, saat kita menceritakan kisah seperti ini, orang-orang berkata: ‘Apa? Dulu di Galipoli ada orang Aborigin?’” ucap Enoch.

Semenanjung Galipoli di Turki adalah tempat di mana banyak angkatan bersenjata Australia dan Selandia Baru gugur dalam Perang Dunia I.

Enoch mendapati bahwa dahulu saat keturunan Aborigin bergabung di medan perang mereka dianggap setara, namun itu hilang saat mereka kembali ke Australia.

“Banyak cerita tentang sang protektor merampas anak dari sang ibu karena ayahnya ke medan perang. Sang protektor kemudian merampas seluruh uang yang sudah didapat dan uang tersebut ditaruh di rekening bank protektor,” ceritanya.

Jackie Huggins, yang juga membantu proyek ini, bercerita bahwa kakek dan ayahnya juga turut dalam berbagai perang.

“Saya sering merasa marah tapi juga gugup tentang ini,” ujarnya, “tapi juga bertanya-tanya, kenapa mereka mau melakukan itu saat kita dulu bahkan bukan warganegara? Apa hutang mereka terhadap negara ini? Atau apa hutang negara ini pada mereka?”