Bisnis Bunga Teratai di Bali Kemahalan Bagi Pengusaha Australia
Mengembangkan perkebunan bunga teratai di Bali, kelihatannya seperti cara mudah untuk mengembangkan bisnis bagi para petani asal Margaret River Australia Barat, Martin Staines dan Kathy Cameron.
Dengan tanah vulkanik yang subur, air berlimpah dan iklim tropis, bunga-bunga mudah tumbuh subur dan pasangan petani ini berharap dapat menyiapkan pasokan bunga teratai sepanjang tahun untuk bisnis yang di Australia Barat sendiri bersifat musiman.
Tapi setelah dua tahun kebun kedua mereka itu, pasangan ini harus angkat kaki dari investasi mereka di Bali.
“Kebun itu menghasilkan bunga yang sangat besar dan jumlahnya banyak. Tapi kami menemukan masa simpannya, daya tahan vas bunga tidak sesuai untuk bisa dijual ke pasar dengan nilai tinggi,” kata Staines kepada ABC News.
“Bunga-bunga itu bertahan dua atau tiga hari sedangkan bunga kita di sini (di Margaret River), bahkan di pertengahan musim panas, bertahan lima hingga tujuh hari,” jelasnya.
Cameron mengatakan tingginya biaya pengiriman udara membuat bisnis ini tidak layak mengekspor bunga yang hanya akan bertahan selama beberapa hari.
“Kami memiliki pasar di Amerika yang sangat ingin membeli apapun yang bisa kita tanam tapi tumbuh di daerah tropis. Sayangnya, saat kami mengetahuinya belakangan setelah pendirian kebun dan pasar, bunga-bunga itu tidak memiliki daya tahan yang dibutuhkan dalam perdagangan ini,” katanya.
Percobaan mereka di Bali sangat disayangkan namun mereka mengambil hikmahnya. Pengalaman itu hanya satu dari pengalaman 13 tahun yang dimulai dengan rencana menanam bunga teratai untuk perdagangan bunga potong.
Staines dan Cameron telah berupaya memanfaatkan lahan seluas 22 hektar miliki mereka demi mencari nafkah. Namun mereka tidak ingin menanam buah anggur seperti kebanyakan tetangga mereka. Staines memutuskan untuk menggabungkan minat pada akuakultur dengan latar belakangnya sebagai ilmuwan pertanian, untuk menghasilkan bunga teratai tropis.
“Kami telah banyak mencoba,” kata Staines.
“Anda bisa mencari informasi dalam buku-buku berkebun tentang bagaimana menumbuhkan tanaman bunga teratai di kolam. Namun untuk benar-benar menumbuhkan bunga secara komersial, sedikit sekali materi yang terdokumentasi,” jelasnya.
Pengalaman ilmuwan kelahiran Belanda ini sebagai mantan pemimpin penelitian susu di Departemen Pertanian Australia Barat, ternyata sangat berharga.
“Saya kira saya akan berusaha lebih keras lagi. Saya tidak yakin kalau kami akan melepasnya,” katanya.
“Karena saya pernah bekerja di bidang nutrisi tanaman dan nutrisi hewan sebelumnya. Walaupun bunga teratai sangat berbeda dengan padang rumput misalnya, masih banyak elemen umum – air, tanah dan tanaman – yang sama,” katanya.
Menurut pasangan ini, menumbuhkan pasar bunga teratai sama sulitnya dengan menumbuhkan bunga tersebut. Salah satu tantangannya adalah keengganan orang Australia untuk mengikuti budaya merayakan sesuatu dengan bunga.
“Orang cenderung memikirkan seikat kembang untuk hari tertentu. Hari Valentine atau hari ulang tahun atau maaf saya berani katakan, tapi hal ini bukan bagian dari belanja sehari-hari atau mingguan untuk membeli seikat kembang yang indah,” kata Cameron.
“Kami ingin mengubah hal itu dan bersukacita karena ada bunga di rumah Anda sebagai bagian dari budaya Australia,” katanya.
Staines mengambil pesangon dari pekerjaannya di Departemen Pertanian sedangkan Cameron menjual pusat penitipan anak yang dikelolanya dua tahun yang lalu. Terlepas dari kerugian yang terjadi dalam investasi di Bali, bisnis ini cukup mendukung mereka.
Sekarang mereka memasarkan sekitar 75.000 bunga setahun, sebagian besar ke pasar Sydney dan Melbourne serta untuk ekspor, tergantung pada nilai tukar.
“Untuk benar-benar mendapatkan kualitas konsisten untuk pasar perdagangan bunga, sangatlah rewel. Anda ingin mendapatkan konsistensi warna, bentuk, dalam daya tahan bunga, ada banyak sudut pandang berbeda yang kami anggap menarik tapi sangat menantang,” kata Staines.
“Sama seperti pertanian mana pun, cuaca bisa menghentikan kita. Ada berbagai variasi, bukan untuk melemahkan hati kita tapi kami menyukainya,” katanya.
Diterbitkan Senin 29 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari berita ABC News.