ABC

Bitcoin Kian Populer di Kalangan Pengusaha Australia

Mata uang virtual, Bitcoin semakin populer di kalangan pebisnis Australia. Meskipun banyak kritik menilai sistem mata uang Bitcoin rentan dan tidak bisa diandalkan.

Mata uang virtual Bitcoin diluncurkan sejak tahun 2009 dan menjanjikan penghematan biaya bank. Namun sejak saat itu mata uang ini banyak dikaitkan dengan situs perdagangan narkoba dan telah memicu kemarahan pemerintah China.

Meski demikian, sejumlah pengusaha di Australia sekarang menilai Bitcoin memberi sejumlah keunggulan dan pasarnya semakin kompetitif.

Salah satu  perusahaan yang menggunakan Bitcoin adalah Tomcar, produsen kendaraan segala medan yang berbasis di pinggiran Melbourne pinggiran, Oakleigh Selatan yang menjual secara online produk kendaraan untuk petani, militer dan layanan darurat.

"Dengan menggunakan bitcoins untuk membayar supplier kami bisa menghemat biaya kurs dan biaya bank yang cukup signifikan,” kata Brim pemilik Tomcar kepada  program ABC 7.30.

"Kita membeli suku cadang dari Israel dengan menggunakan bitcoin dan hanya perlu membayar biaya 1% saja. Dengan begitu kita menghemat biaya sekitar AUD$50,000 atau sekitar Rp.500 juta. Dan uang itu bisa langsung di transfer ke bagian Riset dan Pembangunan (R&D) maupun layanan pelanggan, jadi bitcoin sangat penting,” katanya.

"Kami juga ada menjual suku cadang kendaraan ke pelanggan kami di Selandia Baru, Kanada dan Amerika yang juga membeli dengan menggunakan bitcoin, tapi kami belum menjual kendaraan dengan bitcoin,” ungkapnya.

Saat ini sejumlah cafe,  toko baju, perhiasan dan peralatan eletronik di Melbourne juga sudah ada yang melayani transaksi dengan menggunakan bitcoin.

Beresiko karena mudah menguap

Meski kontroversial namun dilapangan jumlah pengguna mata uang bitcoin terus bertambah di pasar terbuka dan hal itu membuat harga bitcoin terus berfluktuasi.

Di awal transaksinya, harga 1 bitcoin bernilai 6 sen dollar AS. Namun pada tahun kemarin nilai tukar bitcoin melonjak melebihi harga emas yang menyentuh harga $US1,000 atau Rp.11 juta per 1 bitcoin.

David Glance, Direktur Praktek Peranti Lunak dari Universitas Australia Barat memperingatkan sejumlah resiko jika bertransaksi dengan menggunakan bitcoin.

"Harga bitcoin cepat menguap, dan itu sangat beresiko untuk berbagai jenis investasi,” katanya.

"Orang yang menyimpan bitcoin dalam dompet digital mereka secara online di situs tertentu sudah ada yang berhasil dibobol, jadi bitcoins sudah pernah hilang dengan cara seperti itu.

"Sejumlah orang yang bertransaksi dengan bitcoin juga sudah ada yang bangkrut dan kehilangan bitcoin dengan cara dibobol seperti itu,” kata Glance mengingatkan.

Volatilitas itu berarti kalangan pengusaha tahu kalau menyimpan  uang dalam bentuk bitcoin karenanya ada sejumlah toko yang melayani mata uang bitcoin yang langsung mengkonversi pembayaran dalam bentuk dolar riil.

Glance menyarankan agar pemilik bitcoin bisa menggunakan salah satu dari dua mesin bitcoin di Australia milik penggila Bitcoin, Dale Dickins.

"Saya melihat mesin itu lebih ramah terhadap pengguna dan dapat diakses oleh orang yang tidak memiliki akses ke bank dan remitansi internasional bagi mereka yang mentransfer dana ke luar negeri," kata Dickins.

Bermunculan mata uang virtual lain

Kesuksesan bitcoin mendorong bermunculannya mata uang virtual lainnya seperti litecoin dan dogecoin yang paling dikenal sejauh ini.

James Croft, editor situs teknologi Reckoner, mengatakan banyak orang melihat nilai Bitcoin terus meroket dan berusaha mencari keuntungan dari mata uang virtual tersebut.

"Kami melihat ada lonjakan kehadiran mata uang virtual dan sebagian besar dari mata uang virtual tersebut saat  ini memang tidak bernilai sama sekali,” katanya.

"Tapi alasan uang virtual itu terus bermunculan adalah karena mereka melihat ada peluang di masa depan mata uang seperti ini akan memainkan peran penting. Sehingga mereka berupaya untuk hadir di pasar mata uang virtual terlebih dahulu sambil berharap akan bisa menangguk keuntungan besar jika suatu saat mata uang jenis ini meroket.” Paparnya.