Bisnis di Darwin Didenda Karena Bayar Pekerja Asing Rp 50 Ribu Per Jam
Dua perusahaan di ibukota negara bagian Kawasan Utara (Northern Territory), Darwin telah dikenai denda ribuan dolar karena membayar pekerja mereka, 5 dolar per jam (sekitar Rp 50 ribu).
Mantan pemilik Java Spice Café Emporium di Mitchell Street, pasangan suami istri Moya dan Peter Buckley, tidak membayar dua pekerja mereka, yang datang menggunakan visa 417 (working holiday visa), sebesar $ 5.805 dan $ 1.605.
Kedua pekerja yang berusia 20 tahunan itu bekerja paruh waktu di cafe yang juga merangkap sebagai rumah tersebut.
Moya dan Peter Buckley dikenai denda $ 73 ribu (sekitar Rp 730 juta), dan diperintahkan untuk membayar gaji yang belum dibayar.
Fair Work Commission
Sebuah bisnis lain di Darwin, Scott's Painting Service yang dijalankan oleh Scott Aeron Davenport, juga hanya membayar tiga pekerja asal Perancis $ 450 untuk 13 hari kerja, sehingga pembayaran adalah $ 5 dolar untuk satu jam.
The Fair Work Ombudsman, sebuah lembaga yang mengurusi masalah pekerja di Australia membawa kedua kasus ini ke pengadilan Federal.
Direktur Fair Work Ombudsman Craig Bildstien mengatakan kedua bisnis ini pada awalnya tidak mengindahkan pertanyaan yang dikirim oleh Fair Work.
"Ketika kami berusaha berbicara dengan Davenport, kami tidak mendapat tanggapan sama sekali, sehingga kami tidak memiliki opsi lain selain membawa masalah ini ke pengadilan, dan pengadilan menjatuhkan denda $ 15 ribu dolar terhadap mereka."
"Dalam kasus satu lagi, kami berbicara dengan suami istri yang menjalankan cafe di Mitchell Street dan mereka membayar rendah dua pekerja dari Taiwan dan mereka juga tidak kooperatif, jadi kami membawa kasus ini ke pengadilan Federal dan mereka didenda $ 73 ribu."
The Fair Work Ombudsman sekarang sedang melakukan kajian nasional mengenai gaji dan kondisi pekerja asing di Australia.
"Kami melihat adanya peningkatan dalam beberapa tahun terakhir jumlah permohonan bantuan yang diajukan oleh pekerja asing." kata Bildstien.
"Dalam tahun keuangan lalu, kami berhasil mendapatkan $ 1,6 juta dolar gaji yang sebelumnya tidak dibayar dan itu naik dari $ 1,1 juta dari tahun sebelumnya.
Dia mengatakan bahwa sosial media membuat semakin banyak orang mengetahui hak mereka sebagai pekerja.
"Kalau anda lihat pengunjung di situs kami tahun lalu adalah 13,5 juta, naik 15 persen dari 11,7 juta di tahun sebelumnya, jadi jelas semakin banyak orang mengetahui keberadaan kami."